8

996 116 3
                                    

Duduk diam di ruang tunggu menjadi hal yang kini renjun lakukan setibanya di rumah sakit renjun di beri tahu jika jihoon sedang di tangani oleh wonwoo, ia tak peduli dengan Guanlin yang ia tinggal begitu saja di parkiran.

Yang jelas jihoon yang utama bahkan saat jihoon di pindahkan ke ruang rawat pun renjun masih takut untuk masuk ke dalam dan berakhir di ruang tunggi seperti ini.

"Minum"ujar guanlin memberikan sebotol air mineral pada renjun
"Kau masih disini?"tanya renjun
"Aku belum mendapatkan ucapan terimakasih"
"Terimakasih sudah mengantar ku kesini"
"Masuklah, Hyung mu perlu di temani"
"Dia eomma ku bukan Hyung ku"
"Yang benar saja"
"Iya benar, sudah sana kembali ke sekolah"
"Padahal aku ingin bolos"
"Bolos itu ke taman bermain bukan rumah sakit"
"Ya sudah, aku pergi jika eomma mu sudah sadar bilang pada ku ada yang ingin ku sampaikan"
"Tidak mau"

Renjun memilih masuk bersamaan dengan wonwoo yang keluar dari dalam dan guanlin yang pergi meninggalkan renjun.

Saat masuk renjun pikir hanya akan ada dia saja yang di dalam tapi renjun juga melihat wonwoo juga kembali ke dalam ruang rawat jihoon.

"Eomma bagaimana?"tanya renjun
"Sudah tak apa-apa tenang saja, tadi sempat turun juga kondisinya...apa dia sedang banyak pikiran?"tanya balik wonwoo
"Mungkin belakangan ini eomma terlihat berbeda sejak bertemu dengan dokter sipit itu"
"Ku rasa salah juga membuatnya tertekan"
"Jangan lakukan itu lagi, jangan membahas masa lalu yang kalian sebabkan eomma ku butuh empat tahun lebih hanya untuk mencoba hidup normal"
"Banyak yang terjadi pada nya rupanya"
"Benar maka jangan ungkit masa lalu eomma ku, aku tak menyalahkan kalian terhadap apa yang kalian lakukan pada eomma ku namun aku juga tak bisa menerima begitu saja, cukup jalani peran kalian saja sebagai dokter jangan berlagak untuk kembali jadi teman jika hanya untuk mengorek informasi masa lalu eomma"

Wonwoo hanya diam mendengar apa yang dikatakan renjun meski wonwoo tahu renjun sedang mencoba menahan amarahnya karena hanya berbicara dengan nada datar.

Renjun tak tahu jika sedari tadi ponsel wonwoo sedang melakukan panggilan terhadap seseorang, karena ingin jihoon istirahat wonwoo memilih pamit keluar.

Langkah kaki wonwoo berjalan menuju kantin tempat dimana semua temannya menunggu dan memutus sambungan telfon soonyoung.

Berbeda dengan soonyoung yang hanya diam mendengar apa yang dikatakan renjun lewat ponsel wonwoo bahkan semua temannya juga ikut mendengar semuanya.

"Kau masih ingin melanjutkan mencari tahu soon?"tanya seungcheol
"Ini sudah sepuluh tahu sejak kematian Yuna, keluarga Yuna sendiri juga tak memberikan informasi apa pun pada mu"timpal jun
"Mungkin..."lirih soonyoung
"Coba berdamai dan kembali berteman hyung ada saatnya jihoon Hyung ku itu mau cerita sendiri"ujar Chan datang dari belakang
"Chan"bingung soonyoung
"Itu saran ku sih, aku duluan hoseok Hyung menunggu ku"pamit Chan

Chan pergi meninggalkan kantin dengan santai, selain kabar tentang jihoon yang tak pernah mereka dapat kabar tentang Chan juga sama meski satu rumah sakit Chan enggan memberitahu kehidupannya sejak kejadian sepuluh tahun yang lalu.
.
.
.
Suasana ruang rawat jihoon kini ramai dengan pertengkaran renjun dan hoseok ya Chan memang ingin menemani jihoon karena renjun juga masih harus sekolah dan hoseok juga ikut.

Jihoon dan Chan hanya melihat pertengkaran aneh antara dua orang itu sebetulnya yang salah hoseok karena menggangu renjun belajar.

"Hyung mau sampai kapan menjahili renjun?"tanya jihoon yang mulai pusing
"Sampai dia meletakan bukunya dan makan...aku sudah pesan pizza dan ayam padahal"celetuk hoseok
"Benarkah?"ujar tenun dengan mata berbinar
"Heum"timpal hoseok
"Aku tutup bukunya sekarang"semangat renjun
"Renjun-ie boleh tidak samchoon menikah dengan paman Chan?"ujar hoseok
"Paman kau boleh bungkus hoseok samchoon dan paketkan saja"ujar renjun
"Renjun tidak boleh begitu"ujar jihoon
"Hoseok Hyung kalau menikah nanti tunggu renjun punya appa baru ok"ujar Chan
"Keburu aku cari yang lain Chan"celetuk hoseok
"Ya sudah aku kembali menghalu dengan jhope saja kok repot"sahut Chan
"Menikah sana, jangan seperti mingyu dan wonwoo yang tak menikah-menikah, renjun biar dengan ku saja"ujar jihoon
"Betul itu"ujar renjun
"Kau itu sebetulnya mendukung siapa?"tanya Chan
"Mendukung eomma lah"sahut renjun

Pintu ruang rawat jihoon terbuka dan menampilkan wonwoo masuk dengan  tenang jihoon tahu ia harus di periksa kembali namun ia tak boleh membiarkan renjun mendengar langsung dari dokter.

"Hoseok Hyung, chan-ie tolong ajak renjun makan dulu"ujar jihoon
"Aku ingin mendengar langsung eomma"sahut renjun
"Nanti eomma beritahu sekarang kau makan dulu"

Renjun hanya mengangguk meski ia ingin sekali tahu langsung dari dokter tapi juga tak mungkin mengingat ada hoseok dan Chan

Wonwoo duduk disamping jihoon dengan tenang walau sebetulnya mencoba untuk tenang karena ia juga takut menyampaikan kepada jihoon

"Apa semakin parah?"tanya jihoon
"Kau sepertinya sudah tahu kondisi mu sendiri"sahut wonwoo
"Kau lupa aku dulu juga dokter"
"Sampai sekarang ji"
"Sekarang sudah tidak"
"Kau ingin ku bantu mengembalikan lisensi mu"
"Untuk apa, tak akan berguna juga...meskipun aku kembali ke dalam bidang ini tangan ku ini sudah tak bisa di gunakan untuk melakukan operasi"
"Apa terlalu kaku?"
"Bukan, ada di laporan medis ku bukan?"
"Itu..."
"Bahkan kau tahu penyebab aku berhenti melakukan operasi karena apa"
"Apa begitu sakit ji?"
"Ingin merasakannya?...jangan kau masih di butuhkan, bayangkan saja saat pergelangan tangan mu menghantam meja besi dan melukai nya bahkan hampir terancam amputasi apa yang akan kau rasakan?"
"maaf jihoon"
"Untuk apa? Sudah berlalu jadi jangan di fikirkan, lalu apa yang akan kau lakukan pada ku?"
"Membatu mu mencari yang baru, aku akan berusaha membuat mu sembuh"
"Bagaimana jika aku memutuskan untuk menyerah?"
"Pikirkan renjun dan suami mu ji mereka masih butuh kau"
"Renjun akan baik-baik saja"
"Aku yang tidak akan baik-baik saja, aku tak ingin membuat nyawa sahabat ku terbang begitu saja"
"Aku masih sahabat mu"
"Masih dan selamanya akan begitu"
"Terimakasih, aku mendapatkan orang yang tepat untuk menitipkan renjun"
"Jaga renjun dengan tangan mu sendiri"
"Sudah sana kembali, aku ingin besok sudah pulang"
"Iya"

Wonwoo pergi keluar dari ruang rawat jihoon sedangkan jihoon hanya diam menatap pintu yang tertutup sebelum ia mengambil ponsel miliknya dan mengirim pesan pada seseorang.

"Tolong buatkan satu rekening atas nama renjun untuk ku"

Taman rumah sakit menjadi tempat dimana wonwoo duduk dengan tenang setelah dari ruang rawat jihoon hari ini jihoon adalah pasien terakhirnya namun ia enggan untuk pulang.

Satu gelas kopi hangat kini ada dihadapan wonwoo dan siapa sangka jika soonyoung yang kini duduk di samping wonwoo dengan tenang.

"Bagaimana keadaan jihoon?"tanya Soonyoung
"Sudah baik, besok ia sudah bisa pulang...kau tak ingin melihatnya?"tanya wonwoo
"Putranya selalu menatap ku tajam, mungkin takut jika jihoon ku amuk seperti terakhir kali"
"Itu sih salah mu sendiri, sudah putuskan ingin bagaimana kedepannya?"
"Mungkin menerima saran dari Chan...aku juga ingin memperbaiki hubungan ku dengannya"
"Jangan gunakan mendiang Yuna sebagai alasan meski aku tahu kau ingin sekali tahu kenapa jihoon melakukan itu sepuluh tahun yang lalu...persahabatan jihoon dan Yuna itu hanya mereka berdua yang tahu"
"Ku rasa jihoon bisa menggantikan Yuna"

Soonyoung hanya diam saat wonwoo malah lebih asik membahas tentangnya dan jihoon ya walau soonyoung akui sebelum bertemu dengan Yuna jihoon adalah cinta pertamanya yang tak pernah di ketahui.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang