4. King & Queen Rancing

357 19 0
                                    

Hari Minggu yang cerah dan bahagia. Ya, itu berlaku untuk para pelajar SMA 1 Laksana. Tapi, tidak dengan seorang Tasya, ia harus membersihkan seluruh sudut rumah dan berbelanja bulanan. Itu semua atas perintah sang bunda. Vidya? Ia sudah meminta izin kepada sang bunda untuk pergi ke villa temannya, dan menginap di sana. Kebetulan Bayu tak ada di rumah, itu membuatnya berani untuk keluar. Coba kalau ada? Pastinya, ia tak akan berani untuk keluar.

"TASYA!!!"

Tasya yang sedang mencuci piring di dapur, kini langsung berlari ke ruang keluarga untuk memenuhi panggilan sang bunda.

"Iya bunda?" tanyanya, sembari menunduk tak berani menatap mata Lestari.

"Nih, belanjakan semua yang ada di daftar kertas ini, kamu hanya punya waktu 25 menit untuk belanja," Tasya menerima selembar kertas itu.

"Bun, ini-"

"Jangan banyak komen Tasya, cepat pergi waktumu tak banyak!"

"I-iya Bun, a-aku pergi dulu. Assalmu'alikum...."

"Wa'alaikumussalm."

Lestari meninggalkan Tasya dengan tangan yang masih setia mengambang di udara. Ia hanya bisa memejamkan matanya dan tersenyum hambar .

"Lo bego banget sih, Sya. Sejak kapan, bunda mau kasih tangannya untuk Lo Salim? CK, dasar bodoh," lirih Tasya, sembari mengepalkan tangannya.

Dengan cepat ia berbalik dan berlari ke tempat parkiran sepedanya. Ia langsung naik lalu mengayuh sepedanya menuju supermarket terdekat. Setelah itu ke pasar. Karena ada barang yang harus dibeli disana, mau tak mau ia harus ke sana, walaupun jauh.

Saat memasuki supermarket ia melihat sebuah mobil yang tak asing menurutnya. Tapi dengan cepat ia menggeleng, tak mau ambil pusing atau memikirkannya. Ia memarkirkan sepedanya disebelah mobil yang menurutnya tak asing itu. Setelah memarkir, ia langsung masuk ke dalam supermarket untuk membeli apa yang diminta sang bunda.

"Ini udah, ini udah ini... Owh iya kecap. Tapi kecap? Orang rumah kan nggak suka kecap? Tau ah, ikutin aja," ucap Tasya, sembari mencentang satu persatu, bahan-bahan yang telah ia beli.

Mata Tasya berbinar saat melihat deretan kecap yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Nah ini-"

BRUKK!

"Astaghfirullah... Maaf, Bu. Saya nggak sengaja. Mari, saya bantu Bu."

Tasya merutuki kebodohannya dengan berlari-lari, untuk mengambil kecap yang tak jauh darinya.

"Ya Allah nak... kenapa kamu lari-lari? Untung kamu nggak nabrak barang-barang ini, kalau kamu nabrak, pasti kamu disuruh tanggung jawab kan? ucap wanita paruh baya yang tak sengaja ditabraknya tadi.

Tasya menunduk, tak berani menatap wajah wanita paruh baya yang ia tabrak itu.

"Ma-maaf Bu. Saya tadi kelewatan banget, semangatnya."

"Mama! Mama kenapa?"

Tasya terdiam beku, melihat pria yang memanggil wanita paruh baya itu dengan sebutan... mama?

"Lo- Tasya?"

Sama halnya dengan Tasya, yang terdiam beku. Pria itu juga menatap dingin kearah Tasya. Ia tak jadi memarahi atau menegur Tasya.

"Saya permisi dulu Bu. Sekali lagi, saya minta maaf," ucap tulus, Tasya.

Tasya langsung pergi meninggalkan wanita paruh baya itu dan seorang pria yang masih menatapnya diam dengan tatapan dinginnya.

"Tunggu, Sya."

Wanita paruh baya yang dipanggil mama itu, sempat terkejut dengan perlakuan sang anak yang berani memegang tangan Tasya. Pasalnya, putranya itu tak ingin dekat dengan perempuan manapun. Kecuali, perempuan yang bisa membuat hati dan pola pikirnya berubah.

Secret Mask (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang