3. Gift Box

352 46 10
                                    

If you like my story, please give me support with like and comment. 

Thank you













Setelah mengajarkan beberapa teknik level menengah berkolaborasi dengan Momota, Nata menutup kelasnya. Sebenarnya jika dilihat-lihat, anak-anaknya itu masih sangat bersemangat karena coach mereka hari ini sangat istimewa. Jangankan meminta untuk diajarkan secara langsung oleh pemain nomor satu dunia ini, bermimpi saja mereka tak berani melakukannya.

Karena jelas, ia seorang Kento Momota. Bukan atlet pelatnas yang masih senegara atau mantan atlet bulutangkis nasional yang sudah pernah menorehkan prestasi gemilang lalu gantung raket dan ingin berbagi ilmunya. Bukan.

Nata berjalan ke samping lapangan, menyaksikan anak-anak didiknya yang kini telah berbaris di dekat net bersama dengan Momota. Dio yang membawa kamera—ternyata memotretnya dengan baik. Ada beberapa pose dan entah kenapa, Nata merinding melihat Momota melakukan itu bersama anak-anaknya. Ia pun tak tahu apa makna dibalik perasaannya itu.

Nindi menangkap gestur itu, maka dari itu ia sudah menyiapkan pertanyaan di kepalanya untuk dilontarkan kepada Nata.

Tepat setelah selesai, semua anak didiknya melakukan tos dengan Momota dan berpamitan. Hingga akhirnya di lapangan itu hanya menyisakan empat orang. Nata, Momota, Nindi dan juga Dio.

"Arigatou Momota-San," ucap Nindi dengan sedikit terpatah-patah.

Momota tersenyum, lalu mengangguk. "Kyou wa tanoshikatta."

Nata memutar bola matanya setelah mendengar respon Momota.

"Saya juga senang banget," Dio menerjemahkannya. 

"Chotto hanashite morae masuka?" 

"Bisakah kita berbicara sebentar?" Dio masih menerjemahkannya. 

Nata melongo sejenak.

'Ngapain ni orang minta ngobrol lagi anjir? Bukannya balik malah minta ngobrol berdua.'

Nindi yang peka akhirnya mengajak Dio untuk keluar dari ruangan itu.

"Ini pasti kalian haus ya setelah ngajarin anak-anak? Yuk Dio, kita beliin mereka minuman energi biar tenaganya balik dan nggak terlalu capek," Nindi berkata sambil menarik kaos Dio dan memberikan kode dengan matanya yang berkedip sebelah.

Dio yang baru paham maksudnya akhirnya mengikuti langkah Nindi keluar dari lapangan itu.

Nata dan Momota kini berdiri berhadap-hadapan dengan intens di tengah lapangan bulutangkis yang sudah sepi manusia itu.

"Of all the people, why are you the only one who is not happy with my presence?" Momota langsung menohoknya dengan pertanyaan pertama.

Nata tersenyum miring, "because the real Momota never do this."

"Kesimpulan kamu tidak benar."

Nata melotot mendengar Momota mengatakan sebuah kalimat berbahasa Indonesia.

World Rank Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang