[12] Rain

266 59 2
                                    

Caibing sudah tiba di rumah Wenzhe, kebetulan orang tua Wenzhe sedang tidak ada di rumah.

"Ngapain kamu ke sini, Caibing?" jelas Wenzhe begitu ia membukakan pintu untuk Caibing.

Caibing menarik tangan Wenzhe untuk keluar. "Kita harus bicara, tapi tidak di sini."

Wenzhe menahannya, dan tidak ingin keluar dari rumahnya.

"Orang tuaku lagi nggak ada di rumah. Bicara di dalam aja."

Caibing lalu menerobos dan menarik tangan Wenzhe dengan cepat.

"Kamu mau bilang apa lagi, Caibing? Aku sudah tau cewek yang kamu suka itu Yujin, kan?" Wenzhe lalu melapaskan tangannya dari pegangan Caibing.

"Iya, aku suka sama Yujin. Makanya kamu nggak boleh bilang ke dia tentang masalah itu." Dengan tegas Caibing menatap Wenzhe serius.

"Tapi aku nggak mau kamu sama dia."

Caibing jadi sedikit melemah, dia bingung kenapa Wenzhe tiba-tiba mengurusi hubungannya. "Kenapa? Kamu nggak suka?"

"Iya. Aku nggak suka kamu sama orang lain." Suara Wenzhe perlahan menjadi sendu.

Caibing masih bingung, tapi kini ia kembali lebih serius. "Apa maksud kamu Wen? Kalau emang kamu masih mau temenan sama aku, tolong kamu jangan ganggu hubungan aku dengan Yujin."

"Jadi kamu sudah jadian sama Yujin?" Sekali lagi Wenzhe ingin memperjelasnya.

"Iya, dia juga suka sama aku. Makanya aku minta tolong sama kamu untuk rahasiain ini dulu."

"Tapi sampai kapan Caibing?"

"Nanti aku yang akan jelasin sendiri ke dia. Kamu nggak usah ikut campur."

"Aku harus ikut campur Caibing."

"Wenzhe, kamu masih maukan temenan sama aku?" bujuk Caibing lembut.

"Nggak. Aku udah nggak bisa cuman jadi teman kamu."

"Maksud kamu apa, Wen?"

"Bing, emang aku nggak cukup baik untuk kamu?" suara Wenzhe mulai memelas, nama Caibing sudah ia singkat menandakan ia ingin Caibing memahaminya.

"Wenzhe, aku nggak ngerti maksud kamu."

Wenzhe terdiam sejenak, lalu menunduk untuk berpikir, kemudian ia menaikkan lagi wajahnya untuk menatap Caibing. Wenzhe menarik napas pelan. "Bing... aku itu suka sama kamu."

"Wenzhe, kamu jangan bercanda." Caibing tersenyum pucat karena tidak percaya dengan perkataan Wenzhe.

"Kali ini aku serius Bing. Aku cape cuman bantuin kamu terus, tapi kamu nggak pernah ngerti maksud aku."

"Wenzhe kamu nggak boleh gini!"

"Kalau aku nggak bisa sama kamu. Aku juga nggak bisa jadi teman kamu lagi."

Caibing tak mau lagi mendengar Wenzhe. Ia pergi dan meninggalkan Wenzhe yang sudah mulai meneteskan air matanya.

Wenzhe hanya bisa pasrah, dia tidak bisa menahan Caibing seperti keinginannya.

Tangisan Wenzhe makin tak terkendali setelah Caibing pergi tanpa merespon perkataan terakhirnya. Rasanya seperti ada yang menusuk jantungnya, pelan tapi tak bisa lepas.

*

Caibing masih tak menyangka kalau selama ini Wenzhe punya perasaan kepadanya. Caibing memang tidak menyadari, kalau segala kebaikan Wenzhe kepadanya adalah karena dia menyukainya. Selama ini Caibing hanya merasa, mereka telah berteman baik sejak SMA dan akan terus seperti itu. Tapi, sekarang sepertinya Caibing harus merelakan pertemanan mereka, ia tidak bisa lagi bertemu dengan Wenzhe.

My Pretty ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang