08: Hangat dan Nyaman

67 13 6
                                    

"Lo gak apa-apa?"

Aku melihat dengan penglihatan buram. Dia mengulurkan tangannya, dan membawaku masuk ke dalam mobil nya.
Melihat ku kedinginan yang hanya memakai tanktop hitam saja. Dia memberikan jaket nya.

"Lo kenapa jalan kaki hujan-hujanan diluar sih cuma pake tanktop lagi, lo mau bunuh diri hah? untung lo gak ketabrak, dan gue bisa rem tadi. Hampir aja lo mati!"

"Lebih baik aku mati. Kenapa kamu gak tabrak aku aja tadi hah? aku udah siap mati! kenapa semua orang disini berpura-pura baik kalau gak suka kan bisa aku pergi. Kenapaaaaa?? aku salah apa? sampai orang-orang semua memperlakukan aku seperti tidak ada harganya," sahut ku menangis terisak-isak.

Terlalu banyak kepahitan yang menjadi skenario dalam drama kehidupan ini.
Terasa ringan melihat kehidupan orang lain.

"Mending lo sekarang balik dah, pasti orang tua khawatir nyariin lo. Gue anterin pulang ya?" ajak pria itu.

"Mereka gak khawatir, mereka justru yang usir aku tidur diluar hari ini. Kata orang, sejauh apapun pergi. Tempat ternyaman adalah rumah. Tapi, bagiku tidak. Rumah membuat ku merasa serba salah dan tertekan," jawabku dengan mencoba menahan air mata.

"Yaudah, gimana kalau lo ikut gue ke rumah?" ajaknya.

"Enggak, aku gak mau," cetus ku.

"Tenang aja, gue gak akan macem-macem. Lagi pula ada bokap nyokap gue. Mereka baik kok, lo tenang aja." Sahut nya sambil memegang pundak ku.

Aku menundukkan kepalaku, ada apa dengan ku? sampai aku takut seperti ini dekat pria itu.
Trauma? hmm... mungkin.
Diperjalanan menuju rumahnya aku tertidur. Ya, aku kelelahan. Capek batin karena sedih dan emosi yang aku alami karena kejadian itu.

"Hey, bangun. Udah nyampe nih," menepuk pundak ku.

"Oh iya iya," sahut ku.

Aku pun masuk ke rumah dengannya. Terlihat seperti orang tua pria itu. Dan ternyata benar mereka adalah orang tua nya.

"Daniel, sayang kok baru pulang nak?" ucap Ibunya.

Daniel namanya, aku lupa menanyakan namanya. Orang tuanya sangat menyayangi dan mengkhawatirkan nya. Memeluk nya dengan erat. Bagaimana ya? rasanya dipeluk seorang Mama dan seorang Papa. Kalau difikir pertanyaan seperti ini muncul bagi orang yang tidak punya orang tua lagi, bisa dibilang meninggal. Orang tuaku masih utuh tapi aku tidak pernah merasakan pelukan dan kasih sayang nya. Kemarahan, kebencian, dan kesalahan itu yang mereka berikan padaku.

Iri? aku gak iri. Aku cuma ingin tahu bagaimana rasanya disayang oleh orang tua sendiri. Haha lucu bukan? ikatan darah itu tak lagi memiliki arti. Tersenyum, sembunyikan masalah dengan tersenyum.

"Ma, Pa. Aku bawa teman baru. Kenalin ini orang tua ku," kata Daniel mengenalkanya.

"Hallo Tante, Om." Sapa ku sambil menyalam tangan orang tuanya.

"Ayo sayang masuk. Nanti aja kita ngobrol didalam kita makan dulu ya?" sahut Mamanya mengajak ku masuk.

Bersyukur sekali karena aku disambut dengan baik oleh mereka. Tuhan masih melindungi ku.

"Daniel, kamu suruh teman kamu mandi dulu. Ini ada baju tidur Mama. Kasih aja suruh ganti kasian kedinginan," suruh Mamanya.

"Iya Niel, tuh handuknya juga Mama siapin. Kasian kedinginan gitu," sahut Papanya

"Iya Ma, Pa. Hey! sini lo," ucapnya memanggil ku.

"Heh, kamu ini gak sopan manggilnya. Gak boleh kasar gitu," jawab Papa nya.

"Yaelah Pa, itu mah biasa kan temen. Ya kali Pa, aku kamu orang kita gak pacaran," bantah Daniel.

"Maafin Daniel ya sayang, dia memang gitu kalau dibilangin ngebantah mulu. Maklumin ya nak. Udah biasa gaul sama orang sini," ujar Mamanya.

"Iya gak apa-apa Tante, Om. Aku izin ke kamar mandi ya Tan, Om."

"Iya kamu lurus terus belok kiri ya," sahut Papanya

Mereka sangat baik sekali. Keluarga yang hangat. Pasti nyaman sekali punya orang tua seperti mereka. Selesai aku mandi, aku disuruh duduk di meja makan dengan hidangan makanan yang enak-enak.

"Nak, nama kamu siapa cantik? kita belum kenalan dari tadi lho hehe," tanya Mama nya.

"Nama aku ... umm.. Meriam Bom Tante," jawab ku dengan ragu.

Melihat wajah Daniel dan orangtuanya sama sekali tidak ada yang tertawa dan tidak ada yang aneh.

"Waah, namanya unik ya? cantik parasnya. Jarang lho ada nama seperti kamu. Pasti kamu kelak sukses dengan nama unik kamu itu. Tante suka namanya bagus," balas Mamanya yang memuji nama ku.

"Lo kenapa diem gitu? ga suka lo dipuji Nyokap gue?" sahut Daniel.

"Enggak bukan gitu. Justru aku speechless dengarnya, karena disekolah ku dan setiap aku memperkenalkan diri. Mereka menertawakan nama ku, dan menyebutnya doa yang buruk," jelas ku.

"Ya ampun kok gitu ya? nama unik itu diartikan doa yang buruk?? gak habis fikir sama orang-orang sekarang bisanya mendoakan yang buruk," sahut Papanya

"Nak, kamu yang sabar ya? Tante yakin kamu pasti bisa. Kalau kamu mau cerita sama Tante, Tante siap dengerin cerita kamu,"

"Ma, Meriam tidur sama Mama ya. Semalam doang kok mah Meriam disini boleh gak Ma?" pinta Daniel.

"Ya boleh dong sayang, mau tinggal lama disini juga boleh. Kebetulan Mama kan gak punya anak perempuan. Mama seneng banget malah," jawab Mamanya.

"Iya biar nanti Papa tidur sama Daniel aja. Besok kan Papa kerja. Jadi, Papa tenang ke luar kota nya. Kasian Mama kamu tidur sendiri. Untung ada Meriam, hehe makasih ya nak," sahut Papanya.

"Harusnya aku Om, yang berterimakasih. Makasih ya Om, Tante, Daniel."

Kami pun bercerita, tertawa terbahak bahak karena ternyata Papanya pelawak. Hatiku terasa terhibur dengan suasana ini, sederhana.
Waktu, aku mohon berhenti. Aku ingin terus nyaman di keluarga ini. Tenang rasanya.

Ponselku bergetar...
Ada pesan WhatsApp dari Kak Deri??

Isi Message:
"Hai sayang? ketemu besok yuk, aku kangen kamu. Muaaaah"
Send Photo

"Kamu sexy banget sayang ahh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu sexy banget sayang ahh.."

Aku Beban (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang