Epilog

2.7K 181 44
                                    


"Tak pernah ada satupun janji yang bisa aku tepati" Jay

____________________________________











Saat Jay bilang ia akan menyelesaikannya, ia memang menyelesaikannya tapi bukan membunuh shim tapi membunuh dirinya sendiri, orang yang paling ia benci.

Jake berdiri dengan wajah tegang, sang ayah di depannya menatap tak percaya. Anak satu-satunya menodongkan pistol dengan wajah yang berderai.

"Papa" panggilan itu, Shim membolakan matanya, ia ingat itu kata pertama yang diucapkan jake saat ia belajar bicara.

"Papa? Haruskah aku membunuh papa?" Jake menangis sembari menekan pelatuk itu. Shim menutup mata sekejap dan membukanya dengan wajah yang sangat lelah.

"Jaeyoon, papa sangat menyayangimu"

"Papa bunuh mama dan papa bunuh anak Jaeyoon juga"

Jedanya beberapa saat.

"Bukankah adil jika papa mati di tangan Jaeyoon?"

Aksi itu sebenarnya hanya sebuah pengecoh untuk mengepung shim tapi yang terjadi justru pembunuhan disana. Tepat saat sunrise mulai terlihat dipelupuk timur, peluru itu menghantam kepala Shim.

Dorr...

Jake kaget bukan main karena ia sama sekali tidak menembaknya, namun sebesit bayangan pria dengan jubah hitam membuatnya yakin, Hanbin telah usai menyelesaikan dendam itu.

Shim benar-benar mati, cerebrumnya terkena hantaman peluru sangat keras. Hanya butuh 10 detik sampai nyawa itu hilang. Namun tetap saja ada rasa sakit yang jake rasakan, karena Shim tetap ayahnya. Tubuh itu ia rangkul dengan erat dan menangis dengan wajah sembab.

"Papa, maaf"




























Flashback

"Jay boleh jake tanya sesuatu?"

"Boleh tanya apa saja"

Jake menyamankan duduknya dan menghadap Jay di atas ranjang itu. Pasca latihan basket pulang sekolah Jake selalu jadi orang yang akan menyambut Jay dan itu sangat sangat menyenangkan.

"Jake gak pernah lihat orang tua Jay"

Jay terdiam sesaat sampai bibir itu kembali menyatakan deretan kalimat sakit yang seharusnya tidak ia ungkapkan.

"Mereka cerai, Ayah selalu menyakiti mama, dan mama pergi, ia tidak pernah kembali" jake merangkul pundak Jay pelan dengan wajah bersalah.

"Sedangkan ayah, dia seorang peminum berat, dia meninggal karena di bunuh para pemuda yang diganggunya karena mabuk"

"Maaf"

"Gpp aku lega setelah nyeritain ini, kita sahabat kan, berbagi cerita hidup masing-masing lebih baik"

"Jay?"

"Hm?"

"Kamu punya aku sebagai sandaran kamu, kapanpun itu aku selalu ada disini" Jake menautkan jari kelingkingnya dengan wajah berseri.

"Terimakasih"


















Andai saja banyak orang tau alasan Jay menjadi gigolo bukan hanya karena uang ia memang mencari pemuda yang telah melenyapkan ayahnya. Hukum bisa dibeli dengan mudah, hanya karena sang ayah mabuk hukum dikatakan tak kuat, mereka justru malah membalikkan fakta agar keluarga ayahnya membayar kerusakan dibar.

Dunia sudah terlalu keras untuknya yang rapuh dan mendamba damai. Jadi mengambilnya duluan adalah jawaban dari semua harapannya.

Karena sejak awalpun yang jay inginkan adalah sunghoon hidup bukan hidup bersama sunghoon.















1 tahun kemudian.

Tik....tik......

Rintik hujan membasahi bahu milik pria dengan wajah sendu. Baru saja ia merasa sangat bahagia, semuanya hilang begitu saja.

Sunghoon melambai dengan senyum tipis ke arah anak yang ada di samping mobilnya. Ia masih ingin berbicara lebih banyak dengan Jay. Pria paling kuat dan sangat mencintainya.

Bunga mawar putih itu ia taruh dimakam pelan, sembari mengucap beberapa doa yang bisa membuat Jay tau bahwa selamanya sunghoon akan selalu mengingatnya.

Menutup kepala dengan kupluk, sunghoon mengusap foto jay sembari tersenyum tipis. Derai air mata masih menumpuk di matanya. Perlahan berusaha untuk beranjak dari sana.

Foto Jay begitu tenang, memeluk Jake yang ada di pelukannya. Perlu kalian ketahui Jake juga mati saat itu. Jake mencoba untuk terus datang ke rumah sakit dengan perasaan tegang pasca kehilangan sang ayah. Dan hal itu membuatnya terlempar sangat jauh. Mati tepat di bawah derai hujan yang sama dengan pertemuan itu.

Jake tenang bersama satu-satunya orang yang ia cintai Jay.

Dan sunghoon selamanya tetap menjadi seorang manusia yang beruntung karena tuhan tidak pernah membiarkannya mati, dan selalu menjadi jawaban doa orang-orang yang pergi untuk kebahagiaannya.






"Pwapa"

"Iya sayang?"

"Ayahhh??"

"Disana, nanti kalau taki udah besar kita kesana ya" Sunghoon mencium kening anaknya dan mengambil alih gendongan itu.

"Makasih kak Jeno"

"Sama sama, hati-hati" sunghoon mengangguk, Jeno dan dirinya sudah biasa selalu datang kesini tiap minggu, karena Jeno merasa dirinya ikut andil dalam kematian Jay.

Ia terlalu lama menemukan anak itu, sebelum akhirnya pergi tanpa sempat  mengucapkan, Terimakasih.
















END





HEHE GAK SESUAI EKSPETASI YA.

GPP AKU SUKA ANGST WKWK
TAPI BUAT YG NEXT "LIVING WITH THE DEVIL" AKU BAKAL KASI HAPPY END





MAKASIH SUDAH MAMPIR KE BOOK ECEK ECEK INI HUHU(╥﹏╥)❤️


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DANGEROUS JASUKE [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang