Lorong rumah sakit kini penuh dengan manusia yang masih menggunakan jas, menunggu wonwoo keluar dari ruang penangan yang belum keluar juga renjun sendiri sudah bagai manusia tanpa raga dengan mata bengkak.
Acara pertunangan soonyoung terus berlanjut namun bukan soonyoung yang bertunangan namun soora dengan kekasihnya karena soonyoung kelewat panik saat mendengar pekikan renjun ditambah dengan tak sadarnya jihoon.
Tuan dan nyonya Kwon juga ikut mengantar jihoon ke rumah sakit dan sekarang tengah menenangkan renjun walau sebetulnya renjun hanya diam dengan pandangan kosong disertai dengan isakkan kecil menyebut nama jihoon.
Butuh tiga jam untuk menunggu wonwoo di dalam dan sekarang yang mereka tunggu sudah keluar namun dengan wajah yang tak bisa di tebak.
"Bagaimana keadaan jihoon?"tanya soonyoung
"Kita harus mencari ginjal baru untuk jihoon, untuk sekarang aku dan yang lain hanya bisa memantau kondisi dan...jika tak ada juga ginjal yang cocok kita harus terima kemungkinan terbesarnya"sahut wonwoo
"Maksud mu ginjal jihoon rusak? Sejak kapan?"
"Soon kedatangan jihoon ke mari itu untuk berobat dan mencari ginjal baru"
"Kau tahu kenapa tak memberitahu ku...kenapa kau sembunyikan jangan bilang yang lain?...KENAPA!"Suara bentakan soonyoung membuat lorong rumah sakit sunyi seketika sungguh soonyoung tak tahu apa yang harus soonyoung lakukan sekarang rasanya dosanya sudah menumpuk pada jihoon.
"Soon tenanglah, kita semua tahu juga belum lama ini...tolong kendalikan amarahmu lihatlah renjun sekarang bagaimana kondisinya, yang perlu kita lakukan membatu untuk mencari ginjal baru yang sehat untuk jihoon"ujar seungcheol
"Aku takut Hyung...aku takut kehilangan jihoon untuk kesekian kalinya...mungkin dengan membiarkan jihoon mencari yang lain aku bisa melihatnya bahagia tapi kenapa seperti ini Hyung...luka perginya Yuna belum hilang Hyung, aku tak ingin jihoon ikut pergi dengan Yuna Hyung"racau soonyoungSemua diam sungguh tak ada yang bicara membawa nama Yuna dalam pembicaraan seperti ini sama saja membangunkan trauma Soonyoung yang takut ditinggalkan lagi.
Mereka tahu bagaimana hancur dan menderitanya soonyoung setelah kepergian Yuna dan menghilangnya jihoon secara tiba-tiba dan mereka juga tak ingin kehilangan jihoon.
"Soonyoung Samchoon"panggil renjun
"Renjun-ie"lirih soonyoung
"Bangun...jangan duduk dilantai, jangan menangis eomma tak suka"
"..."
"Eomma rela harus seperti ini hanya untuk melihat samchoon bahagia jadi jangan menangis...jangan biarkan pengorbanan dan rasa sakit eomma ku jadi sia-sia karena samchoon menangis...ayo bangun hiks"Soonyoung bangun dari duduknya dan memeluk tubuh renjun yang perlahan mulai menangis, renjun tak jadi mengobrak Abrik acara soonyoung namun jihoon sendiri yang mengacaukannya namun melihat jihoon dalam keadaan tak pasti membuat renjun memilih jadi anak manis agar jihoon menuruti semua permintaannya.
"Maafkan samchoon renjun...sungguh samchoon minta maaf"ujar soonyoung
"Tolong bantu eomma untuk bertahan samchoon...tolong"Sedih tentu saja bahkan perawat yang mendamping wonwoo juga ikut menangis sungguh pemandangan yang membuat siapa pun yang melihatnya meneteskan air mata.
.
.
.
Satu Minggu berlalu dengan cepat keadaan jihoon juga belum membaik masih sama bahkan bisa dibilang lebih sering turun yang mana membuat wonwoo dan yang lain harus terus spot jantung karena kondisi jihoon.Soonyoung masih terus mencari donor ginjal untuk jihoon bahkan ia sampai mencari dari rumah sakit lain karena saking takutnya terlalu lama jihoon harus menanggung sakit.
Selama jihoon dirawat renjun dan Guanlin diminta soonyoung untuk tinggal sementara di apartemennya tentu saja dengan soonyoung, soonyoung tak bisa lepas begitu saja mengenai renjun dan Guanlin yang menjadi tanggung jawab jihoon.
Seperti sekarang menjemput renjun dan Guanlin sekolah bahkan sampai mengantar mereka sekolah, sama seperti yang dilakukan jihoon meskipun renjun dan Guanlin bilang bisa naik bus atau taxi.
"Samchoon tumben sudah sampai sekolah?"tanya renjun
"Heum...samchoon jalan-jalan dulu tadi, guanlin mana?"tanya soonyoung yang hanya melihat renjun sendiri
"Sedang ada kegiatan sekolah basket samchoon katanya nanti pulang sendiri"
"Oh ya sudah, ayo masuk kita mampir makan dulu baru pulang atau kau ingin ke rumah sakit"
"Ke rumah sakit samchoon aku ingin melihat eomma"
"Baiklah"Soonyoung menjalankan mobilnya menuju tempat dimana ia dan jihoon sering makan bersama kedai ramen yang pernah renjun datangi bersama jihoon di hari pertama disini.
"Kau pernah datang kemari?"tanya soonyoung
"Pernah dengan eomma"sahut renjun
"Apa katanya?"
"Ini tempat dimana eomma dan yang lain berkumpul"
"Ya benar, saat kuliah kami sering datang kemari tapi disini tempat pertama kali samchoon mentraktir eomma mu dulu saat SMP"
"Benarkah? Eomma tak pernah menceritakan masa sekolahnya pada ku...eomma seperti apa samchoon saat sekolah?"
"Dia manusia paling berbakat yang pernah samchoon kenal...dia pintar segala hal dari musik sampai matematika, dan keputusannya jadi dokter adalah hal paling berat disaat sebetulnya eomma mu ingin mengambil seni"
"Samchoon masih punya foto eomma waktu sekolah?"
"Sebentar samchoon cari dulu"Soonyoung mencari foto jihoon yang sengaja ia arsipkan sendiri berbeda dengan foto yang lain.
"Ini foto saat sekolah sedang karya wisata"ujar Soonyoung
"Eomma dari dulu punya wajah yang menggemaskan"ujar renjun
"Ya dan dulu eomma mu itu galaknya minta ampun punggung samchoon tak pernah absen dari pukulan tangannya"
"Lalu sejak kapan samchoon jatuh cinta pada eomma"
"Sejak awal kelas tiga SMP sejak itu samchoon menaruh hati pada eomma mu sampai sekarang, sudah ayo makan nanti keburu sore sampai rumah sakit"Renjun hanya mengangguk saat mendengar perintah soonyoung sedangkan soonyoung sendiri ia sedikit lega karena renjun tak menaruh benci padanya.
"Ayo ji...kita pergi"
"Ayo"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc