8. Sky Lounge

270 35 14
                                    

Berdoa dulu biar berkah,

Jangan lupa komen biar bisa interaksi sama Chenzie 😉

Tekan bintangnya juga, ⭐

Selamat membaca... ❤






Kita memang tak pernah tahu apa yang dirindukan sampai sesuatu itu tiba di depan mata. (Supernova: Akar)









Sepanjang perjalanan menuju ke hotel, tak ada percakapan apa pun lagi. Baik Nata maupun Momota sendiri terdiam seribu bahasa. Suasana di dalam mobil pun menjadi sedikit tegang. Hal ini terjadi karena semenjak kalimat terakhir yang Momota lontarkan, Nata tak mampu menjawabnya sepatah kata pun. Itulah sebabnya ketegangan itu menguar tanpa mampu dikontrol. Bahkan beberapa kali sopir yang ada di depan menatap mereka melalui kaca spion depan.

Begitu tiba di hotel pun juga sama. Tak banyak interaksi di antara mereka karena masing-masing atlet tunggal putranya juga baru saja sampai dan kelelahan. Akhirnya mereka mengambil jatah waktu istirahat mereka terlebih dahulu dan menuju ke kamar mereka masing-masing setelah diberitahukan oleh Nata.

Sesuai dengan posisi Nata sebagai penerjemah, kamarnya pun ada di dekat ketiga MS Jepang. Kanta Tsuneyama dan Kenta Nishimoto ditempatkan dalam satu kamar. Sementara Momota sendirian. Jika digambarkan, kamar Nata bersebelahan dengan kamar Momota dan berseberangan dengan MS Jepang lainnya.

Mengapa Nata sendirian? Hal ini dikarenakan biasanya, penerjemah sebelumnya yang merupakan laki-laki (Dio) akan berada dalam kamar yang sama dengan Momota. Namun untuk kali ini, hal itu tak mungkin di lakukan. Sementara empat penerjemah yang lama, mereka semua wanita dan ditempatkan dalam dua kamar per dua orang. Jadilah Nata harus sendirian.

Tapi ia tak masalah dengan itu. Ia bekerja dalam tujuan yang profesional, sehingga tak mengkhawatirkan apa pun sekarang ini.

Sementara pasukan MS Jepang beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh, Nata masih disibukkan dengan pekerjaannya. Ia masih mondar-mandir untuk menemui panitia dan pihak official atlet Jepang untuk merampungkan semua briefing agar nantinya bisa lancar hingga turnamen berakhir. Ia pun banyak ngobrol dengan pelatih Jepang dan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk menimba ilmu agar kelak dapat ia ajarkan kepada anak muridnya.

Setelah empat jam mondar-mandir mengurusi persiapan, Nata akhirnya bisa merebahkan punggungnya sejenak. Ia sedang di sesi rehat sebelum nanti malam ke sky lounge untuk acara konsolidasi tim. Ia ingat, dirinya harus mempersiapkan baju untuk acara semi formal nanti malam. Untungnya ia ingat untuk membawa gaun yang cocok dengan acara itu.

Dengan langkah yang santai, ia mengeluarkan baju itu dari kopernya, lalu menggantungnya di wardrobe. Gaun itu dibelikan oleh papanya saat hari ulang tahunnya dan ia belum sempat memakainya karena belum ada acara yang pas. Setelahnya ia juga menata baju lainnya.

Selain menata baju, Nata juga mengeluarkan pouch make up miliknya. Satu persatu ia keluarkan make up dan skin care miliknya, lalu ia tata di meja rias yang ada di sudut kamar hotel itu.

World Rank Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang