"Apa sih Pa, dia omong kosong itu. Dia benci sama Mama keliatan tuh buktinya jelek-jelekin Mamanya sendiri didepan Papanya," Mama mengelak.
Terdengar suara orang mengetuk pintu.
"Permisi, Meriam?"
"Eh, nak Rahma," saut Papa.
"Om, Meriam sakit ya?" tanya nya.
"Engga kok gak sakit. Itu ada di kamarnya," jawab Papa.
"Aku boleh masuk gak Om?" tanya Rahma.
"Oh iya boleh silahkan masuk nak hehe. Lupa suruh masuk," jawab Papa
"Terimakasih Om, permisi Tante," ucap Rahma.
Didalam kamar aku merenung kenapa Mama tega seperti itu sama aku, aku anak pertama nya. Apa aku bukan anak Mama?
"Meriam?"
"Rahma..." aku memeluknya dengan erat.
"Meriam, kamu kenapa?" tanya Rahma.
"Aku kangen sama kamu Rahma sahabat baik ku," jawab ku.
"Aku juga kangen kamu Meriam, aku dikelas gak ada temen jajan, temen ribut, temen curhat tau. Kamu kenapa sih gak sekolah dua hari, kamu sakit? atau lagi ada masalah? siapa yang buat kamu nangis lagi, Mita ya yang buat kamu sedih? awas aja lo Mita ganggu sahabat gue lagi habis sama gue!" tanya Rahma.
"Gak ada yang buat aku nangis kok. Mita gak buat aku nangis kok. Aku cuma gak enak badan aja," jawab ku.
"Kamu pasti lagi sembunyiin sesuatu, kamu cerita dong Meriam. Aku pasti dengerin cerita kamu, aku janji kalau itu rahasia aku gak bilang siapa-siapa," ucap Rahma.
"Enggak Rahma, aku gak apa-apa kok."
"Aku tahu kamu bohong Meriam, dari mata aja kelihatan mata kamu sembab. Kalau kamu anggap aku sahabat, kamu pasti cerita masalah kamu. Kalau kamu masih gak cerita, berarti selama ini kamu gak anggap aku sahabat kamu," jelas Rahma.
"Iya aku cerita, aku harap kamu janji sama aku. Jangan cerita sama siapapun, baik orang terdekat kamu. Karena ini masalah yang besar, kalau sampai ada yang tahu hidup ku tambah hancur Rahma," pintaku pada Rahma.
"Iya aku janji Meriam," ucap Rahma.
Aku mempercayai Rahma karena dia sahabat baikku. Rahma gak mungkin tega ingkari janjinya.
***
Hari ini, aku berangkat ke sekolah. Kalau bukan Rahma yang menyuruh ku sekolah, mungkin aku kepikiran terus beban yang aku punya. Dia memang baik, selalu memberiku semangat dan bersyukur Tuhan masih memberiku semangat yang baru.
Oh iya, chat Kak Deri belum sempat aku balas. Waktu itu, kalau ada chat atau telpon dari Kak Deri aku merasa bahagia. Sekarang semua berubah sejak aku pacaran dengannya, aku merasa kesal dan benci tapi aku masih sayang dan cinta dengan Kak Deri. Bagaimana ini? perasaan yang campur aduk.
"Meriam,"
"Papa?"
"Ini uang jajan kamu," ucap Papa memberiku uang lalu pergi.
Ada rasa senang Papa peduli sama aku. Aku fikir sejak kejadian itu Papa benci sama aku, aku pun bergegas pergi ke sekolah.
***
Sampai disekolah, perasaan ku deg-degan takut ada Kak Deri. Aku melihat Rahma akrab dengan Mita, kok tumben mereka akrab? bukannya selalu berantam kalau bertemu, tapi baguslah kalau mereka sudah damai.
Aku pun masuk ke dalam kelas, melihat tas Rahma dan Mita bersebelahan. Kok mereka sebangku? Rahma kok pindah meja gak sama aku lagi? ini ada apa sebenarnya? perasaan ku gak enak sekali. Mita kan sering cari ulah sama aku, jangan-jangan Rahma kerjasama buat jatuhin aku dengan cerita aku kemarin. Semoga ini gak kejadian.
"Hai Meriam, aku duduk sama Mita ya. Aku mau kerjasama cari cowok ganteng yang berduit. Jadi aku sebangku sama dia dulu gak apa-apa kan?" ucap Rahma.
"Iya Meriam, boleh ya? gue janji deh gak akan gangguin lo lagi. Ini tuh beneran urgent banget gue lagi butuh duit buat beli tas branded kaya di drakor gitu. Jadi gue harus kerjasama," sahut Mita memohon.
"Oh yaudah, gak apa-apa kalian sebangku aja."
Entah kenapa, aku tidak percaya dengan alasan Rahma dan Mita. Ya Tuhan, overthinking ku kambuh lagi. Aku jadi merasa menyesal cerita pada Rahma, aku takut dia kasih tahu rahasia ku. Apa ini detik-detik pengkhianatan?
Bel berbunyi
"Selamat pagi anak-anak, kita kedatangan murid baru lho. Silahkan masuk," sapa Ibu Guru.
"Hah? Daniel?? oh Tuhan dia.." mataku membulat shock melihat nya.
"Silahkan perkenalkan diri kamu,"
"Nama saya Daniel Ondarius,"
"Sudah? begitu saja?? alamat rumah? asal? usia? dan.." terpotong pembicaraan nya oleh Daniel.
"Cukup Bu,"
(Dalam hati) Ihhhh dasar cowok jutek! nyebelin! kenapa sih dia bisa pindah kesini males banget! kan malu inget kejadian aku pake handuk arrgh!!
"Oh ya sudah, kamu duduk sebelah Meriam ya."
"Iya Bu,"
"Kenapa sih harus pindah kesini? kan masih ada sekolah lain," bisik ku.
"SSG" balasnya dengan bisik.
"Apa tuh SSG?" tanya ku.
"Suka-Suka Gue," jawabnya.
"Aku gak mau sebangku sama kamu, mending kamu pindah," cetus ku.
"Gak bisa,"
"Lho, kenapa gak bisa sih? bisa gak kalau jawab, gak usah dikit-dikit ngomong nya. Capek tahu ngomong nya nanya lagi nanya lagi nih," sahut ku kesal.
"Gak bisa,"
"Au ah capek ngomong sama robot, cepetan pindah gak?"
"Gak bisa,"
"Yaudah biar aku yang pindah!" cetus ku.
"Eh jangan dong," sahutnya memegang tanganku menahan aku pergi.
Tapi, mama nya sangat baik. Aku pun tidak jadi pindah. Melihat nya tersenyum kecil, seperti nya dia senang sebangku sama aku. Eh, apaan sih! hufft..
***
Bel pulang berbunyi
Pesan WhatsApp messenger bergetar
Kak Deri: sayang, aku tunggu di depan gang sekolah ya? jangan genit sama cowok lain. Awas aja!Bagaimana ini, aku masih takut sama dia. Tapi gimanapun juga dia pacar aku, aku belum putusin dia.
Nah, itu Kak Deri."Meriam!"
"Daniel, ngapain kamu manggil aku?"
"Ayo pulang," ajaknya sambil menarik tangan ku.
"Enggak, aku gak mau apaan sih. Bentar dulu bentar lepasin tangan aku" jawab ku.
Aku melihat Kak Deri nampak begitu kesal dan datang menghampiri aku dan Daniel.
"K-kak Deri?" sapaku terbata.
Kak Deri langsung menonjok pipi Daniel "Sialan lo ANJING!!"
"ANJING!" sahut Daniel menonjok perut Kak Deri.
Aku pun mencoba memberhentikan mereka "STOOOP!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Beban (ON GOING)
Ficción General" Lo tuh gak pantes!" " Ga ada yang dukung Lo!" Pernah diposisi ini? ingin melakukan keinginan diri. Tapi dunia seakan-akan menolak. Setiap orang memang punya masalah, seringkali bilang beban diri sendiri yang paling berat. Ada yang bisa jalanin dan...