15: Mendekati Hari Pernikahan

59 15 48
                                    

"Cara kamu salah!" jawabku.

"Ya, gue tahu cara gue salah tapi.. kalau gue gak bayar Rahma dan Mita apa lo langsung mau sebangku sama gue enggak kan?" sahutnya.

"Perjuangan itu gak selalu harus pake dengan uang, tapi pakai hati. Sekarang aku jadi libatin Rahma gara-gara dia yang tiba-tiba pindah tempat duduk dan sebangku sama Mita. Padahal belum tentu dia lakuin itu, aku mau pulang" jelas ku.

Daniel memelukku "Gue minta maaf, tapi lo belum jawab pertanyaan gue. Apa lo punya perasaan yang sama?"

"Aku.. aku udah mau nikah sama Deri minggu depan kita berdua nikah" jawabku sedikit ragu.

Daniel terkesiap mendengar perkataan ku "Apa? lo becanda kan? gak mungkin! lo kan antusias buat capai impian lo, pendidikan lo gimana? Pak Deri dikeluarin kan dari sekolah kita? bukannya lo udh pu.." katanya terpotong pembicaraan nya oleh ku.

"Stop! aku udah gak punya impian lagi Niel, Kak Deri gak jadi dikeluarin dari sekolah dan kita belum putus" jelas ku.

"Kenapa Deri goblok itu gak dikeluarkan sih!? terus lo mau nikah sama dia? lo gak
takut bakal menderita sama dia? pacaran aja lo udah dibikin susah Meriam.." sahutnya.

"Hidup aku udah terlanjur menderita, jadi aku pasrah" cetus ku.

"Ini bukan Meriam yang gue kenal, Meriam yang gue kenal gak gampang menyerah" balasnya.

"Sekenal apa sih kamu tentang aku, toh kita belum sebulan kenal. Maaf Niel, aku gak bisa anggap kamu lebih dari teman" sahut ku lalu pergi.

                                   ***

Keesokan harinya aku memulai hari tanpa ke sekolah. Rasanya suntuk dari mulai bangun tidur, mandi, makan, rebahan begitulah rute kehidupan ku yang baru.

Dari pagi ketemu malam dan bertemu pagi lagi. Hambar dan pahit hidup ku ini, gak ada manis-manisnya. Pengen deh seperti le mineral ada manis-manisnya hihi, main handphone gak ada yang chat juga ada sih pinjaman online hehe.

Ponsel ku berdering...

"Hallo? hallo?" sapaku.

Terdengar suara perempuan
"Hallo kak, tolong aku kak"

"Iya maaf ini dengan siapa?"

"Tolong temuin aku Kak, di jl. Mawar Indah"

Telepon terputus.

Aku pun bergegas ke alamat itu, rasa penasaran dan gak tega yang membuat aku bergegas kesana. Jika aku ada diposisi nya, pasti meminta tolong pada siapapun.

Namun setelah aku sampai tempat nya begitu sepi. Aku memanggil hai tak ada satupun yang menyaut, mataku melirik atas, samping kanan, samping kiri dan

"Aaaaaaaaaa!!" mulut ku ditutup oleh kain.

Doni? ternyata Doni?! dan ada 10 cewek lain? dia jualan cewek?

"Lo diem dulu! giliran" katanya sambil mengikat tangan ku.

Dasar orang cabul! awas aja aku laporin langsung ke sekolah. Tapi kok?

Doni meminta tolong rekam pada temannya. Doni membuka baju dan celana nya, dan membuka baju cewek itu hingga memakai tanktop saja. Doni menempatkan dirinya di atas tubuh cewek itu dan memakai celana nya kembali dan mencubit tangan cewek itu dengan keras hingga cewek itu berteriak kencang dan berkeringat. Lalu perekaman selesai, cewek itu pun pergi.

Ini sedikit aneh dengan Doni, apa maksudnya?

Tinggal giliran aku sendiri aku takut berbeda dengan cewek-cewek yang lain itu dan ternyata sama.

Aku Beban (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang