Padang rumput hijau dan awan biru menjadi pemandangan yang menyapa mata soonyoung, indah dan tenang setidaknya itu yang soonyoung rasakan dan pemandangan favorit jihoon.
"Soonyoung-ah"
Suara yang sangat soonyoung rindukan suara jihoon, pandangan soonyoung menyusuri hamparan Padang rumput hijau yang luas hanya untuk menemukan pemilik suara yang sangat ia rindukan.
Langkah kaki soonyoung mulai berjalan menyusuri Padang rumput yang hijau ini berharap ia bisa menemukan pemilik suara itu agar bisa ia peluk dengan erat.
Langkah soonyoung terhenti saat melihat jihoon tengah duduk di salah satu bangku dengan senyuman hangat menyambutnya dan memintanya untuk duduk disampingnya.
"Kemarikan duduk di sampingku"ujar jihoon sebari menepuk bagian kosong di sampingnya
Soonyoung hanya tersenyum dan menghampiri jihoon dan duduk disamping jihoon yang mana membuat jihoon mengeluarkan senyum manisnya
"Cantik sekali"ujar soonyoung
"Apanya?"tanya jihoon
"Senyum mu, aku rindu senyuman cantik itu"
"Rindu senyumannya atau rindu ynag punya senyuman"
"Keduanya"
"Kau baik-baik saja kan? Renjun dan guanlin juga bagaimana?"
"Aku baik-baik saja jangan khawatir, renjun dan Guan juga sama baiknya"
"Baguslah...aku tak perlu khawatir jika aku pergi"Soonyoung hanya diam saat mendengar apa yang dikatakan jihoon dan kembali menatap kedua mata jihoon dengan lembut
"Kau pergi aku akan ikut"ujar soonyoung
"Lalu renjun akan ku titipkan pada siapa?"tanya jihoon
"Ada wonwoo dan yang lain"
"Tapi aku hanya ingin kau yang menjaga renjun"
"Aku hanya ingin kau dan aku yang akan menjaga renjun"
"Soonyoung"
"Kau pergi aku juga pergi...jika aku tak bisa menebus dosaku disana setidaknya aku bisa menebus dosa ku di sisi mu sebagai penghukum nya"
"Tidak bisa, aku tidak bisa menghukum mu, kembali ya renjun dan yang lain menunggu mu...Yuna juga sudah menunggu ku"
"Tolong jangan tinggalkan aku lagi ji tolong...aku ingin ikut dengan mu"
"Tidak bisa soonyoung"Cup
Satu kecupan hangat jihoon berikan pada bibir soonyoung yang mana membuat soonyoung menumpahkan air matanya di ikuti dengan cahaya yang mulai membuat matanya menyipit dan kalimat terakhir jihoon
"Saranghae soonyoung-ie"
End....
"KWON SOONYOUNG BANGUN!"
Suara teriakan seokmin membuat kedua mata soonyoung terbangun dapat soonyoung lihat seokmin kini tengah menatapnya kesal dan khawatir sekaligus entah mengapa tubuh soonyoung jadi merasakan sakit.
"Aku tak apa"lirih soonyoung
"Tak apa bagaimana bodoh kau baru saja membuat satu rumah sakit gembar dan membuat ku mati berdiri...kalau ingin mati pergi sendiri jangan kau bawa renjun juga"kesal seokmin
"Bagaimana dengan renjun"
"Dia tak apa hanya luka kecil dan mungkin juga syok"Soonyoung ingat setelah pulang dari kedai ramen yang ia dan renjun datangi mobilnya oleng dan menyebabkan kecelakaan dan renjun ada di sampingnya.
"Seok...bagaimana dengan jihoon?"tanya soonyoung mencoba bangun
"Jangan bangun bodoh kau baru saja sadar dari maut"kesal seokmin
"Bagaimana jihoon?"
"Wonwoo Hyung sedang menangani jihoon Hyung tadi sempat drop"Mendengar apa yang dikatakan seokmin mengenai jihoon soonyoung langsung melepas selang infus yang tertempel pada punggung tangannya dan bergegas menuju ruang rawat jihoon.
Langkah kaki soonyoung terhenti saat melihat renjun dan yang lain duduk di depan ruang operasi dengan langkah terseok dan baju penuh dengan darah soonyoung menghampiri renjun dan yang lain.
Soonyoung tak peduli dengan pandangan orang yang menatapnya ngeri dengan kondisinya bahkan tak peduli dengan keterkejutan renjun dan semua temannya yang ia pedulikan adalah ia tahu kondisi jihoon
Soonyoung tak ingin mimpinya menjadi nyata ia masih ingin mengungkapkan semua perasaan cintanya pada jihoon dan menebus semua dosanya.
Berbeda dengan wonwoo yang tengah berusaha menyelamatkan jihoon dengan sekuat tenaganya, wonwoo bersumpah jika jihoon benar-benar meninggalkannya ia akan meninggalkan meja operasi dan rumah sakit setelahnya.
"Kau yakin ingin pergi?"tanya Yuna
"Ya waktu ku sudah habis"sahut jihoon
"Ayo kita pergi jihoon"
"Ayo"Tittttttttttttttttttttttt....
Suara mesin Elektrokardiografi Ambulatori terdengar memenuhi ruang operasi membuat wonwoo dan semua yang ada didalam ruang operasi dibuat kalang kabut.
Sungguh jihoon berhasil membuat wonwoo takut bukan main untuk kedua kalinya, wonwoo segera melakukan pertolongan pertama pada jihoon.
"90 Joule"
"Siap"
"Shoot"
"150 Joule"
"Siap"
"Shoot"
"200 Joule"
"Siap"
"Shoot"
Masih tak ada perubahan pada jihoon wonwoo langsung memberi cpr pada jihoon sungguh ia tak ingin kehilangan jihoon.
"Ku mohon ji, demi renjun...demi soonyoung kembali ji...kembali....kembali JIHOON!"
Tak ada perubahan pada jihoon membuat wonwoo lemas seketika bahkan saat asisten wonwoo mengatakan waktu kepergian jihoon wonwoo tak mendengarnya sama sekali.
Langkah kaki wonwoo berjalan keluar dari ruang operasi untuk menemui renjun dan yang lain namun saat membuat pintu operasi pandangan wonwoo tertuju pada soonyoung yang berdiri tepat di depan ruang operasi bahkan dengan baju yang penuh darah.
"Maaf...maafkan aku...maafkan aku karena tak bisa menyelamatkan jihoon"
Perkataan wonwoo seketika membuat renjun dan yang lain menangis bahkan renjun langsung tak sadarkan diri, soonyoung hanya diam isi kepalanya tiba-tiba saja kosong mendengar apa yang dikatakan wonwoo.
Dunianya kosong seketika saat itu juga, ia kehilangan lagi kali ini bukan orang yang hanya dekat tapi ia kehilangan cinta pertamanya, tempat penebusan dosanya, sahabatnya dan dunianya
Jihoon meninggalkannya begitu saja dengan dosa yang tak bisa ia tebus lagi hingga keadaan sekitar soonyoung mulai berputar dan semuanya menjadi gelap saat itu juga dan hanya teriakan lengking seokmin yang soonyoung dengar sebelum ia menjadi tuli
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc