Satu Minggu berlalu dengan cepat dan satu Minggu itu pula jihoon terus di teror oleh wonwoo karena ingin menagih cerita namun tak juga mendapat hari libur jadilah jihoon yang harus datang ke rumah sakit untuk bercerita.
Ruang kerja wonwoo kini menjadi tempat dimana jihoon duduk dengan tenang sebari memakan buah yang di kupas kan seungkwan untuknya, awalnya jihoon aneh saja saat seungkwan mau mengupaskan buah untuknya namun setelah mendengar seungkwan berkata ia sedang tak ada kerjaan jadilah jihoon santai.
"Jadi ji cepat ceritakan tentang renjun"ujar wonwoo
"Renjun putra ku won"sahut jihoon
"Iya aku tahu dia putra mu tapi kau bilang kau tak bersuami maksud mu kau hamil di luar nikah begitu?"ujar wonwoo
"Sembarangan saja mulut mu kalau bicara, kalau aku hamil di luar nikah harusnya renjun berumur sepuluh tahun bukan tujuh belas tahun"sahut jihoon
"Lalu Hyung?"tanya seungkwan
"Dia anak angkat ku, aku menemukannya saat ia berusaha lari dari oknum perdagangan manusia harusnya dia memanggilku Hyung tapi dia bersikeras memanggilku eomma dan sejak saat itu aku mengurus semua berkasnya menjadi anak angkat ku, kalau kau tanya kenapa aku melarang membahas orang tua renjun di depan atau sekitar renjun jawabannya renjun punya trauma karena peristiwa itu dan kekerasan yang terjadi padanya jadi saat dia sedang terlibat dalam masalah traumanya kambuh meski sudah tak separah dulu dan hoseok Hyung adalah dokter penanggung jawab renjun"jelas jihoon
"Lalu kejadian sepuluh tahun lalu?"celetuk soonyoung datang entah dari manaJihoon diam ia tak tahu jika soonyoung akan datang ke ruangan wonwoo karena setahu jihoon ia datang kerumah sakit hanya beberapa orang saja yang tahu.
Merasa jihoon dan soonyoung butuh waktu berdua wonwoo dan seungkwan keluar dari ruangan wonwoo dan membiarkan dua orang itu menyelesaikan masalahnya.
"Kau yakin ingin tahu?"tanya jihoon menatap mata soonyoung
"Ya aku ingin tahu...karena bagaimana pun Yuna tunangan ku"sahut soonyoungNamun belum juga soonyoung mendengar perkataan jihoon dering ponsel jihoon membuat keduanya terdiam dan lagi-lagi Soonyoung harus menunda pertanyaan itu karena wajah khawatir jihoon nampak jelas setelah melihat ponsel.
"Ada apa?"tanya Soonyoung
"Aku harus ke sekolah renjun"ujar jihoon
"Ruang kepala sekolah lagi?"
"Ya, aku pergi dulu"
"Aku antar"
"Tidak perlu kau masih ada pasien"
"Aku kosong hari ini, kau tak mungkin menyetir sendiri"Jihoon hanya mengangguk soonyoung benar ia tak akan pernah fokus jika sedang panik, wonwoo dan seungkwan di kejutkan dengan keluarnya jihoon dengan wajah panik dan wajah tegas soonyoung.
.
.
.
Langkah kaki jihoon bergegas menuju ruang kepala sekolah dengan soonyoung yang mengikuti jihoon dari belakang karena sudah pernah sekali mendapati jihoon dalam keadaan seperti ini sebelumnya.Sesampainya di ruang kepala sekolah jihoon dihadapkan dengan renjun yang berdiri di hadapan orang tua murid dan satu murid yang babak belur, dapat jihoon tebak jika renjun habis menjelma menjadi preman.
"Renjun-ie"panggil jihoon
"Eomma"lirih renjun
"Oh ini eomma mu? Kau apa tidak bisa mengajari putra mu dengan benar? Lihat putraku pipinya sampai lebam seperti ini"ujar perempuan paruh baya dihadapannya.
"Saya mohon maaf atas kesalahan renjun nyonya, saya akan tanggung jawab untuk pengobatan putra anda"ujar jihoon
"Ya dimana appa mu"tanya pria paruh baya yang duduk di samping perempuan itu
"Aku tidak punya appa...jadi apa pun yang berkaitan dengan masalah ku tolong selesaikan dengan ku"ujar renjun sopan
"Pantas saja seperti preman seperti ini, tenyata anak hubungan terlarang"ujar perempuan itu
"Anak ku punya ayah...renjun ku punya ayah, aku ayahnya sekaligus eommanya mau apa anda? Aku akan bertanggung jawab atas segala pengobatan putra mu itu sampai ia sembuh tapi apa kau bisa mengobati sakit hati putra ku? Tidak bisa karena obat sakit hati tak ada yang punya dan tuan kau dari perusahaan farmasi Shin kan?"tanya jihoon
"Memangnya kenapa? Kau ingin berkerja di perusahaan ku? Tak akan ku terima"sombong pria itu
"Selamat kau baru saja bangkrut"ujar jihoon
"Maksud mu?"bingung perempuan itu
"Lee farmasi memutus kerja sama dan baru saja ku lakukan, kami permisi renjun kita pulang"Jihoon pergi menarik renjun keluar dari ruang kepala sekolah bahkan taeil sampai mengikuti jihoon sungguh rasanya jihoon ingin membakar manusia yang ada di dalam ruangan taeil.
"Renjun tak apa?"tanya jihoon panik takut jika trauma renjun kembali
"Hanya pusing eomma"sahut renjun
"Maafkan eomma, kau harus begini"ujar jihoon
"Tak apa eomma, bukan salah eomma"sahut renjun
"Nanti ceritakan pada eomma di rumah"ujar jihoon dan hanya mendapat anggukan dari renjun
"Masih pusing? Apa sesak?"tanya soonyoung sebari memeriksa nadi renjun
"Sedikit"sahut renjun
"Kita ke apartemen ku dulu, renjun butuh istirahat dulu, kau bisa minta dokter renjun untuk datang ke apartemen ku"ujar soonyoung
"Baiklah, taeil Hyung renjun ijin pulang dulu"ujar jihoon
"Baiklah kalau belum sembuh jangan sekolah dulu"sahut taeil
"Aku ambil tas renjun dulu, renjun-ie ikut dengan dokter Kwon dulu ke mobil miliknya mobil eomma ketinggalan di rumah sakit"ujar jihoon
"Bisa berjalan? Jika lemas bilang pada ku?"ujar soonyoung
"Bisa tapi pelan"lirih renjunTanpa menjawab soonyoung memilih untuk menggendong renjun ke mobil sebari menunggu jihoon, soonyoung mengabil peratalan kesehatan yang selalu ia bawa di dalam mobil untuk mengambil tabung oxican untuk renjun.
"Hirup ini pelan-pelan, tenang jangan panik"ujar soonyoung dan renjun hanya menurut.
Jihoon datang dengan berlari untuk menghampiri soonyoung yang masih membantu renjun di bangku penumpang.
"Kau duduk disini, kita pulang sekarang"ujar Soonyoung
Pulang ke rumah soonyoung maksudnya karena tak mungkin juga jihoon langsung meminta ke apartemen miliknya saat panik seperti ini yang terpenting renjun lebih dulu.
Sesampainya di apartemen, soonyoung langsung membawa renjun kedalam kamar dan siapa sangka hoseok juga sudah sampai jadilah renjun langsung ditangani.
Jihoon menunggu di luar bagaimana pun dulu ia juga dokter jadi ia menyerahkan renjun untuk hoseok tanganni.
"Minum ji"ujar soonyoung
"Terimakasih"sahut jihoon
"Tenang saja renjun tak akan kenapa-napa"
"Iya, hanya dia yang ku punya untuk bertahan di sini"
"Ah ya ini mau makan siang kau ingin makan apa biar ku pesankan"
"Bukankah kau bisa memasak?"
"Sudah lama aku tak menyentuh dapur, jadi lupa caranya"
"Biar ku masakan...di kulkas mu ada bahan makanan kan?"
"Ada"
"Ku buatkan makan siang saja...aku pinjam dapur mu sekalian nanti kau ajak hoseok Hyung untuk bergabung dan...maaf merepotkan mu sebelumnya, Chan akan datang setelah ini"
"Ya tak apa, senang bisa membantu mu"Jihoon bergegas pergi menuju dapur meninggalkan soonyoung yang masih berdiri di depan kamarnya tak lama hoseok keluar dari kamarnya.
"Jihoon mana?"tanya hoseok
"Di dapur, renjun bagaimana?"tanya soonyoung
"Sudah tak apa-apa dia sedang tidur sekarang, terimakasih sudah membatu pernafasannya tadi"
"Tugas dokter bukan? Dia punya trauma Hyung?"
"Ya sudah lama namun kalau teringat bisa kambuh kapan saja"
"Hyung saat jihoon menghilang kau tahu dia kemana?"
"Aku belum mengenal kalian saat itu bahkan kejadian sepuluh tahun lalu aku tahu dari Chan baru aku sadar jika yang dimaksud adalah jihoon dan lagi kau tak bertanya"
"Ya mana ku tahu Hyung ku pikirkan dulu kau dokter senior baru mana sempat ada waktu menyapa mu kalau jadwal operasi ku sungguh gila"
"Andai kau dan yang lain mau mendengarkan jihoon saat itu mungkin saat ini jihoon masih jadi dokter di rumah sakit"
"Apa dampaknya besar Hyung?"
"Tanya sendiri bukan hak ku untuk menjelaskan"Soonyoung diam memang ia tak tahu apa yang terjadi pada jihoon sejak hari pencabutan lisensi praktiknya yang soonyoung ingat jihoon pergi meninggalkan senyuman yang berhasil membuat semua orang merasa bersalah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
______________________________________"Maaf ya na baru bisa up tangan na baru bisa di gerakin habis ketimpa pohon pepaya lagi soalnya..."