11: Berubah

77 13 18
                                    

"Apa-apaan kalian ini ribut di sekolah,"
ucap Pak kepala sekolah.

"Dia yang mulai duluan Pak tidak sopan dengan gurunya," jawab Kak Deri.

Daniel membolak-balikkan matanya dan mengepal tangannya.

"Kamu anak baru disekolah ini kan? bisa-bisanya kamu buat ulah saat pertama kamu sekolah disini. Kamu mau terlihat keren disini?!" sentak Pak kepala sekolah.

Daniel terdiam.

Pak kepala sekolah memukul meja "Kenapa kamu diam saja?"

"Percuma Pak, saya jawab dengan memberikan alasan. Bapak pasti tidak percaya dengan alasan saya. Dia seorang guru pasti Bapak membelanya," jelas Daniel.

Daniel adalah orang yang baik dia udah nolongin aku kemarin. Walaupun dia cowok yang nyebelin tapi hati dia baik. Aku harus tolong dia, tapi bagaimana dengan Kak Deri? aku takut dia marah besar.

Aku pun masuk ke ruang Pak kepala sekolah "Aku saksinya Pak, aku mau jelasin semuanya,"

Kak Deri berbisik pada Daniel "Siap-siap lo bakal dihukum,"

Daniel mendengus "Cemen,"

"Ini adalah kesalahpahaman Pak, ini salah saya. Saya lupa kalau saya ada janji tugas kelompok dengan Daniel dan saya lupa kasih tahu Pak Deri saya belum bisa datang les privat psikologi. Lalu, Daniel dan saya berantem kecil dengan menarik tangan saya karena buru-buru. Pak Deri salah paham, karena mengira saya digangguin. Begitu Pak, saya mohon jangan hukum mereka. Hukum saya aja Pak saya bersedia," jelas ku.

Pak kepala sekolah mengangguk "Baik kalau begitu, semua sudah jelas Meriam yang salah. Mulai besok, pulang sekolah kamu bersihkan toilet,"

"Sampai kapan Pak?" tanya ku.

"1 Minggu, sekarang semua bubar"

Kak Deri menarik tangan ku "Ayo pulang ikut aku,"

Daniel mengerutkan keningnya "Sebenarnya mereka berdua ada hubungan apa sih? seperti bukan hanya hubungan murid dan guru,"

Disepanjang perjalanan motor aku melihat Kak Deri di kaca spion seperti emosi. Aku takut, gak biasanya melihat wajahnya marah seperti itu.

"Kak, kita mau kemana sih? kok bukan arah ke rumah aku?" tanya ku heran.

Kak Deri tidak menjawab pertanyaan ku.

Setelah 2 jam perjalanan yang cukup jauh, tibalah di suatu tempat yang aneh dan seram.

"Kak, kita ngapain kesini? disini seram banget. Aku takut," tanya ku sambil memegang tangan Kak Deri.

Kak Deri melepaskan tangan ku dari tangannya "Kamu udah keterlaluan! aku gak suka kamu dekat sama cowok itu!"

"Umm.. kalau sama cowok lain?" tanya ku.

"INI BUKAN WAKTU NYA BECANDA! ini peringatan buat kamu. Pertama, jangan pernah kasih tahu aku pacar kamu di sekolah baik itu teman dekat kamu. Kedua, jangan pernah main-main sama aku kaya tadi kamu udah permalukan aku!" sentak Kak Deri.

"T-tapi kan.." jawab ku terbata

Kak Deri menamparku "DIAM!! gara-gara kamu aku kena masalah! kalau kamu gak cari gara-gara sama aku, gak akan kejadian kaya tadi. Aku kan udah chat jangan deket-deket cowok lain, kamu gak bales chat aku. Kamu anggap aku sampah? justru kamu yang sampah!"

"Enggak kak, aku sama sekali gak anggap kakak sampah." tangis ku

"Pantas saja orang tua dan teman-teman kamu jauhin kamu, itu karena kamu beban buat mereka tahu gak? inget! kalau sampai kamu main-main, aku bakal sebarin video kita bercinta biar sekalian hancur! HAHAHA" ucap Kak Deri sambil berjalan pergi meninggalkan ku.

Rasanya mau mati, semua sudah hancur. Aku gak tahu harus bagaimana lewatin semua ini. Aku membuka tas dan mengambil kaca, pipiku berdarah. Aku menangis terisak-isak, berjalan tanpa tahu arah pulang.

Saat ku duduk menangis di bawah pohon, meratapi nasib ku. Kak Deri berubah, tidak seperti orang yang aku kenal dulu. Dia seperti psikopat, tidak punya hati.

"Meriam,"

"Daniel?" tak sadar aku langsung memeluknya.

"Lo kenapa?" tanya nya.

Daniel menatap mataku yang mulai bersimbah air mata. Ketika kata-kata yang mengalir dari bibirku, rasa sesak dalam dada ku. Rasa sakit menjalar, "Mendingan kamu pergi, pergi saja. Aku gak mau kamu disini, aku mohon jauhin aku. Jangan pernah bantu aku lagi, aku mohon kamu pergi.." kata ku terisak.

Daniel terkesiap mendengar perkataan ku "Gak bisa, gue udah jauh-jauh kesini ngikutin lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daniel terkesiap mendengar perkataan ku "Gak bisa, gue udah jauh-jauh kesini ngikutin lo. Karena gue takut lo kenapa-kenapa, gue udah tahu semuanya. Gue bakal bantuin lo keluar dari masalah ini, lo tenang aja ya oke? sekarang kita pulang dan obatin luka di pipi lo,"

Aku pun lagi-lagi mengikuti nasihat nya dan lagi-lagi dia membantu ku. Untung nya ada dia, kalau gak ada dia mungkin aku kesasar gak tahu arah pulang.

***

Keesokan harinya ...

Aku berangkat sekolah, dimana aku merasa tidak enak badan. Aku memaksakan sekolah hanya ingin terlihat baik-baik saja.

Sampai disekolah, tubuhku bergetar. Aku langsung duduk ke bangku terdekat dan duduk sebelum terjatuh. Keringat menyengat mataku dan aku menyeka wajah dengan bajuku. Hampir saja aku terjatuh, dan kenapa mata semua orang tertuju pada ku..

Aku menghubungi Rahma dia tidak mengangkat telpon ku. Ada apa ini? kepala ku begitu sakit, penglihatan ku mulai buram. Aku meminta tolong kepada murid disini mereka mendorong ku. Rahma, dia sedang berjalan dengan Kak Deri? aku memanggil Rahma, dia melihat ku tapi dia terus berjalan. Ada apa ini? kenapa berubah?

"Gak nyangka gue kira suhu ternyata cupu," ucap murid itu.

"Meriam, sini gue bantu kita ke UKS" ucap Daniel sambil menggendongku.

Aku melihat Kak Deri tampak emosi karena aku digendong oleh Daniel. Aku melanggar peringatan nya.

Ruang UKS

"Lo harus kuat, jangan takut gue ada disini buat lo" ucap Daniel.

"Hihi makasih ya, ternyata robot bisa ngomong selain kata gak bisa" sahut ku.

"Heh, lu udah lemah kaya gini masih aja cari ribut sama gue. Yaudah gue beli makan dulu biar lo minum obat" katanya.

"Hehe iya, maaf ya aku repotin kamu" balas ku memegang tangan Daniel.

Daniel tersenyum kecil tangan nya dipegang oleh ku dan pergi membeli makan. Kepala ku terasa sakit, aku memejamkan mataku sejenak.

Saat ku membuka mata, kenapa ada wajah Papa?

Aku Beban (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang