Ch. 19 [Sebuah takdir kecil]

2.2K 339 30
                                    

Australia, yang resminya Persemakmuran Australia, adalah sebuah negara di belahan selatan yang terdiri dari daratan utama benua Australia, Pulau Tasmania, dan berbagai pulau kecil di Samudra Pasifik, dan Samudra Hindia.

Felix dalam penerbangan kelas pertama setelah kamis malam, Hyunjin mengabari bahwa mereka berdua akan terbang pada Jum'at siang.

Buru buru menghubungi ibu, Felix sungguh benar benar senang karena sesuatu. Rumah tempat ia pulang yang walau tak utuh, tapi tetap membuat rindu.

Turun pada kota Sydney, Felix berlari lari kecil ke mobil yang sudah di sediakan Hyunjin. Siapa yang menyetir?

Jelas saja bukan Felix.

"Ayoooo.... buruannnn..." ucap Felix semangat, menarik narik tangan si Hwang yang empunya sudah cecikikan. Mana di tambah dengan membawa koper berat.

"Sebentar..."

"Mas ayooooo!!!!!!" Teriak Felix lagi seperti anak kecil.

"Ai, mobilnya gak bakal pergi..."

"Hihihihi" cekikikan kembali kemudian memeluk Hyunjin dengan malu malu kucing, Felix benar benar kesenangan.

Kemudian menarik lagi agar cepat berjalan ke mobil yang sebenarnya tidak bergerak kemana mana, berdiam di parkiran.

Sampai di bukakan pintu dan di pakaikan sabuk pengaman, koper masuk bagasi dan siap mengunjungi suatu tempat. Felix masih main rahasia rahasiaan dengan Hyunjin tentang tujuan pertama mereka kenapa turun pada kota yang tak seharusnya.

"Kamu mau nunjukin apa sebenarnya, kita kan bisa langsung ke New castle airport..."

"Ini tuh penting banget, Mas harus tauuuu..." Kekeh Felix setelah kalimat, kemudian memukul lengan Hyunjin dengan berkata lantang "Mas, Lets go! Go gooo..."

Kaca di buka oleh Felix, sembari menikmati udara dan melihat jalan yang sebenarnya begitu asing karena sudah lama tidak pulang ke rumah.

"Kita mau ke rumah aku yang lama, nggak kok nggak papa..." Felix menyakinkan Hyunjin karena yang tua tampak khawatir mengenai mengunjungi hal penyebab trauma.

"Disitu nanti deket taman bermain, pas masih kecil kalau Ayah Ibu bertengkar karena sesuatu aku kesana buat kabur..." tutur Felix sembari senyum.

Diam merayap, Hyunjin tenang hanya mengelus punggung tangan Felix tanpa bertanya lagi perlihal masa kelam. Felix menghargai Hyunjin yang amat sangat pengertian. Sampai pada parkiran dekat rumah yang sudah menjadi milik orang, Felix turun dan berkacak pinggang.

Hyunjin yang keluar dari mobil pun mengenggam jari jemari Felix berbagi kehangatan.

"Waktu itu disitu tuh... ibu nemuin aku pas lagi main petak umpet— sedangkan Ayah sibuk manggang daging di belakang. Garasinya tembus sama halaman.." Felix menunjukkan dengan gamblang bagaimana rumah yang dulu hangat.

"Sampai sore itu seperti badai walau tanpa hujan, aku mendengar seseorang bertengkar dari dalam— aku tau itu Ibu dan Ayah tapi Mas..."

"Yaaa..."

"Ayoo kesana..." Felix tidak menyelesaikan kalimatnya dan malah menuntun Hyunjin ke jalan lurus menuju taman bermain. "Di taman aku lanjut cerita..."

Respon Hyunjin apa? Pasrah di geret Felix dengan begitu semangat.

Jaraknya tidak terlalu jauh tapi lumayan untuk ukuran anak anak berjalan lima belas menit lamanya ke taman bermain kompleks perumahan. Ayunan dari kayu, perosotan yang sudah memudar warnanya karena keseringan di pakai, atau jungkat jungkit yang sudah reyot.

We need baby!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang