Felix dengan nafas yang memburu sampai didepan pintu apartement Hyunjin. Memencet bel selama lima menit berturut turut tapi tak kunjung mendapat jawaban. Felix seperti kesetanan.
Bingung harus berbuat apa, haruskah ia masuk karena bisa saja pin rumah tidak terubah. Percobaan pertama, apa yang Felix harapkan dengan kata sandi yang tidak pernah di ganti.
Jadi Felix bergegas masuk, menaruh jaket di gantungan dan tas di meja tamu yang lenggang. Tampak seperti rumah tak berpenghuni, kosong melompong tanpa tanda tanda kehidupan.
"Mas..." panggil Felix makin khawatir.
"Mas..." sekali lagi suara Felix naik.
"Mas..." yang ketiga Felix membuka kamar yang sempat menjadi kamar mereka dan Hyunjin tergeletak tak berdaya. Berselimut tebal dengan muka yang pucat.
"Kita kedokter?" Tanya Felix yang linglung, melihat Hyunjin malah terkekeh lemah dengan tawa yang sumbang masuk telinga.
"Loh ini dokter..." guyon Hyunjin masih mencoba tak apa apa, walau Felix mukanya sudah memberengut sempurna.
"Mas aku gak lagi bercanda.." sambil membantu Hyunjin duduk dengan nyaman, Felix mengungkapkan yang ada di isi kepala.
"Loh, Mas beneran.." kekeuh Hyunjin yang membuat Felix memutar bola matanya malas.
Tapi tetap saja mendapati obat yang ada di nakas, Felix membaca jenis apa yang di konsumsi Hwang muda. Tidak ada yang mencurigakan— hanya obat panas demam dan vitamin penambah darah.
"Kita bicara setelah Mas sehat, sekarang aku mau masak!" Felix memutuskan apa yang akan di lakukannya tapi Hyunjin menggeleng pelan.
"Loh kenapa?" Bingung Felix tak terima.
"Sebentar lagi makanan datang, kamu istirahat aja dulu— Mas gak papa cuman pusing aja..."
"Mas jangan terus terusan bilang gak papa, mas harus bilang sama aku, mas mau apa, mas mau gimana, sakit yang bagian mana... gitu... biar aku paham..." Felix dengan tidak santai mengapit pipi yang menirus itu dengan dua telapak tangan, membuat mulut Hyunjin makin maju.
"Disini..." Tunjuk Hyunjin.
Membuat Felix mengikuti arah tangan yang tua di rongga perut kanan bagian atas, tepat di bawah rusuk dada.
"Hatinya?!" Bola mata Felix membola, memikirkan kemungkinan kemungkinan penyakit buruk yang ada. Felix makin pening— Ditambah Hyunjin mengangguk lemah dan yakin. Felix jadi ingin menangis.
"Terus mana lagi yang sakit..." sudah siap menumpahkan air mata, Felix melihat Hyunjin menunjuk bibir bagian bawah.
"Mulutnya juga sakit? Bagian bibirnya sini.."
Raba Felix dengan jari jari, Hyunjin mengangguk lagi. Air sudah menetes sedikit, jantung Felix berderu sakit, nyeri sampai tulang belulang bagian osteosit.
Tangan halus Felix kebagian rahang Hyunjin, dengan derai air mata dramatis. Ketika telapak tangan Felix dikecup oleh Hyunjin. Makin banjir lagi air tumpah pada indra pengelihatan si anak Lee. Kasihan.
"Mas ku sakit..." sesenggukan Felix, air mata membuat pengelihatannya buram bahwa Hyunjin tersenyum simpul dalam tenang. "Terus aku harus gimana... hiks hiks hiks...." Makin gaduh, Felix menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
We need baby!
Short StoryFelix getol ingin bayi, tapi tumbuh sebagai anak broken home. Ia trauma dan berencana untuk tidak menikah. Jadi temannya Eric menyuruh ke Bank Sperma saja- tapi bagaimana kalau yang lahir bayi monster? Sedangkan di lain pihak ada Hyunjin yang terus...