36. Tahlilan atau Perayaan?

105 8 0
                                    

Beberapa hari pun berlalu, Amora terdiam diri di kelas. Saat ini semua anak-anak sudah berada di Kantin, untuk mengisi perut mereka. Tapi berbeda dengan Amora. Ia termenung sambil melihat kursi Audy dan Dirga yang kosong.

Ia mengembuskan nafasnya. Amora gagal untuk memecahkan semua masalah kemarin. Sampai sekarang pun, ia tak tahu siapa yang harus di salahkan.

Brak!

"Bang*at! Lo bisa nggak sih, jangan kayak orang kesurupan," murka Amora.

Alih-alih, takut atau merasa bersalah, kedua gadis itu malah tertawa sinis.
Nanda dan Sera yang baru saja datang itu, menggebrak meja Amora, membuat sang empu kaget dan hampir melayangkan tangannya.

"Mau apa Lo berdua?" tanya dingin Amora

"Nih, undangan," ucap Sera, sembari memberikan undangan kepada Amora.

Amora mengerutkan keningnya lalu menatap Sera dan Nanda sekejap.

"Siapa?"

"Aelahhh... Tinggal baca aja apa susahnya sih," ucap Nanda

Tanpa mau berdebat, Amora langsung membuka undangan itu.

"Undangan Tahlilan 7 malam? Maudy Anatasya Maheswari? Ini dari keluarga Audy?"

"Hm."

"Kok bisa?"

"Iyalah, orang Tahlilan kan baik, dodol..."

"Iya, gue tau... Tapi-"

"Udahlah, tinggal datang aja apa susahnya sih, elu juga kan sahabatnya Audy kan," ucap Sera

"Hm."

"Dah ah, kita nggak banyak waktu, bye!"

Sera dan Nanda pun langsung pergi begitu saja. Kini Amora membolak-balikkan surat undangan itu. Ia merasa ada hal yang aneh, pasalnya tidak mungkin Audy membagikan undangan yang banyak tak di ketahui oleh orang tentang kasus ini.

Dengan cepat, Amora memasukkan semua alat tulisnya di dalam tas, dan langsung keluar kelas begitu saja.

Ia berlari kecil menuju parkiran, sesampainya di sana, ia langsung menaiki Lamborghini merah yang ia bawa sendiri itu.

🌼🌼🌼

"Maksud Lo?"

"Iya, gue merasa kalau keluarga Audy dalam bahaya."

"Terus kita harus gimana?"

"Kita harus datang di acara ini, bagaimanapun caranya, kita harus menemukan kejanggalan dalam semua ini."

Tujuan dari Amora tadi, adalah rumah Dirga. Ia langsung menghampiri pria itu untuk membicarakan tentang hal tersebut.

Dan kebetulan sang ayah Ardi, tidak ada di rumah. Dan itu membuat Amora leluasa untuk menceritakan teknik yang akan mereka lakukan di rumah Audy nanti.

🌼🌼🌼


"Undangan?"

Dirga dan Amora memberikan undangan Tahlilan itu kepada penjaga yang bertugas di depan pintu.

Setelah memenuhi syarat untuk masuk, Dirga dan Amora langsung masuk.
Dirga dan Amora tak lupa memakai masker mereka. Agar tak di kenali oleh orang yang melakukan rencana ini.

Tak lupa dengan senjata api, yang di bawa di masing-masing Jaz mereka.

"Lo ke belakang. Gue bakal kontrol di ruang tengah ini," ucap Amora

Dirga mengangguk dan langsung pergi ke belakang sesuai perintah Amora.
Amora dan Dirga terheran-heran melihat acara di rumah Audy tersebut. Bagaimana tidak, ini adalah acara tahlilan, tapi vibes seperti acara perayaan akan keberhasilan perusahaan.

Orang-orang dengan pakaian formal juga berwarna hitam.

"Hei, mau berdansa?"

Amora terkejut dengan apa yang baru ia dengan itu, seorang pria yang tak ia kenali itu, mengajak Amora untuk berdansa. Ia semakin yakin, ini adalah jebakan untuknya dan Dirga. Untung saja, ia tak lupa memakai masker saat memasuki rumah Audy.

"Ini acara tahlilan, kenapa harus berdansa?"

"Kenapa tidak?"

"Dimana orang yang punya hajat?"

"Entah."

"Hm. Makasih, cari pasangan dansa mu yang lain. Saya sibuk."

"Hei! Jangan berani menolak saya."

Krek!

"Ah, shit!"

"Akhhh!"

Pria itu meringis kesakitan akibat tangannya yang di putar oleh Amora. Saat Amora ingin pergi, pria itu langsung menahan tangan dengan keras, membuat Amora sudah tau apa yang ingin di lakukan pria itu selanjutnya.

Tak mau menambah kacau, Amora memajukan wajahnya dan berbisik di telinga pria itu.

"Jangan macam-macam, kalau mau hidupmu aman."

Pria itu menatap sinis ke arah Amora, dengan senyuman menantang, Amora pergi begitu saja.

"Tangkap gadis itu!"

Mendengar itu, Amora segera berlari, dan tak lupa ia memanggil-manggil Dirga di balik alat komunikasi seperti headset bluetooth yang sudah terpasang di telinganya.

Penjaga demi penjaga yang berusaha mencegah Amora, di kalahkan begitu saja.

Saat ingin berlari ke taman belakang, tiba-tiba Amora berhenti dan terdiam menatap sosok yang menatapnya dari lantai 2.

"Ma-maudy?"

Bugh!

"Akhh!"

Amora memegang pundaknya, sembari mempertahankan pandangannya yang sudah perlahan buram. Seseorang memukulinya dari belakang itu, membuatnya oleng dan...

Bruk!

Kini Amora tak sadarkan diri, alat komunikasi yang terpasang di telinganya itu, kini di ambil oleh sosok yang memukulinya dari belakang tersebut.

Senin, 17 Januari 2022
Sannah Aurora
35

Secret Mask (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang