15. Berbeda?

184 9 0
                                    

Sore yang begitu damai. Di tambah lagi suasana sekolah yang sudah sunyi. Ya, itu karena semua siswa/i sudah kembali ke rumah mereka, masing-masing.

Tasya yang masih mengantuk itu, kini ia mencari cara agar bisa tertidur pulas dan tak ada yang mengganggunya. Terutama, sang satpam yang selalu keliling sekolah untuk menyisir seluruh anak-anak yang masih berada di kelas dan menyuruh mereka agar segera pulang ke rumah masing-masing.

Tasya yang mempunyai kunci serep kelas mereka pun, akhirnya memutuskan untuk menunggu sang satpam mengunci pintu kelas tersebut, dan setelah itu, ia sendiri akan membukanya dengan kunci serep yang ia pegang.

Saat melihat keadaan sudah aman, ia pun segera berlari dan membuka pintu kelas mereka.

"Nah. Kan aman, buat gue tidur."

Tasya dengan santai berjalan ke tempat duduknya. Lalu menghempaskan tasnya begitu saja di atas mejanya, lalu membenamkan segera membenamkan wajahnya di kedua tangannya yang di lipat di atas meja.

"Mau ngapain Lo?"

Deg!

Dengan gerakan refleks nya, Tasya langsung berdiri tegap.

Melihat Tasya yang seperti itu, membuat pria yang mengagetkan nya tadi itu tertawa terbahak-bahak.

"Woy. Biasa aja, kali."

"Lo ngapain di sini?"

"Seharusnya, gue yang nanyain Lo. Lo ngapain di sini, nona Tasya yang terhormat."

"Jijik," teriak Tasya.

"Ahaha... Oke-oke, gue di sini mau ngerjain sesuatu. Cuman ... Gue tadi udah kaget duluan, ada elu. Jadi nanti aja, gue buat nya."

"Gue mau pulang."

Dengan segera pria itu yang tak lain adalah Albar, Langsung menggenggam tangan Tasya.

"Gue antar," ucapnya.

"Nggak perlu. Gue bisa sendiri."

Perlahan ia melepaskan tangan Albar yang masih setia menggenggam tangannya.

Albar hanya memandang Tasya, dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Aneh," guman Albar, yang masih di dengar oleh Tasya.

"Makanya, jangan deketin gue, kalau udah tau aneh."

"Eh, bukan gitu maksud gue Sya. Maksud gue, tuh..."

"Dah lah. Nggak usah banyak alasan. Gue juga nggak mau kok di kasihani, sama Lo."

"Sya, lo salah paham. Bukan itu maksud gue, Tasya...."

"Terus apa?"

"Ya udah. Ayo, pulang."

"Lah, pulang sendiri aja. Ngapain ngajak gue, bambang..."

"Sya, udah sore. Gimana kalau nyokap sama bokap Lo nyari?"

"Nggak bakal."

"Maksud Lo?"

"Ah, udah. Banyak banget bacot Lo. Sana, pergi."

"Lah. Kok gue juga sih yang kena."

"Ya emang, Lo selalu salah."

"Bodo ah."

"Bodo juga."

"Lah, Lo mau kemana? Bilangnya nggak mau balik, kenapa sekarang mau balik?"

"Heh, gue mau balik, atau nggak, itu bukan urusan lo!"

"Kok Lo jadi garang sih, Lo PMS yah?"

"Kalau iya kenapa, huh!"

"Ah terserah dah. Gue mau balik."

Pertengkaran mereka membuat satpam yang awalnya berkeliling kelas untuk mengecek apakah masih ada siswa/i di dalam sana, kini berhenti pas di depan kelas mereka dan hanya menggelengkan kepalanya.

BRAK!

"Astaghfirullah!"

"Anj-"

Dengan segera Albar menutup mulut Tasya dengan kedua tangannya.

"Kalian ngapain masih di sini? Berduaan lagi."

"Astaghfirullah... Bapak. Jangan su'udzan dulu pak," ucap Albar.

"Iya nih, bapak. Main angkat bicara aja," bela Tasya.

"Kalau begitu, kalian ngapain di sini?"

"Ngerjain tugas," jawab Tasya.

"Mana tugasnya?"

Tasya menatap Albar meminta jawaban atas pertanyaan dari pak satpam. Dan itu, membuat Albar berfikir keras. Bisa-bisanya gadis itu membuat Albar terlihat bodoh, seperti itu.

"Nah, itu dia pak, karena kita udah selesai ngerjain tugasnya, maka dari itu, kita sekarang mau siap-siap untuk pulang ke rumah, masing-masing. Iya nggak Sya?"

"He'em pak. Bener tuh."

"Ah, sudah. Kalian banyak sekali alasan. Cepat pulang. Atau saya laporkan sekarang juga kepada kepala sekolah."

"I-iya pak."

Dengan segera, Albar menarik tangan Tasya dan segera berlari kecil keluar dari kelas.

Beberapa menit kemudian, kedua remaja itu, kini sudah berada di taman yang tak jauh dari sekolah.

"Nih."

Tasya menatap lekat tangan Albar yang setia mengambang di udara dengan memberikan es krim kepadanya.

"Buat gue?"

"Nggak. Buat nenek Lo yang ada di panti jompo."
 
"Ah, lama Lo."

Tanpa basa basi, Tasya langsung menarik es krim dari tangan Albar. Melihat itu, Albar hanya menggelengkan kepalanya dan mengambil tempat tepat di samping Tasya.

"Sama-sama," ucap Albar

Tak ada respon.

"Iya sama-sama Albar..."

Lagi-lagi tak ada respon dari Tasya, membuat Albar menatapnya kesal.

"Apa sih Lo?"

"Lo nggak peka yah, jadi orang."

"Emang."

Mendengar jawaban Tasya, Albar hanya menarik nafasnya kasar dan membuka es krim miliknya lalu mamaknya dengan kesal.

"Kalau makan tuh, yang bener. Keselek, mati ntar Lo."

"Lo nyumpahin gue mati?"

"Cuman ingatin aja."

"Ya sama aja, dodol."

"Au ah. Gue malas ama lu Al. Gue mau balik duluan."

Tasya langsung berdiri dan meninggalkan Albar dengan penuh tanda tanya di sana. Ia bingung dengan sikap Tasya yang tiba-tiba cuek dan judes seperti itu.

15
Senin, 08 November 2021
Sannah Aurora

Secret Mask (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang