14

978 116 3
                                    

Jika di bilang bosan renjun bosan harus kembali masuk kedalam rumah sakit namun berbeda jika jika jihoon yang menjadi pasiennya bukan bosan yang ia rasakan melainkan takut, renjun takut jika kondisi jihoon terus menurun.

Terlebih lagi tadi saat ia kembali dari keluar mendapati jihoon yang tak sadarkan diri sontak saja membuatnya panik bukan kepayang dan sekarang ia masih harus menunggu wonwoo keluar dari ruangan yang digunakan untuk menangani jihoon.

Elusan halus mendarat pada kepala renjun yang sedari datang terus menunduk bahkan air matanya tak mau berhenti turun.

"Jangan menangis, paman ji tak suka jika melihat putra cantiknya ini menangis"ujar guanlin yang duduk di samping renjun

Ya guanlin yang menemani renjun bahkan mengantar renjun dan jihoon ke rumah sakit, yang terpikir dalam otak renjun saat itu adalah jihoon bahkan ia tak melihat kontak telfon yang ia hubungi.

"Aku takut...aku takut eomma tak mau bangun lagi"lirik renjun dalam isaknya

Guan memilih untuk jongkok di hadapan renjun yang duduk di bangku tunggu memandangi renjun yang menunduk dan menangis, selalu terlibat dengan renjun membuat guanlin tak suka jika mata cantik renjun mengeluarkan air mata.

Kedua tangan guanlin membingkai wajah mungil renjun dengan lembut menghapus air mata yang berhasil membasahi pipi chubby renjun sebari memberikan senyum untuk menenangkan untuk renjun.

"Paman ji pasti akan baik-baik saja, ia akan berfikir 1001 kali untuk meninggalkan mu ren, ia tak akan mampu pergi meninggalkan malaikat cantiknya ini...jangan menangis percaya pada paman ji jika ia kuat, percaya pada eomma mu...aigoo kenapa wajah cantiknya renjun-ie jadi jelek begini, pasti tanggulnya bocor..."ujar guanlin membuat renjun terkekeh sejenak percaya jika jihoon akan baik-baik saja
"Terimakasih sudah membantu ku dan eomma untuk ke rumah sakit...terimakasih sudah menghibur ku"ujar renjun tulus dengan senyuman manis di wajahnya.
"Terimakasih kembali"

Tak lama wonwoo keluar dan berjalan menghampiri renjun yang wonwoo tebak baru saja selesai menangis dan memilih untuk memeluk renjun lebih dulu.

"Jihoon baik-baik saja, kau tenang saja aku sedang membantunya mencari apa yang ia cari"ujar wonwoo
"Terimakasih paman"ujar renjun
"Jihoon sudah di bawa ke ruang perawatan kau bisa datang kesana, aku akan menyusul setelah ganti baju"
"Paman tidak sibuk?"
"Tidak hari ini hanya jihoon pasienku, nanti akan ku telfonkan haechan untuk menemani mu, aku titip renjun dulu"

Wonwoo pergi meninggalkan renjun dan Guanlin untuk ganti pakaian sedangkan mereka berdua bergegas menuju ruangan jihoon.
.
.
.
Derap langkah kaki soonyoung kini memenuhi lorong rumah sakit harusnya hari ini bisa berdiam diri lebih lama di rumah orang tuanya namun semua itu gagal saat soonyoung mendapat kabar jika jihoon masuk rumah sakit.

Pintu ruang rawat jihoon terbuka dengan lebar sepi tak ada siapa-siapa soonyoung berfikir renjun mungkin sekolah karena memang ini bukan hari libur

Soonyoung duduk di bangku kecil yang terletak di samping ranjang rawat jihoon, wajah pucat jihoon membuat soonyoung bingung harus bagaimana, sejak kejadian di taman soonyoung memang sengaja atau bahkan menghindari jihoon dan sekarang harus melihat jihoon dalam keadaan sakit seperti ini.

"Hai"parau jihoon menyapa soonyoung dengan senyuman pada bibir pucatnya
"Aku menggangu mu tidur?"tanya soonyoung
"Ani, lama tak bertemu sejak itu"
"Maaf"
"Tak apa, aku paham kau butuh waktu..."
"Kau kenapa sampai bisa dirawat seperti ini?"
"Hanya kelelahan saja cafe cukup ramai belakangan ini"
"Jangan terlalu dipaksa"
"Sudah lama aku tak melihat senyum mu bahkan sejak aku datang"

Soonyoung tersenyum hangat menatap jihoon membuat jihoon juga ikut tersenyum, jihoon tak mungkin mengatakan kodisi tubuhnya yang sebenarnya pada soonyoung, meski sudah lama bagi jihoon perasaan soonyoung terlalu berharga untuk jihoon torehkan luka kembali.

Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang