14. Rasa sakit.

10.4K 664 15
                                    



2 tahun kemudian.

Waktu berjalan terasa lama. Hingga saat ini, Fatih masi belum dapat di temukan. Seorang warga mengatakan kalo ada perempuan yang membawa lelaki korban kecelakaan ke rumah sakit. Namun setelah di cari, polisi belum bisa menemukan perempuan itu. Pencarian pun di hentikan, setelah berbulan-bulan mencari namun tidak membuahkan hasil. Fadira sempat mengotot ingin mencari suami nya, namun keluarga dari suami nya terus melarangnya.

Ibu dan juga ayah Fadira sempat datang ke pesantren untuk melihat kondisi anak nya, mereka turut berdukacita atas musibah yang menimpa Fatih.

Meskipun begitu, Fadira tetap yakin, dan terus berdoa sambil menunggu kepulangan Fatih. Ia yakin, kalo suatu saat sang suami akan pulang dengan keadaan masih bernyawa. Banyak orang yang beranggapan kalau Fatih telah meninggal dunia. Tapi Fadira tidak mau berfikir terlalu jauh, karena sejati nya mayat Fatih tidak pernah di temukan.

Kini usia Fadira sudah memasuki 19 tahun. Ia juga sudah menjadi ustadzah di pesantren, dan mengajar para santri Wati. Kecerdasan otak nya lah, yang membuat wanita kuat itu sehingga di percaya untuk mengajar para santri di usia muda nya.

Jihan sudah lulus, sekarang perempuan itu telah pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan nya ke jenjang yang lebih tinggi. 2 tahun terakhir, sangat sulit di lalui oleh Fadira. Namun karena ketangguhan hati perempuan itu, sehingga ia masih bisa berdiri hingga detik ini.

Fadira sedang duduk di luar rumah, di bawah pohon rindang, sambil menikmati sejuk nya semilir angin. Setiap hari, perempuan itu selalu berada di sana. Jika di tanya apa alasan perempuan itu sangat menyukai tempat itu, Fadira akan terus menjawab dengan jawaban. "Jika Bang Fatih pulang, saya lah orang pertama yang melihat kepulangan nya." Sebesar itu rasa cinta Fadira kepada Fatih, yang tetap menunggu meski yang di tunggu tidak pernah datang.

"Gak capek nunggu terus?" tanya ustadzah Syifa. Sedari tadi, perempuan itu memperhatikan adik ipar nya, yang setiap hari selama 2 tahun belakangan ini berada di tempat yang sama.

Fadira tersenyum, "sebenarnya capek, tapi saya yakin, bang Fatih pasti pulang. Dan saya ingin jadi orang pertama yang menyambut kepulangan nya." jawab Fadira, tatapan nya sendu. Sejak kejadian itu, tubuh Fadira terlihat semakin kurus.

Ustadzah Syifa mengelus lembut punggung Fadira. "Kamu perempuan kuat, saya salut dengan kesabaran kamu." ucap ustadzah Syifa.

Fadira Amelia Isyana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fadira Amelia Isyana

Sebuah ranting pohon patah, dan terjatuh tepat di pangkuan Fadira. Perempuan itu memungut ranting pohon yang sudah kering itu. Ustadzah Syifa duduk di sebelah Fadira, keadaan pesantren sepi, karena para santri sedang pulang karena libur.

"Ranting kering itu ibarat kan kamu, dia pernah berada pada satu batang pohon yang bercabang. Namun, pada akhirnya, ia akan patah dan jatuh." ucap Ustadzah Syifa, yang Fadira sendiri belum mengerti makna nya.

married with kiyai's son [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang