"maafkan kami dokter Lee dengan amat di sayangkan kami terpaksa mencabut lisensi praktik mu"
Kata-kata yang selalu jihoon ingat sejak sepuluh tahun yang lalu dan tak akan pernah jihoon lupa sedikit pun bahkan untuk melupakan kata-kata itu membuat jihoon pernah hampir gila.
Pengorbanannya belajar selama kuliah, pengorbanan waktu belajarnya, pengorbanan kesehatannya yang sering terlupa dan bagaimana ia berkorban hanya untuk predikat nilai yang bagus dan menjadi dokter yang handal hancur seketika dalam satu kejadian yang sungguh tak jihoon inginkan.
Seandainya dulu ia menolak permintaan soonyoung untuk menangani Yuna mungkin ia masih bisa menjalankan tugasnya sebagai dokter.
Andai dulu ia tak menuruti permintaan Yuna di meja operasi mungkin lisensinya masih ada bersamanya.
Namun semua itu hanya andai di tambah lagi dengan keadaannya waktu itu tangan yang sering ia gunakan untuk menolong seseorang kini sudah tak bisa di gunakan untuk itu lagi.
"Yuna-ya...kau bahagia kan disana? Keluarga mu sudah tak bisa menyakiti mu lagi...aku ingin sekali bisa bicara bersama sahabatku lagi"gumam jihoon di balkon apartemen miliknya.
Ya jihoon kini ada di balkon apartemen miliknya sendiri menikmati suana malam seorang diri dengan tenang.
Harusnya ia menikmati malam ini dengan kopi bukan dengan air putih terlebih lagi jika renjun ada di rumah sayangnya renjun ada kegiatan sekolah diluar selama tiga hari.
"Jihoon Hyung"panggil Chan yang datang dari balik pintu
"Kenapa kau ada di rumah ku?"tanya jihoon
"Libur Hyung, malas pergi dengan hoseok Hyung jadi main..."
"Kenapa tak tekan bel"
"Sudah tapi Hyung sepertinya tak dengar jadilah aku bertanya pada renjun"
"Duduk saja"Chan duduk di samping jihoon ikut menikmati pemandangan yang amat menyejukkan mata sama seperti jihoon yang juga tengah menikmati suasana tenang.
"Hyung tak ingin mengatakannya?"tanya Chan
"Entah...aku ingin tapi belum siap, takut akan respon soonyoung"sahut jihoon
"Hanya kau, aku dan Yuna Noona saja yang tahu akan kejadian sepuluh tahun lalu bahkan keluarga Yuna Noona sampai sekarang hanya diam seperti tak terjadi apa pun"
"Ya karena memang itu yang di inginkan oleh keluarga Yuna"
"Maksud Hyung?"
"Aku dan Yuna bertema lebih lama dibandingkan Yuna dan soonyoung, aku tahu bagaimana kehidupan gadis ceria itu bahkan sampai yang terdalam dan saat itu memang kita dalam kondisi yang serba salah dan jadilah salah paham"Chan juga ikut diam ia tak tahu bagaimana sistem persahabatan jihoon dan Yuna begitu juga dengan soonyoung yang ia paham Hyung baiknya ini terluka begitu dalam.
.
.
.
Suasana kafe kini nampak tenang dan santai begitu juga dengan salah satu meja yang menjadi tempat dimana jihoon duduk berhadapan dengan seorang perempuan cantik di hadapannya.Sudah lama ia tak melihat wajah perempuan yang ada dihadapannya ini terkahir kali jihoon bertemu saat pemakaman Yuna dulu.
Jung Yerin, jihoon sangat kenal siapa perempuan ini salah satu kakak ipar Yuna yang menurut jihoon satu-satunya orang yang percaya akan Yuna.
"Lama tak bertemu Yerin Noona"sapa jihoon
"Ya lama sekali, bagaimana kabar mu?"tanya Yerin
"Aku ya begini begini aja Noona, Noona sendiri bagaimana?"
"Aku sama baiknya...senang bisa melihat mu kembali meski ku rasa kau tak sama seperti dulu yang ku kenal"
"..."
"Jihoon-na terimakasih"
"Untuk?"
"Tetap menjadi sahabat yang baik bagi Yuna dan berhenti menyalahkan diri sendiri"
"Bukankah teman harusnya begitu Noona...kalau masalah menyalahkan diri sendiri sudah tak ku lakukan meski sering kali teringat, Noona sendiri bagaimana?"
"Sulit rasanya tidak menyalahkan diri sendiri disaat sisa waktunya ia gunakan untuk permintaan itu"
"Tak apa Noona yang penting Noona dan keluarga Noona tidak seperti dulu lagi"
"Kau tak memberitahu soonyoung?"
"Belum saatnya, berat Noona ketika membahas masa lalu yang akan menyakiti kita berdua terlebih lagi aku juga soonyoung dekat dengan Yuna"
"..."
"Nanti ada saatnya aku memberitahunya sendiri"
"Adik ku beruntung memiliki sahabat seperti mu walau adik ku mengambil hati orang yang kau cinta kau masih mau berbaik hati dengannya...aku pamit ya ji suami ku sudah menjemput"
"Baik Noona hati-hati di jalan, titip salam untuk suami dan keluarga Noona"Jihoon mengantar Yerin sampai depan pintu cafe bahkan jihoon juga melihat kakak laki-laki Yuna di dalam mobil juga tengah melemparkan senyuman.
Ia tak menyangka akan bertemu dengan Yerin setidaknya jihoon tahu jika keluarga Yuna sudah berubah.
Jihoon kembali masuk kedalam cafe untuk melanjutkan pekerjaannya dengan tenang sebari menunggu renjun pulang sekolah.
Pintu cafe terbuka dan siapa sangka jihoon mendapati soonyoung dan teman soonyoung datang ke cafe miliknya.
"Jihoon...aku merindukan mu"pekik wonwoo
"Kita baru semalam saling berbalas pesan won, kalian sedang libur?"tanya jihoon
"Lebih tepatnya cuti"singkat seungkwan
"Kalian ingin pesan apa?"tanya jihoon
"Yang paling enak di cafe ini soonyoung Hyung traktir"celetuk Chan
"Bangkrut dong Chan"sahut soonyoung
"Ya sudah kalau tak mau aku minta hoseok Hyung saja biar kalian kembali ke rumah sakit"ujar Chan
"Tidak...tidak Chan akan kami traktir"celetuk Jun
"Chan mainnya orang dalam"ujar Hao
"Tunggu sebentar"ujar jihoon
"Renjun belum pulang ji?"tanya Jisoo
"Belum satu jam lagi aku harus menjemputnya di sekolah"ujar jihoon
"Tumben biasanya pulang sendiri?"tanya wonwoo
"Dia habis kegiatan sekolah jadi aku harus jemput takut anak itu tidur di bus dan tak tahu jalan pulang"sahut jihoon
"Adi ingin punya anak"keluh wonwoo
"Menikahlah, kau punya kekasih itu diajak menikah kalau memang serius kalau tidak cari yang lain yang mau serius dengan mu, ingin ku Carikan teman kencan buta lagi?"ujar jihoon
"Eh... tidak-tidak tidak boleh aku yang akan menikah dengannya Hyung jangan di carikan teman kencan buta"
Ujar mingyu
"Untuk saja ji"celetuk jeonghan
"Mana bisa"sahut seungcheolJihoon hanya tersenyum ringan sudah lama ia tak berkumpul dengan semua temannya meski dalam hati jihoon tahu jika mereka semua masih mencari tahu kejadian sepuluh tahun lalu.
Ponsel jihoon berdering dengan nomor tak di kenal dengan segera jihoon mengangkat panggilan itu takut dirasa penting namun setelah mendengar apa yang dikatakan lewat sambungan telfon itu tanpa sengaja jihoon menjatuhkan gelas yang sedang ia bawa sehingga membuat semua mata langsung tertuju padanya.
"Jihoon kau tak apa?"tanya soonyoung
"Renjun...renjun..."ujar jihoon panik
"Renjun kenapa?"
"Antar aku ke rumah sakit...renjun disana sekarang"Jihoon berlari mengambil tas dan ponselnya dan bergegas keluar di ikuti soonyoung yang akan mengantar jihoon ke rumah sakit.
Soonyoung kadang heran kenapa setiap ia ingin membahas mengenai masa lalu renjun selalu menghalangi bukan soonyoung tidak suka tapi ia butuh kepastian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc