Baca chapter ini pelan pelan ya— sambil rebahan sangat di anjurkan.
•
•
•"Bagaimana cara memulai pembicaraan untuk mengajak seseorang menikah? Oh jadi Felixku sudah mau menikah dan trauma tentang masa lalu sembuh sudah" Eric nyeletuk dari belakang Felix secara tiba tiba ketika tengah duduk di meja kerja.
"Kapan masuk?" Menaruh ponselnya terbalik, Felix berdiri menyusul Jaemin yang duduk di sofa menyiapkan makan siang mereka bertiga.
"Tiga menit yang lalu..." kendik Jaemin Felix dapat.
Mengangguk paham, berdoa sebelum makan. Felix tidak berani bersitatap dengan Eric yang terus berusaha bertanya perihal menikah.
"Nggak papa kalau Felix mau pelan pelan, perbaiki hal yang bernama belive system dalam kehidupan, diskusikan sama Hyunjin tentang segala hal— kadang kamu tau kan, kalau sendirian lelah sekali menyelesaikan masalah, sudut pandang orang lain kadang perlu untuk pertimbangan" Yang paling waras sudah mengeluarkan apa yang ada dalam alat pikir.
Membuat Felix jadi sedikit terketuk pintu hatinya.
"Tapi na.."
"Begini, Perihal rumah tangga orang lain, yang terdahulu atau orang terdekat yang menurut kamu menyeramkan, belum tentu itu juga akan terjadi dengan rumah tangga kamu. Semua memiliki kisah masing-masing dan takdir takdir manis. Jadi yang penting coba terus berusaha memperbaiki diri, semoga yang baik pula segera kena di hati—"
"Nana— udah ada yang namanya Hyunjin" Eric memotong perkataan Jaemin sehingga yang bemarga Na mengangguk paham.
Felix tidak menyalahkan— sahabatnya berkata tepat sasaran.
"Mas sibuk..." kepala Felix melongok masuk dari pintu ruang kerja Hyunjin yang terlihat sangat amat fokus.
"Lumayan, tapi kalau kamu mau bicara panjang... tunggu sebentar bisa? Jam sebelas..."
Felix mengangguk tanda ia mengerti dan pamit pergi menutup pintu kembali.
Pekerjaan adalah hal yang tidak bisa di ganggu gugat Felix, Hyunjin juga punya privasinya sendiri.
Tapi menunggu sampai jam sebelas, rasanya kantuk Felix keburu datang jadi mungkin ia pejam mata sebentar. Terus berlanjut hingga tak sadar badan Felix terasa ter ayun.
Di taruh pada kasur dan di pakaikan selimut, kecupan kilat di mulut. Felix memaksakan untuk membuka walau masih ada sisa kantuknya.
"Eh kebangun... mulut mas pait kopi yaa... maaf" Hyunjin beruajar seraya mengambil posisi di samping Felix dan mengelap bagian bibir.
Menggeleng karena bukan alasan itu Felix terbangun. Felix hanya ingin berbicara tentang suatu hal.
Bersandar pada dada sang Hwang yang memilih menjadi bantal, Felix masuk dalam rengkuhan dengan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
We need baby!
Short StoryFelix getol ingin bayi, tapi tumbuh sebagai anak broken home. Ia trauma dan berencana untuk tidak menikah. Jadi temannya Eric menyuruh ke Bank Sperma saja- tapi bagaimana kalau yang lahir bayi monster? Sedangkan di lain pihak ada Hyunjin yang terus...