40. Melepas Rindu

130 10 0
                                    

Pagi telah tiba. Kini Amora, Dirga juga Albar, sudah siap dengan barang-barang yang di perlukan.

"Udah siap?" tanya Albar

"Hm. Ayo," jawab Dirga

"Mor, nanti lo jaga di luar yah?"

"Oke."

Mereka pun segera ke tempat yang ingin di tuju.

Selama di perjalanan, tak ada topik pembicaraan yang terjadi. Dirga yang masih penasaran dengan rencana Albar, masih sedikit ragu untuk mengikuti rencananya.

"Lo yakin, bakal berhasil?"

"Lo nggak percaya sama gue?"

"Bukan gitu-"

"Semuanya bakal baik-baik aja bro."

Dirga pun terdiam dan tak mau ambil pusing dengan sikap cuek Albar. Dia yakin, di balik sikap dingin itu, Albar sebenarnya sangat baik dan peduli terhadap temannya. Hanya saja, ia tak menunjukkan semuanya itu, dan menyembuhkannya dengan sikap cuek juga dinginnya.

Beberapa menit pun berlalu. Kini mereka tiba di sebuah rumah minimalis yang berada jauh dari perkotaan.

"Al, kok rumahnya kelihatan bagus. Apa ada orang di dalam?" tanya Amora

"Hm. Hanya beberapa orang saja."

"Maksudnya? Ini rumah siapa?" tanya lagi Amora

"Apa salahnya masuk dulu sih," sakral Albar

Amora memutar bola matanya jengah. Ia hanya ingin kepastian saja, sebelum masuk rumah tersebut. Rasa ingin tahunya yang tinggi, membuatnya tersiksa.

"Ya udah, ayo turun," ucap Dirga

"Iya-iya..." jawab Amora

Mereka pun turun dari mobil. Dengan ransel yang di bawa masing-masing, mereka pun masuk ke rumah tersebut dengan mengikuti arahan Albar dengan ikut dari pintu belakang.

Saat mereka berhasil meloloskan diri dari teras rumah tersebut, tiba-tiba mereka harus kaget akan penjagaannya yang ketat di belakang rumah tersebut.

Dengan cepat, Albar memberikan isyarat agar mereka mundur. Dirga dan Amora pun mundur. Dan...

Dor!

Dor!

Dirga dan Amora tak menyangka Albar seagresif itu. Ia langsung menembak beberapa bodyguard yang berjaga di pintu belakang itu.

"Ayo masuk!"

Dirga dan Amora tak bergeming. Albar dengan sekali tarikan, langsung...

Dor!

"Albar! Gila yah Lo!" teriak Amora

"Ayo! Waktu kita nggak banyak!"

Tanpa menunggu, Dirga langsung menarik tangan Amora dan mengikuti Albar dari belakang. Tak lupa, mereka ikut mengeluarkan senjata api atau pistol mereka.

Dengan mengendap-endap, mereka masuk di rumah tersebut. Terlihat begitu rapi, seperti biasa di tinggali oleh orang. Tapi Amora dan Albar masih bingung, siapa sebenarnya yang tinggal di rumah sebagus itu.

"Cepat turun," titah Albar.

Dirga dan Amora yang berdiri di depan Albar itu, hanya menatap Albar dengan tatapan kebingungan.

"Apa? Dimana?"

"Aku..."

Albar yang sudah sangat pusing itu, langsung mendorong pelan tubuh Amora pelan. Setelah itu, ia langsung berjongkok dan membuka lantai di ruangan tersebut. Eh, kalian jangan salah yah, itu bukan lantai. Melainkan, itu sebuah pintu ruangan bawah tanah yang ada di rumah tersebut.

"Kok, Lo...-"

"Udah cepat turun. Waktunya sudah mau habis."

Perkataan Dirga di potong oleh Albar, dan tak banyak bicara lagi, ia langsung turun dan aku tak mau, Dirga juga Amora mengikutinya.

Setelah sampai di bawah, Dirga dan Amora begitu terkejut dengan apa yang mereka lihat. Ruangan itu begitu estetik menurut mereka.
Dengan desain dinding ruangan yang bernuansa senja dan langit dengan bintang-bintang, membuat mereka takjub dan ingin tahu siapa sebenarnya yang membuat semua ini.

"Ekhem..."

Dirga dan Amora mengerutkan kening mereka. Seorang gadis dengan wajah yang penuh dengan perban itu berjalan ke arah mereka.

"Hai, apa kabar kamu? Sesuai kesepakatan. Aku datang sesuai rencana," ucap Albar

"Hm. Terima kasih."

Albar tiba-tiba memeluk gadis itu, dan tindakan tersebut membuat Dirga dan Amora tambah bingung dengan apa yang di lakukan oleh Albar. Pasalnya, pria itu seperti bukan Albar yang biasa saat berada di depan gadis itu.

Setelah merasa cukup untuk melepas rindu dengan gadis itu, Albar pun melepaskannya lalu menatap sekilas Dirga dan Amora. Ia tersenyum tipis.

"Nggak kenal?" tanya Albar

"Nggak. Siapa emang?" tanya balik Dirga

"Bener?" tanya gadis itu

Dirga merasa suara itu sangat hangat di telinga nya. Ia merasa sudah dekat dengan gadis itu. Tapi siapa dia?
Akh! persetan dengan itu semua.

Perlahan, gadis itu maju ke depan Dirga. Ia memeluk Dirga dengan tulus.

Deg!

Dirga merasakan rasa yang sangat nyaman dan rindu yang selama ini ia rasakan.
Tapi siapa sebenarnya gadis ini?

Perlahan, tangan Dirga pun terangkat dan membalas pelukan dari gadis itu. Tak terasa, air mata gadis itu keluar. Ia sangat rindu dengan pelukan itu, pelukan yang hangat yang selalu datang di saat ia kesusahan.

Setelah merasa lega, mereka pun saling melepaskan pelukan mereka dengan hangat.

"Masih nggak ingat?" tanya ulang gadis tersebut.

Dirga hanya menggelengkan kepalanya. Dan dengan senyuman tipisnya, Albar pun masuk di tengah-tengah mereka.

"Kenalin, Maudy Anatasya Maheswari," ucap Albar kepada Dirga.

Deg!

"Demi apa? I-ini beneran kamu Sya?" lirih Dirga, tak percaya.

Gadis itu hanya mengangguk dan kembali memeluk Dirga. Ia sangat senang dan terharu bisa bertemu lagi dengan sahabat lamanya itu.

Sedang asyiknya melepas rindu, Amora tiba-tiba memberikan isyarat kepada Albar.

"Al, waktu kita nggak banyak."

Dirga dan Tasya melepaskan pelukan mereka. Dan ikut melihat apa yang di jelaskan Amora kepada Albar.

Dirga merasa aneh kepada Amora, pasalnya gadis itu tahu semua apa yang akan terjadi. Dan apa ini, kenapa hanya Dirga yang tak tahu apa-apa.

"Lo tahu semuanya Mor?" tanya Dirga

"Nanti Lo bakal tau sendiri Ga," jawab Amora

"Bukan gitu, gue-"

"Sekarang! Cepat masuk!" teriak Albar

Dengan cepat, Albar meneriaki semuanya untuk segera masuk di sebuah ruangan kecil yang telah di sediakan di ruang bawah tanah tersebut.

"Ini ada apa sih sebar-"

Dor!

Brakkkk!

Dirga tak percaya dengan apa yang terjadi. Itu adalah suara bom yang sangat besar. Dan pastinya rumah itu roboh seketika. Dan ia sudah yakin, kalau itu benar-benar karya dari Albar. Dan yang tak ia percaya, itu juga ada bantuan dari Amora yang bersikap polos tak tahu apa-apa selama ini.

Minggu, 23 Januari 2022
Sannah Aurora
40



Secret Mask (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang