20. Mulai dekat?

138 10 0
                                    

"Thanks yah. Kamu udah menyelamatkan aku."

Audy meletakkan teh yang baru saja di berikan kepada Amora, di atas meja samping ranjang Amora.

"Bukan gue."

"Udahlah Dy. Aku tau, kamu sebenarnya baik kok."

"Sok tau."

"Kamu kenapa sih. Cuek banget kayak gini Dy. Padahal kamu cewek, loh."

"So?"

Amora hanya menarik nafas panjang dan memberikan gelang yang ia pakai kepada Audy.

"Aku nggak ada apa-apa. Tapi... Kata ayah, hadiah terbaik adalah ketika kita memberikan barang-barang yang kita sayang kepada orang yang kita sayang juga."

"Gue bisa beli."

"Dy, nggak baik menolak pemberian orang. Iya sih. Aku tahu, ini bekas. Tapi ini benda kesayangan aku. Seharusnya ini jadi kebanggaan tersendiri buat kamu, kalau kamu tau arti dari semua ini."

Audy menatap lekat gelang yang di beri Amora itu.

"Thanks."

Mau tak mau, ia mengambil gelang tersebut dan langsung memakainya, dan itu, membuat Amora begitu girang.

"Sama-sama Audy..."

🌼🌼🌼

Kini Amora dan Audy duduk bersampingan. Hubungan mereka juga semakin membaik dan dekat.

"Eh, Audy. Nanti kita ke kantin bareng yah..."

"Hm."

Amora tersenyum manis, walaupun Audy masih dingin, tapi setidaknya ia sudah merespon baik apa yang di katakan oleh Amora.

Beberapa jam kemudian, akhirnya mata pelajaran kedua pun selesai. Kebetulan jam ketiga mereka tidak ada jam. Atau, guru yang masuk di jam terakhir di kelas mereka, kini berhalangan hadir, jadi di sinilah mereka, di sebuah kantin yang tidak terlalu rame, itu semua, karena anak-anak yang lain masih menjalankan pelajaran terakhir mereka.

"Dy, kamu mau pesan apa?"

"Batagor sama cappuccino."

"Oke. Tunggu yah, aku pesankan dulu."

"Hm."

Audy pun menunggu batagor dan cappuccino, yang di pesannya melalui Amora.
Sembari menunggu, ia pun mengeluarkan ponselnya dari saku rok sekolah nya.

Berkutik dengan ponselnya, kini Audy pun sesekali memantau Amora dari jauh.
Hingga ia tak pun akhirnya bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Amora.

"Gimana? Udah?"

Amora sempat kaget dengan perilaku Audy yang tiba-tiba merangkulnya dari belakang.

"Ah, i- iya Dy. Ini udah mau jadi, kok."

"Ya udah. Nungguin di meja aja."

"Eh, I-iya Dy."

"Budhe, nanti di antar di meja nomor 5 yah." ucap Amora.

"Siap neng."

"Yuk!"

"Iya Dy. Ayo."

Saat ingin berjalan ke tempat duduk mereka, tiba-tiba kedua gadis itu di hadang oleh Elena, Nanda, beserta Serin.
Audy menarik nafas kasar, kemudian dengan santainya ia menerobos tubuh Elena, membuat gadis itu hampir tersungkur ke lantai.

"Woy! Lo kalau jalan pake mata dong!" murka Elena.

"Oh. Sorry. Ternyata ada orang yah. Kirain, nggak ada."

"Benar-benar, yah lo-"

Saat Elena ingin menyerang Audy dengan menjambak rambutnya, tiba-tiba sebuah tangan kekar menahan tangan Elena. Membuat sang empu kesal.

"Dirga... Kok kamu-"

"Jangan cari masalah lagi, El."

"Tapi Ga, dia yang-"

"Pergi."

"Lo ngusir gue ga?" tanya Elena tak percaya.

"Menurut Lo?"

"Ga, Lo tega banget sih... Gu-gue-"

"Pergi, Elena Angelina."

Dengan wajah yang kusut sembari menghentakkan kakinya, akhirnya Elena dan Nanda juga Sera langsung meninggalkan Audy, Dirga, dan Amora yang sangat ketakutan itu.

Setelah Elena dkk sudah tenggelam di ambang pintu Kantin, kini Dirga berbalik badan dan ingin mengucapkan sepatah kata, untuk Audy. Tapi, secepat mungkin Audy memotongnya.

"Jangan harap gue bakal ngomong terima kasih sama Lo. Hm, karena emang gue nggak minta bantuan dari Lo. Ngerti?!"

Audy menarik tangan Amora dan langsung meninggalkan Dirga dengan wajah yang sulit di artikan.

"Wah, gila tu cewek. Udah di bantuin, juga. Galak amat." guman Dirga.

Tak mau kehilangan jejak, ia pun mengikuti Audy dan Amora dari belakang.

Sesampainya di meja yang telah di pilih oleh Audy tadi, kini Audy dan Amora berbalik badan.
Audy dengan wajah datarnya, dan Amora dengan wajah tanda tanya nya.

"Ngapain Lo ikutin kita?"

"Oh tuhan... Jangan galak amat ngapa Bu."

"Bu, Bu, pala Lo!"

"Hm, gue mau makan di sini."

"Lah, siapa yang nyuruh Lo duduk di situ nyet!"

Dirga yang tak ambil pusing dengan ocehan Audy, langsung duduk di meja yang telah di pilih Audy dan Amora. Dengan menarik satu kursi dari meja samping mereka.

"Dy ... Udah. Nggak enak di lihat anak-anak. Lagian Dirga juga cuman mau gabung makan kan." ujar Amora, berusaha menenangkan Audy.

"Ck. Gue nggak mau makan ama ni anak Mor..."

"Dy..."

"Ck."

Tak mau ambil pusing lagi, Audy akhirnya menuruti Amora dengan duduk di depan Dirga dengan wajah datarnya.

"Senyum dikit, ngapa."

"Diam!"

Dirga menelan Salivanya miris. Ia pun diam dan menunggu pesanan mereka.
Begitupun dengan Amora yang terdiam tak tahu harus berbuat apa. Dan Audy yang sudah memasang earphone di telinga nya dan menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya di atas meja.

Melihat tingkah Audy yang tidur dengan menggunakan earphone di depan Dirga itu, membuat pria itu teringat dengan Tasya, sahabat lamanya yang di usir oleh kedua orang tuanya.

Perlahan Dirga mengembuskan nafas panjang dan mengajak Amora berbincang agar tak ada canggung di antara mereka.

Senin, 13 Desember 2021
Sannah Aurora
20


Secret Mask (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang