Ch. 13 [adek bayi]

2.6K 342 101
                                    

Felix membuka matanya lemah, aroma rumah sakit yang menyengat biasanya ia rasa dari orang orang yang lewat. Bukan dirinya yang terbaring di brankar.

Selang infus terpasang, obat bekerja dengan baik walau masih ada sisa nyeri dan kantuk yang menyerang. Kalau sudah begini, Felix tau apa yang akan Jaemin katakan padanya sekarang.

Spesialis Kandungan itu hadir di hadapannya duduk sambil mengupas buah, tidak berbicara apa apa walau Felix baru sadar dan membuka mata.

"Jam berapa sekarang?"

"Lima pagi..."

"Tak pulang?" Felix masih bertanya perihal Jaemin yang masih berpakaian lengkap scrub dan snelli terpasang.

"Jangan banyak bicara, istirahat saja"

Maka dari itu Felix tidak lagi mengajak Jaemin berbicara padanya. Sudah cukup jelas orang dengan nama panggilan Nana itu sedang kesal bukan kepalang.

Pintu berderit setelah lima belas menit Felix diam diaman. Eric masuk dengan wajah yang tidak bisa di tebak, kemudian mendekat dan memeluk Erat.

"Oh Tuhan, Felix ku bangun..."

Felix tidak bisa membalas mencubit perut Eric seperti biasa, masa dikira Felix sudah tidak ada.

"Lapar? Mau makan? Aku pesankan bubur..." sahut Eric cepat, naik ke ranjang Felix yang mendapat pelototan dari Jaemin.

"Jam setengah enam pagi tidak ada yang jual bubur Eric"

Kemudian Eric mendesah kecewa, karena sarannya tidak diterima.

"Tatalaksana medikamentosa, seperti obat anti nyeri dan lain sebagianya kita bicarakan setelah kamu cukup aku nilai stabil" Jaemin berbicara secara tiba tiba dan bangkit dari duduknya. Memberikan kupasan apel ke Eric untuk kudapan pagi dan pamit undur diri.

"Ada beberapa pasien yang aku jenguk, jaga dirimu baik baik..." tepukan di pundak kiri Felix dapat dari Jaemin yang sepertinya menahan sesuatu untuk di bicarakan.

Eric pada saat setelah Jaemin keluar juga mendapat panggilan yang menyebabkan Felix ditinggal sendirian bersama surat di meja dari dokter spesialis kandungan.

Keadaan kamar yang cerah bersamaan masuk sinar mentari menandakan pagi mulai mejelang. Tidak diiringi dengan senyum Felix yang merekah.

Malah isakan tangis yang di tunda karena Felix tau isi surat yang bertuliskan nama Jaemin di surat itu adalah hal yang paling Felix tidak mau baca.

Surat keterangan diagnosa.

Perihal Keguguran— yang tidak akan pernah Felix buka. Untuk waktu yang selamanya.

Jerit itu perih, lirih itu terlalu sakit. Jarum suntik tidak senyeri ketika Felix menarik nafas lewat hidung dan tak mau masuk paru parunya sendiri.

Terlalu sesak sampai membuka mata saja Felix enggan. Meringkuk bersama selimut tipis yang Jaemin berikan saat ia tidur. Tidak cukup menangung dingin yang sampai ke tulang terdalam.

Kesalahan tentang keegoisan, perihal pekerjaan yang di emban. Atau Hyunjin Hwang yang tak hadir saat di butuhkan. Felix bingung menyalahkan Tuhan apakah hal yang wajar.

Setelahnya Felix pingsan kembali yang membuat Eric dan Jaemin panik membuka pintu kamar— sahabatnya tidak pernah pergi dari situ, mana tega hati menjauh.

Setelahnya Felix pingsan kembali yang membuat Eric dan Jaemin panik membuka pintu kamar— sahabatnya tidak pernah pergi dari situ, mana tega hati menjauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
We need baby!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang