Patbelas

1.5K 376 84
                                    

VOTE ATO AKU GENTAYANGIN KLEAN!

(NAME) = YOUR NAME

NOTE: TULISAN BERGARIS=BAHASA INDO
TULISAN BIASA=BAHASA JEPANG

AUTHOR P.O.V

Suara blubuk blubuk dari Oruki yang hanya bisa dipahami oleh Junpei terdengar. Author, (name), juga lord kameramen yang selalu selamat dari maut ini saja sampai geleng geleng kepala.

Junpei tiba tiba tersenyum setelah suara blubuk blubuk Oruki berakhir, apa yang mereka bicarakan? Tagihan listrik atau air?

Tangan Junpei terangkat dan mengelus kepala shikigami miliknya itu, mengakhiri elusan singkat pada kepala, junpei kemudian menunjuk cctv yang berada pada sudut ujung lorong.

"Oruki... Bisakah kau menghancurkannya dengan tentakelmu? Aku mohon..." Tanya Junpei pelan.

Hanya blubuk blubuk yang bisa Oruki keluarkan dari mulutnya.

Oruki mengangkat satu tentakelnya dan dengan cepat, tentakel itu menyambar cctv dan menghancurkannya, membuat laser merah yang tadi menghalangi jalan mereka menghilang seketika.

Berterima kasih kepada Oruki, Junpei kemudian menarik tangan (name) dan melewati lorong itu dengan tenang tanpa hambatan sama sekali.

Oruki? Sudah hilang.

Pintu besi dengan keset welcome menjadi pemandangan selain warna dinding silver yang jengah mereka pandangi sedari tadi.

Sebuah elektronik keypad smart terpasang di pintu jangan lupa kodenya yang tertempel dengan kertas tepat di sebelahnya membuat mereka mengeluarkan ekspresi aneh.

Mengetikkan kode pin pada elektronik keypad, pintu terbuka...

Ruangan dengan kertas mantra usang tertempel dimana mana, lampu remang remang menyala pada sudut ruangan dan di sebuah kotak kaca.

Bulu kuduk seketika berdiri kala mencium aroma busuk yang kuat, bangkai manusia juga tulang belulang tergeletak pada sudut ruangan, membuat Junpei makin merapatkan tubuhnya dengan (name).

CUPU LOE JUN! Teriak kameramen greget.

Di satu sudut yang tak tersentuh oleh cahaya remang lampu, nampak sepasang netra merah menyala macam ada lampunya.

(Name) merentangkan sebelah tangannya dimana Junpei berada di belakangnya.

Tawa melengking terdengar begitu mengerikan, sesosok perempuan berambut hitam lusuh dengan daster putih lusuh nampak dengan suara tawa lengking yang perlahan menangis tak jelas.

Suka heran sendiri, why setan perempuan selalu ketawa nggak jelas trus tiba tiba nangis gaada alesan. Stres.

Kepala si setan tertunduk dengan darah yang terus menetes dari wajahnya. Suara tangisnya terus terdengar membuat (name) muak mendengarnya.

"Mau apa kau hah?!" Sentak (name).

Tidak ada jawaban.

"Ck, mau apasih kau itu hah?! Jawab!"

Tetap tidak ada jawaban.

Kesal di diamkan dua kali, (name) kemudian berjalan mendekati si setan dengan emosi meluap luap.

Menjambak rambut si setan sampai kepalanya lepas dan membuat darah berceceran sampai ke bajunya.

"haha...ha...HAHAHAHAHHAA... kau~ kau tidak memiliki rasa takut ternyata... Sudah ku duga~ kau dan lelaki di belakangmu memang dari klan Nusantara~" baru mau menjawab setelah kepalanya dilepas, itulah setan aneh ini.

Wajah dengan banyak luka bakar dengan darah yang terus menetes dari wajahnya oh... Juga sisa sisa daging yang menempel di wajah si setan membuat (name) memandangnya layaknya kotoran.

"Lawanlah aku dul---"

"Halah, bacot kau!"

BRAK!

Belum selesai mengucapkan kalimatnya, kepala setan sudah lebih dulu di kantukkan ke dinding hingga membuat kepala itu hancur dengan isiannya yang kemana mana.

Mengambil kaca yang membingkai kotak kayu, (name) kemudian melemparnya ke dinding hingga membuat kaca itu pecah dan hancur juga sih pastinya.

"Ayo kembali Junpei" (name) mengatakan itu sembari membawa kotak kayu berisi pusaka milik klan miliknya.

***

"HWOAH (NAME)-CHAN KEMBALI!" Seru Nobara begitu melihat (name) juga Junpei keluar dari bangunan candi.

Langit yang melihatnya melambaikab tangan antusias tapi sayangnya di acuhkan.

"Maaf lama, ada yang menghambat tadi, " ucap (name).

"Tak apa (name)-san, kami juga tak mempermasalahkannya, " balas Okkotsu.

(Name) hanya melirik Okkotsu lalu mengalihkan pandangannya pada kotak kayu yang ia bawa.

Membuka kotak kayunya, (name) membulatkan matanya kala melihat sesuatu di dalamnya.

Foto dari kakek buyutnya Lintang, sebuah keris dengan ukiran naga dan ular, pisau dengan ujung berwarna hitam-merah-putih juga lilitan kain motif batik, dan sebuah jurnal.

Di belakang fotonya terdapat sebuah catatan,

'21 Agustus 1945

Hari ini aku resmi akan melakukan penyegelan kutukan para dewa yang mengutuk tanah air ku ini. Lapangan luas di belakang rumahku yang akan menjadi saksinya.

Istri, anak, kakak, para tetangga bahkan pak Soekarno dan pak Hatta turut menangis melihatku saat aku menulis ini di tengah lapangan.

Waktuku tidak banyak, ini yang bisa aku lakukan untuk negaraku yang terakhir.

Saat (name) juga keturunan kakakku menemukan pusaka ini, aku harap mereka bisa menggunakannya dengan baik dan menggunakannya untuk kebaikan.

Akan ku teror mereka jika menggunakan ini untuk tujuan yang salah, aku bersumpah!

Aku tidak boleh terus menangis! Bisa bisa tinta bolpoinku menghilang nantinya, hahaha hanya sampai disini ternyata perjalanan hidupku. Padahal anakku baru berumur lima tahun dan harus kehilangan diriku.

Yah... Anakku ku harap kau tumbuh dengan baik dan bisa melindungi ibumu. Istriku, kau tidak boleh menikah lagi! Kakak, aku akan memantaumu dari sana, aku tau mertuamu itu jahat.

Dan (name), selamatkan klan Nusantara

-Lintang 1945'

Hai

𖥻 𝗜𝗡𝗗𝗢𝗡𝗘𝗦𝗜𝗔𝗡 𝗪𝗢𝗠𝗘𝗡 ✦ 呪術廻戦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang