14. Pak Burhan Vs Dirga

176 11 0
                                    

Jam istirahat tiba. Tiara mencari-cari keberadaan sang sahabat, Tasya. Entah kemana gadis itu pergi meninggalkan sahabatnya itu sendirian di kelas. Dan ya, ia harus mencari alasan yang baru untuk menyelematkan Tasya.

"Woy! Lo kenapa sih, bikin gue pusing aja tau," teriak Davi. Melihat Tiara yang mondar mandi tidak jelas di depan kelas.

"Lo lihat Tasya nggak sih?"

"Mana gue tau."

"Lah, tadi Lo yang di antar Tasya ke kelas kan, terus dia kemana habis antarin Lo?"

"Gue nggak tau."

"Ah, Lo mah nggak asik."

Tiara yang tak mau bertengkar dengan Davi, notabene ketua kelas itu, akhirnya mengalah dan pergi kembali ke tempat duduknya.

"Assalamualaikum..."

"Ngapain Lo?!"

Tiara yang baru saja duduk, kini kembali berdiri dan berjalan menuju tempat duduk Davi, lalu berusaha menenangkan pria tersebut.

"Lo, mau ngapain ke sini?" tanya Tiara dingin.

"Gue, datang baik-baik."

"Untuk bikin Tasya sedih lagi? Iya? Itu kan yang Lo mau."

Dirga yang masih setia di ambang pintu, kini menjadi tontonan anak-anak kelas Tasya. Ia memejamkan matanya, sembari menahan emosi yang ingin meledek.

"Di mana Tasya?" tanya Dirga.

"Nggak penting, buat Lo," sakral Davi.

"Gue bukan nanya Lo," balas Dirga.

"So? Ke gue? Gue nggak mau jawab. Mendingan Lo pergi," sambung Tiara.

"Kalian kenapa sih. Gue nanya baik-baik," frustasi Dirga.

"Lo ngaca deh. Introspeksi dikit boleh kan ya, jangan sok polos nyet!"

"Gue udah berusaha untuk baik ngomong sama Lo Ra, kenapa Lo sensi banget sama gue."

"Ya itu. Karena lo, sok polos, bego!"

"Dah lah. Nggak ada waktu gue berdebat ama elu pada."

"Yeee ... Siapa juga yang mau debat ama elu nyet!" nyolot Tiara.

Tak mau berdebat lama dengan Tiara juga Davi, Dirga pun langsung melenggang pergi meninggalkan kelas yang saat itu hening menyaksikan perdebatan kecil mereka.

Dirga pun berjalan di sepanjang koridor sekolah, berusaha mencari sang sahabat, Tasya. Beberapa menit kemudian, ia pun berhenti di depan UKS. Ia menatap lekat pintu UKS yang masih terbuka itu.

Beberapa menit di depan pintu, ia pun langsung masuk ke dalam UKS. Entah kenapa, ia merasa ada Tasya di sana.

"Assalamualaikum."

Tak ada sahutan.

"Assalamualaikum."

Lagi dan lagi, tak mau menunggu lama, Dirga pun langsung masuk. Perlahan ia menyisir sudut ruangan tersebut, ia tak melihat sahabatnya di sana. Tatapannya, terhenti di sebuah ranjang yang tertutup tirai. Dirga yakin, pasti Tasya ada di sana, perlahan ia melangkah kecil menuju ranjang tersebut, tak tahu mengapa, ia merasakan detak jantungnya seperti sehabis lari maraton.

Setelah sudah dekat berada di depan ranjang yang masih setia tertutup oleh tirai tersebut, perlahan ia mengangkat tangannya lalu meraih tirai tersebut.

"Hey!"

Deg!

"Anj- eh, ba-bapak."

Dirga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Saat sudah di pegang nya tirai tersebut, dan tinggal di buka, tiba-tiba Pak Burhan selaku kepala sekolah, menepuk pundak Dirga, membuatnya terkejut, dan hampir melontarkan sumpah serapah kepada pria paruh baya tersebut.

"Ngapain kamu di sini? Ini masih ada jam Dirga. Ini belum istirahat."

"Ma-maaf pak, saya lagi nyari seseorang."

"Siapa?"

"Tasya pak. Anak IPA 1."

"Dia kenapa? Ada apa dengan dia?" panik pak Burhan.

"Eh, eh... Sans pak. Sans... Dia nggak bakal di culik kok pa."

"Loh, kok bisa?"

"Ya iyalah, kan dia udah gede."

"Iya juga sih. Sekarang anak saya masih kecil, berarti..."

"Wah... Pak segera pak, sebelum..."

"Eh, jaga mulut kamu yah."

Dirga menutup mulutnya, ia ingin tertawa, tapi ia takut akan di marahi oleh kepala sekolahnya itu.

"Dah lah. Saya mau pulang."

"Ngapain pulang pak? Kan ini belum waktunya pulang."

"Mau nyari Tasya."

"Lah, kok Tasya pak?"

"Lah iya ya, Kenapa Tasya? Kan saya mau pulang."

"Lah iya. Tapi katanya bapak mau nyari Tasya."

"Lah, Siapa yang bilang begitu, jangan ngada-ngada kamu."

"Lah, gimana sih pak... Jangan buat saya pusing ngapa, pak."

"Kamu yang bikin saya pusing, Dirga."

"Lah, saya lagi, saya lagi."

"Ya, emang kamu."

"Dah lah pak. Bapak pulang aja, makin pusing saya sama bapak."

"Kamu ngusir saya?"

"Eh, eh... Bukan gitu pak... Tadi kan bapak mau pulang. Ya udah, silahkan bapak pulang. Itu kan hak bapak."

"Kalau saya tidak mau?"

"Ya udah, nggak usah pak."

"Tapi saya ingin cepat pulang."

"Ya Allah... Astaghfirullah... Pak... Please... Saya udah pusing nyariin Tasya. Jangan bapak bikin tambah pusing. Saya izin pamit pak, assalamualaikum."

Tak mau ambil pusing, Dirga langsung meninggalkan pak Burhan, dengan wajah yang sulit di artikan.
Di sisi lain, pak Burhan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Dasar. Anak muda, sukanya bikin pusing saja," ucapnya, sembari menggelengkan kepalanya.

Sama seperti Dirga, pak Burhan pun segera meninggalkan ruang UKS.
Saat kakinya sudah ingin melewati pintu UKS, tiba-tiba....

Bruk!

"Aw!"

"Eh, toke, toke!" ucap spontan pak Burhan.

"Tasya!"

Dengan cepat, Pak Burhan membantu Tasya untuk berdiri.

"Kamu ngapain, nak?"

"Bapak liat saya ngapain?"

"Lah, kok nanya balik, mana saya tahu."

"Ihhh bapak. Saya tadi tuh ketiduran pak, terus saya tadi mimpi, nah mimpinya saya tuh, lari-lari, di kejar..."

"Di kejar apa?"

Tasya nampak berfikir, ia memikirkan apa yang ada di mimpinya itu.

"Anjing!"

"Apa?! Kamu bilang saya anjing?"

Mata Tasya membulat hebat. Ia tak bermaksud mengatakan itu kepada pak Burhan.

"Eh, eh... Bukan gitu pak. Maksud saya, tadi saya mimpi di kejar anjing."

Tak terima dengan alasan Tasya. Pak Burhan pun langsung menjewer telinga Tasya, membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Aw! pak .... Sakit..."

"Sekarang kamu ikut saya. Kamu harus di hukum Tasya... Nanti kalau ada adik kelas kamu yang dengar, terus mereka ikutin, gimana?"

"Ah! Bapak mah... Lepasin pak... Sakit ..."

Tak menghiraukan rengekan dari Tasya, pak Burhan tetap menjewer gadis tersebut, dan menyerahkannya kepada guru BK.


Rabu, 20 Oktober 2021
Sannah Aurora
14

Secret Mask (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang