Suasana gelap menyelimuti kamar milik jihoon yang hanya disinari oleh cahaya bulan dan pemandangan lampu kota, duduk termenung mengamati luar jendela menjadi hal yang tengah jihoon lakukan satu Minggu belakangan ini.
Setelah pertemuannya dengan soonyoung yang berakhir dengan soonyoung yang marah dan jihoon yang bungkam akan segala hal.
Satu Minggu yang lalu...
Ruang kerja jihoon di cafe menjadi tempat dimana jihoon duduk berhadapan dengan soonyoung yang kini menatapnya tajam sedangkan jihoon berusaha mencari pandangan lain
"Aku tak ingin basa-basi, aku ingin tahu kenapa kau melakukan itu pada Yuna"tanya soonyoung
"Maaf"lirih jihoonSoonyoung mendengus kesal padahal ia ingin mengetahui kejadian sepuluh tahun lalu di meja operasi namun yang ia dapat hanya kata yang sama seperti sepuluh tahun lalu.
Sedangkan jihoon tahu jika soonyoung pasti akan membahas ini namun jihoon belum siap akan itu jihoon butuh waktu lama untuk menghilangkan rasa takutnya.
"Apa susahnya menjawab ji...aku hanya ingin tahu apa yang kau lakukan pada tunangan ku! Kau membunuh tunangan ku ji, kau membunuh sahabatmu sendiri...kau tahu aku harus membuat rasa muak ku hanya hanya untuk bertanya pada mu"kesal soonyoung
"Aku minta maaf"Soonyoung memilih meninggalkan jihoon yang masih menundukkan kepalanya bahkan soonyoung tahu jika jihoon mulai menangis.
End
Air mata jihoon kembali turun dari mata cantik nya ya seperti inilah yang jihoon alami selama satu Minggu ini, jihoon sendiri juga bingung ia ingin mengatakannya dulu tak ada ayang mau mendengarkannya bahkan soonyoung memukulnya dan membuatnya kehilangan lisensinya.
Sekarang di saat jihoon mulai mencoba hidup norma mereka semua datang dan memintanya untuk berkata jujur.
"Aku harus bagaimana yuna-ya...aku tidak membunuh mu"lirih jihoon.
Tanpa jihoon ketahui renjun selalu ada di depan pintu kamar jihoon dan mendengar semua yang selalu jihoon ucapkan, harusnya ia memindahkan rumah sakit jihoon ke rumah sakit yang lain sungguh melihat jihoon dengan keadaan seperti membuat renjun kembali teringat empat tahun perjuangan jihoon.
.
.
.
Hari terus berlalu dengan cepat jihoon kembali seperti semula meski ia harus bersusah payah mencoba melupakan hari dimana ia bertemu dengan soonyoung, namun tak pernah ada yang tahu apa yang ada di dalam hati jihoon.Hari ini jadwalnya pergi ke rumah sakit untuk jadwal rutin meski ia harus bertemu dengan yang lain.
Langkah kaki jihoon berjalan menuju ruangan wonwoo, seperti biasa jihoon memang selalu mengambil tempat terakhir untuk pemeriksaan rutin ia malas menunggu dan setelah dari rumah sakit ia bisa langsung menjemput renjun.
Namun sepertinya jihoon harus menunggu lebih lama karena wonwoo sedang berkumpul dengan soonyoung dan yang lain, jihoon lupa jika mereka memang senang berkumpul.
"Oh kau sudah datang? Kau ingin nanti atau sekarang?"tanya wonwoo
"Nanti saja, kau selesaikan dulu...aku ke ruangan kolega ku"sahut jihoonJihoon kembali menutup pintu dan memilih untuk menunggu di taman mana ada ia menemui koleganya padahal kenyataannya dia yang akan di periksa.
Semua terdiam saat jihoon kembali menutup pintu dan langsung menatap wonwoo dengan berbagai macam tatapan
"Kau sedang ada janji apa Hyung dengan jihoon Hyung?"tanya mingyu
"Kencan buta"singkat wonwoo
"Untuk apa jihoon Hyung kan sudah bersuami"
"Memang aku bilang untuk jihoon? Tentu saja untuk ku"
"Kan sudah ada aku kenapa mencari lagi"
"Aku mencari yang serius dengan ku, menunggu mu menikahi ku ke buru jadi nenek-nenek aku, aku iri dengan jihoon yang punya anak cantik dan imut seperti renjun aku juga ingin"