17. Blood

255 45 20
                                    

Berdoa dulu biar berkah,

Jangan lupa komen biar bisa interaksi sama Chenzie 😉

Tekan bintangnya juga, ⭐

Selamat membaca... ❤


















"Apa yang kulakukan? Momota bodoh!" Makinya pada diri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kulakukan? Momota bodoh!" Makinya pada diri sendiri.

Meski saat itu bibirnya hanya tinggal satu senti lagi menyentuh bibir Nata, Momota mengurungkan niatannya untuk melakukan itu. Ia sadar, melakukan sesuatu yang sangat intim dan sensitif seperti ciuman di bibir adalah hal yang membutuhkan persetujuan tentunya.

Tapi Momota sudah telanjur gemas. Nata cantik. Sangat cantik di matanya saat itu. Itulah sebabnya, ia akhirnya menjatuhkan sebuah kecupan kecil di pucuk kepala gadis itu.

"Oyasuminasai," bisiknya pelan setelah menjatuhkan kecupan itu. (Met bobo...)

Dengan penuh kehati-hatian agar tak menimbulkan suara berisik, Momota mematikan lampu di ruang santai di kamar hotelnya itu.

Sejujurnya, ia sempat terpikirkan untuk memindahkan Nata untuk tidur dengan posisi rebahan agar ia tak pegal-pegal. Namun jika dipikir-pikir, ia khawatir Nata menganggapnya melakukan perbuatan yang tak senonoh karena tentu saja kondisi kesadaran Nata tak berada dalam kondisi sadar yang sepenuhnya.

Jadilah ia membiarkan Nata tertidur apa adanya.

Ia sendiri kemudian ke kamar mandi untuk menggosok giginya—dengan hati-hati agar tak menimbulkan kegaduhan. Lalu ia melangkah ke atas ranjangnya sambil masih mengawasi Nata.

"Tottemo kawai..." (imut banget...) gumam Momota. "Kita dulu begitu dekat, mengapa sekarang terasa sangat asing?"

Tentu saja Momota tak menemukan jawabannya. Ia tahu, ada banyak sekali hal yang rumit di masa lalu. Harapannya saat ini tidaklah muluk. Ia hanya ingin menguraikan kerumitan itu satu persatu dan memperbaiki keadaan menjadi lebih baik.

Momota segera mengambil ponselnya lalu mengotak atik sebentar. Ia membalasi pesan yang menumpuk. Setelah menyelesaikannya, ia kemudian mengirimkan satu pesan berisikan lampiran foto dan sebuah caption. Berharap penerima pesan itu mampu memahami keadaan dan memberikan pengertiannya.

World Rank Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang