13: Tak ada harapan

75 13 34
                                    

"Meriam!"

Aku berbalik badan Daniel memelukku.

"Lo tenang ya, gue bakal bantuin lo" ucap Daniel.

Perkataannya sama dengan Kak Deri dulu. Ada yang berpura-pura baik, ada yang terang-terangan benci. Semua nya sama-sama satu tujuan yaitu menghancurkan ku, dunia menolak ku bahagia. Mereka yang ingin menghancurkan ku memberikan arti aku harus menghilang, keinginan ku satu jika aku tak bisa bahagia seenggaknya orang disekitar ku bahagia. Sekarang aku tahu cara membuat mereka bahagia, menghilang dari bumi ini. Semua tidak akan merasa sial dan tidak akan menambah beban fikiran lagi karena ku.

Tak usah berlama-lama lagi di dunia ini,  bertahan hidup hanya membuat aku semakin hancur dan tersiksa. Benar, Meriam Bom adalah doa buruk, setiap dekat dengan nya terjadilah ledakan yang membuat hidup orang lain hancur.

"Daniel makasih udah mau bantuin aku, aku mau ke kelas ambil tas" kata ku dengan mata berkaca-kaca.

"Kan belum jam pulang kenapa ambil tas?" tanya nya heran.

"Kamu lupa ya? aku kan udah gak sekolah lagi," jawabku.

"Hey, kok ngomong nya gitu. Gak bisa, kita harus bujuk Papa lo dan Pak kepala sekolah supaya lo bisa sekolah lagi" sahut Daniel.

"Udah gak bisa Niel, yaudah aku duluan ya ke kelas" kata ku lalu pergi.

Masuk ruang kelas melihat mereka ada yang asyik tertawa bersama teman-temannya, ada yang asyik baca buku, ada juga yang menari-nari dan ada juga yang selfie Instagram. Rasanya ingin seperti mereka bahagia di masa remajanya tanpa beban. Masa remaja ku terasa berat, sudah mengalami kejadian seperti ini dan pendidikan ku jadi taruhannya.

"Nih ada beng-beng, ambil nih yang mau hahaha" ucap Mita menaruh jajanan itu di meja ku.

Doni datang mengambil beng-beng itu "Open BO yuk, chat wa aku ya Meriam Bom" katanya sambil membacakan teks yang ada didalamnya.

Aku langsung datang menghampiri Mita dan menampar nya.

"Wow, lihat deh Meriam beda banget ya? pelan-pelan semakin kelihatan sifat aslinya, bukan yang terlihat polos. Waaaarrrr... ihh takut galak mainannya om-om hahaha jablay," balas Mita.

Menahan emosi adalah hal tersulit, takut membuat mereka kesakitan. Aku mengepalkan tanganku, ingin sekali menonjok nya.

"Eh, Rahma! sini deh lihat ada jablay cantik hahaha tapi galak harus hati-hati" katanya lagi.

Rahma melihat ku dan mencoba balik badan.

"Rahma tunggu! aku mau ngomong sama kamu, kamu kan yang udah sebarin video aku? ngaku Rahma!" sentak ku.

"Kamu ini ngomong apa sih Meriam, gak mungkin aku yang sebarin. Aku kan sahabat kamu" jawab Rahma.

"Sahabat?? sahabat kamu bilang?? kalau kamu sahabat aku, kenapa kamu tiba-tiba menjauh setelah aku ceritain semuanya? oh, aku tahu kamu sekongkol sama Mita kan? dan kamu adalah mata-mata nya Mita!" sahutku.

"Ya enggak lah Meriam bukan gitu, bukan gitu maksud aku, aku emang bener lagi damai sama Mita gak ada maksud sekongkol apa-apa. Please percaya sama aku" balas Rahma.

"Gimana aku bisa percaya, kamu satu-satunya orang yang aku ceritain masalah itu. Aku fikir kamu nganggap aku sahabat kamu, ternyata kamu sama kaya Mita berniat mau hancurin aku" jelas ku.

"Meriam, percaya sama aku. Kamu ingat gak? waktu itu kamu cuma kasih lihat video nya aja gak send ke handphone aku," balasnya mengelak.

"Ya bisa aja kan, kamu diam-diam buka handphone aku pas aku lagi ke kamar mandi kamu send videonya. Ya kan? aku gak bisa percaya lagi sama kamu Rahma, makasih misi kamu sukses hancurin aku" jelas ku sambil mengambil tas lalu pergi.

"Meriam! aku minta maaf ..." tangis Rahma terisak-isak.

Jangan pernah percaya dan berharap pada manusia, semua bohong. Ingatlah pertemanan yang luar biasa adalah teman yang saling bantu membantu bukan menusuk dari belakang. Tak ada yang bisa dan mampu menutup rahasia, semua akan terbongkar suatu saat.

Terkadang teman menanyakan kabar, bukan karena dia peduli. Tetapi dia hanya sekedar kepo, menjadikan topik pembahasan yang menarik pada orang lain alias caper.

"Meriam! ayo kita pulang kamu sudah resmi bukan murid sekolah ini lagi. Sekarang kita pulang," ajak Papa sambil menarikku.

"Iya Pa, ini juga mau pulang kok" jawabku.

"Lho, itu bukannya cowok yang..." Papa berfikir mengingat kembali.

"Itu kan, Kak Deri dan Mita? kok mereka makan bareng?" tanya ku heran.

"Itu kan cowok yang udah buat kamu seperti ini! AWAS LO YA, LO GAK AKAN BISA KABUR!!!" sentak Papa emosi berat.

"Pa, euh udah Pa kita pulang aja ayoo" ajak ku.

Papa menghampiri Kak Deri dan menonjok pipi nya.

"DASAR COWOK MESUM!! bisa-bisanya kamu jalan sama cewek lain?? emang laki-laki gak bener kamu!" teriak Papa kesal.

"Maaf Pa, ada masalah apa ya tiba-tiba menonjok saya??" tanya nya heran.

"Kamu kan cowok yang udah perkosa anak saya?! ANJING KAMU!!" sentaknya menonjok perut Kak Deri yang membuat Papa geram.

"DERI!!"

"Bapak?? Daniel?"

"Gue sengaja panggil Pak kepala sekolah kesini" ucap Daniel.

"Kamu jahat Daniel!!" sahut ku lalu pergi.

"Lho kok?"


Hai udah sampai part 13 nih gimana geregetan gak? kalau geregetan, yuk geregetan bareng sambil tekan vote nya ya😬

See you next part 14 guys!!

Aku Beban (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang