"Ma, aku berangkat." Ucap adikku yang yang pertama bernama Rey Tahta.
"Iya sayang, kesayangan mama belajar yang pintar ya harus rangking 1," Mama memeluk dan mencium Rey.
"Ma, aku berangkat juga ya Ma." Ucapku sambil ingin mencium tangan Mama, tetapi Mama langsung memasukkan tangannya ke kantong bajunya.
"Yaudah kalian hati-hati dijalan ya."
Hatiku iri dengan tingkah laku mama yang selalu bersikap dingin padaku. Tetapi sayang ku padanya tak pernah padam. Asiik udah kaya lagu yaa hehe.
***
Sampai disekolah, sahabat ku Rahma datang menghampiri.
"Meriam, ada yang mau aku ceritain lho." Ucap Rahma dengan menarik tanganku masuk ke dalam kelas.
"Ada apa sih Rahma? Kok kamu panik gitu?"
"Jadi, aku kalah saing sama Mita. Dia udah dapat mantan 12. Ini gak bisa dibiarin bantuin aku dong, cari di Facebook."
"Astaga RAHMA AZAHRA! kamu ini aku fikir ada apa, kamu kok bersaing nya gitu. Bersaing prestasi baru bagus. Kok bersaing cari mantan. Kasian cowok-cowok itu mereka juga punya perasaan tahu."
"Astaga MERIAM BOM!" ucap Rahma dengan suara keras
"Suuuuuuut!!! Nanti orang lain takut. Nanti dikira ada bom Hiroshima." Ucapku sambil menutup mulut Rahma.
"Habisnya kamu gak gaul sih, sini aku ajarin. Seru tau, dimasa 17 tahun ini, masa-masa SMK harus ada pengalaman unik yang menyenangkan main-main aja dulu. Ntar kalau udah dewasa baru seriusan. Yang penting happy ya gak?" ucap Rahma merayu.
"Enggak! aku gak mau! titik!" ucapku kesal.
Tiba-tiba bel berbunyi dan Pak guru Psikologi datang seperti biasa hari Sabtu pagi Pak guru yang belajar nya mengenal garis tangan seperti nasib, jodoh, pekerjaan ya.. yang begitu lah.
"Selamat pagi anak-anak gimana siapa disini yang ingin bisa membaca karakter seseorang? Sebelum memulai pelajaran mari kita berdosa. Mohon maaf maksud saya berdoa." Sapa Pak guru kepada murid-muridnya.
"Berdoa selesai." Ucap Ketua Kelas.
"Pak, aku mau dilamar dong. Eh maksudnya diramal." Mita yang kegatelan.
"Apaan sih lu kan udah. Dasar cewek kegatelan! Gantian dong, Meriam coba kamu sekarang giliran kamu." Ucap Rahma.
"Enggak ah, aku ga percaya garis-garis tangan."
"Yaelah, ini kan cuma seru-seruan ayolah Meriam." Ucap Rahma terus merayu.
"Yaudah iya, aku mau."
"Nah, gitu dong baru sahabat aku. Yaudah gih sana ke depan."
"Halah, paling juga buruk nasibnya. Namanya aja Meriam Bom idiiih serem. Awas Pak hati-hati nanti meledak hahahaha." Ucap Mita.
"Maaf, sebelumnya kamu tahu gak, kenapa orang tua kamu beri nama Meriam Bom?" tanya Pak Guru.
"Yang jelas, itu menurut saya nama yang bagus dan pasti doa yang bagus untuk saya. Mana ada kan pak, orang tua doain yang buruk untuk anaknya." Jelas ku
"Tapi orang tua kamu pasti punya alasan, kenapa kamu diberi nama itu. Bukannya, ada nama-nama lain yang umum nama yang wajar. Sebelum itu, kamu dekat tidak dengan orang tua kamu?" tanya Pak Guru.
"Pak, ini saya jadi diramal gak ya tangan saya?" ucapku mengalihkan pembicaraannya.
Karena entah kenapa pertanyaan itu begitu sakit.
"Oh iya jadi. Maaf ya saya bertanya seperti ini karena saya peduli sama kamu. Saya hanya tidak habis fikir orang tua kamu memberi nama itu. Kalau kamu mau cerita kamu bisa hubungi saya 08.." terpotong pembicaraan nya oleh ku
"GAK PERLU PAK, KARENA ORANG TUA SAYA ITU ORANG TUA YANG BAIK SAYANG BANGET SAMA ANAKNYA. BAPAK GAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN SAYA!! Maaf pak saya gak bisa ikut pelajaran Bapak." Ucapku tak sadar frontal memarahi guru.
"HEH! LU DI PEDULIIN SAMA PAK DERI LU KOK NYOLOT?! EMANG DASAR MERIAM BOM. BISANYA MELEDAK-LEDAK!" ucap Mita yang teriak membela Pak guru atau Pak Deri.
Ya, aku sadar aku salah. Wajar Pak Deri adalah Guru yang baik dan termuda di sekolah ku, usianya 22th. Siapa coba yang bisa menyalahkan perkataan nya yang tadi seakan-akan sudah menjelekkan orang tua ku. Aku gak rela orang tua ku disalahkan seperti itu. Yang bisa aku lakuin cuma diam dan menangis. Lalu, setelah aku mendengar orang-orang yang menghinaku. Aku lari keluar.
"Meriam!! Kamu mau kemana? tungguin! Hih, gara-gara kalian semua nih bisa nya cuma bully ga mikirin perasaan orang dasar gak punya hati!" Rahma berlari mengejar Meriam.
"Anak-anak, sudah jangan ada yang bully Meriam lagi kasian dia. Ini kesalahan saya, sudah menanyakan hal yang membuat Meriam sakit hati. Bapak harap, kalian rangkul Meriam jadikan teman baik kalian. Sekian pelajaran hari ini terimakasih." ucap Pak Deri.
***
Sudah ku coba sabar dan kuat tapi tetap nangis lagi dasar lemah. Aku menyesal, sudah membentak Guru yang jelas-jelas peduli dengan ku. Aku pun sebenarnya gak tahu arti nama Meriam Bom ini, terkadang aku berfikir perkataan mereka benar Meriam Bom adalah doa yang buruk. Dan berfikir ucapan Pak Deri tadi seharusnya aku tahu alasan orang tua ku. Seringkali mendengar nama Bella artinya Cantik. Dan Meriam Bom sudah pasti artinya Bom.
Tiba-tiba ada yang membisik suara pria
"Meriam, boleh aku duduk di samping mu?"
"HAH?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Beban (ON GOING)
General Fiction" Lo tuh gak pantes!" " Ga ada yang dukung Lo!" Pernah diposisi ini? ingin melakukan keinginan diri. Tapi dunia seakan-akan menolak. Setiap orang memang punya masalah, seringkali bilang beban diri sendiri yang paling berat. Ada yang bisa jalanin dan...