01. Si tampan anak Kiyai

25.2K 1.3K 27
                                    

"Memperhatikan mu diam-diam,
Mendoakan mu setiap hari,
Dan mencintaimu secara rahasia"
_Quotes_

Fadira Amelia Isyana, yang saat ini, duduk di bangku kelas 2 Madrasah Aliyah atau yang biasa di sebut kelas 11 MIPA 2. Gadis cantik kelahiran 2005, yang tak mengerti akan alur kisah kehidupan nya.

"Jika memiliki mu merupakan hal yang mustahil? Lantas mengapa aku tidak bisa melupakan rasa cintaku padamu?"

"Fa." Panggil Bianka.

Fadira yang tengah berjalan pun lantas menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan tersebut. "Iya, ada apa?"

"Kamu, di panggil sama Ustazah Syifa, Katanya mau di suruh setor hafalan mu yang kemarin." Ucap Bianka.

"Sekarang?" Tanya Fadira.

"Iya sekarang, Ustazah sudah menunggu di sana."

"Iya, terimakasih" Gadis cantik itu lantas berjalan memutar arah, yang awalnya ia ingin pergi ke kantin untuk membeli jajanan, kini berpindah berjalan menuju rumah sang Ustazah yang terletak di sebelah rumah Pak Kiyai Sholeh.

Saat sedang melintas, rentina matanya tanpa sengaja menangkap seorang lelaki tampan yang tengah berjalan ke luar dari dalam rumah sang Kiyai. Di tangan nya ada sebuah kitab yang ia letakkan di atas dadanya.

"Masya Allah" Batin Fadira kagum dengan sosok tersebut. Ya, dia adalah Fatih Al-Ghifari salah seorang putra dari Kiyai Sholeh yang menjadi idola para santriwati. Lelaki tampan itu berjalan dengan pandangan lurus ke depan, dan sama sekali tidak mengetahui keberadaan Fadira yang tengah menatapnya dari ke jauhan. Kalau pun ia tau, lelaki tampan itu tidak berani melihat yang bukan mahramnya.

"Fadira." Tegur Ustazah Syifa.

"Eh, i-iya Ustazah?"

"Kamu ngapain di situ? Ayok masuk, kita lanjutkan setoran hafalan mu yang kemarin."

"Baik Ustazah" Fadira pun masuk ke dalam rumah sang Ustazah, seperti yang di perintahkan, oleh gurunya itu. Gadis itu tidak terlihat canggung, karena ia sudah terbiasa memasuki rumah tersebut.

"Lanjutkan setoran matan yang kemarin ya." Ucap Ustazah Syifa.

"Baik Ustazah" Jawab Fadira.

*****

Otaknya, tak henti-hentinya memutar rekaman, saat ia melihat Kak Fatih, lelaki yang menjadi idola nya, semenjak duduk di bangku kelas 10 madrasah Aliyah. Yang tengah berjalan dengan gagahnya, menuju ke arah asrama santri putra.

Rasa sesak di dadanya menggebu-gebu, seakan ingin selalu berada di sisinya, mempelajari banyak ilmu darinya, meski itu sebuah hal yang mustahil.

"Ya Allah, Jangan biarkan diri ini berharap terlalu lebih, jika nantinya hanya akan memperdalam luka dan rasa sesak di dada" goretan di buku harian Fadira.

"Luka yang ku-ukir sendiri, di dasar hatiku"

"Ya Allah, jika dia memang bukan jodohku. Izinkan hamba untuk memperlapang hati ini, agar bisa segera melupakannya!"

"Fa! Kamu mau sholat di sini, atau di aula?" Tanya Jihan, teman seasrama Fadira. Yang tiba-tiba datang dan mengagetkan gadis yang sedang duduk termenung, dengan pandangan kosong menatap ke arah luar jendela.

"Emm di sini aja deh," Jawab Fadira tanpa memalingkan pandangannya dari jendela asrama.

"Yakin? Kak Fatih nanti bakalan ceramah loh." Seketika mata yang tadinya hanya menatap kosong ke arah luar jendela kini menjadi berbinar.

"Beneran?"

"Iya Fa, buruan gih siap-siap."

"Iya" Fadira bangkit untuk mempersiapkan diri, gadis itu pergi ke toilet, yang kebetulan sedang tidak terlalu ramai dan lantas mengambil air wudhu, karena tadi dia sudah mandi.

"Jihan, Pinjam talkum kamu ya." Izin Fadira, mengingat kalau Jihan sedang berhalangan.

"Yaudah iya, pake aja. Ada di atas lemari."

Setelah selesai bersiap, gadis cantik itu berjalan keluar dari dalam asramanya. Terlihat di dalam aula, telah banyak santriwati yang sudah berada pada di saf paling depan.

Jujur, gadis itu tidak suka jika harus berada di saf terdepan, walaupun itu merupakan hal yang baik. Ia lebih memilih untuk berada di barisan ke-dua.

Adzan Maghrib berkumandang. Semua santri yang berada di dalam Aula, berdiri untuk menjawab lafaz adzan. Dan setelah itu melaksanakan sholat Sunnah Qobliah magrib.

Setelah selesai melaksanakan sholat Maghrib dan berdzikir, para santriwati di anjurkan untuk melaksanakan sholat Sunnah Ba'da magrib. Setelah itu, barulah mereka menunggu, ustadz atau ustazah untuk melakukan ceramah hingga tiba waktu sholat Isya.

"Assalamualaikum" suara berat itu terdengar. Suara yang jarang terdengar di telinga para santriwati. Membuat banyak detak jantung yang berdebar tak karuan, tidak terkecuali dengan Fadira.

Fatih masuk ke dalam Aula, untuk menggantikan sang ayah, yang sedang berhalangan hadir, untuk mengisi kajian pengajian. Lelaki itu terus menundukkan pandangannya, sesekaliia melirik ke arah para santriwati yang tengah menatapnya dengan penuh ke kaguman.

"Masya Allah" Batin Fadira kagum.

*****

"Ya Allah, aku pasrahkan jalan kehidupan ku kepada mu, biar engkau yang mengaturnya. Karena aku yakin, sesungguhnya rencana mu jauh lebih indah, di bandingkan bayanganku"

Deru nafas yang memburu, saat lelaki itu menyebutkan namanya (Fadira) meski hanya sekedar mengabsen.

"Fa! Giman tadi?" Tanya Jihan.

"Gimana apanya?" Fadira tidak mengerti.

"Seneng kan, bisa ketemu sama kak Fatih?"

Deg! Jantung Fadira kembali berdetak tak karuan, saat mendengar Jihan, menyebut nama Fatih.

"Biasa aja!" Ucap Fadira berbohong, sambil merapikan tempat tidurnya. Dan berbaring di atas nya, sambil membaca ulang kajian yang tadi di bawakan oleh Fatih, lelaki yang tidak suka, jika dirinya di panggil dengan sebutan Ustadz.

"Jujur aja lah Fa! Kamu suka kan sama kak Fatih?"

"Siapa sih yang gak suka sama beliau?"

Jihan terkekeh. Jihan dan Fadira, hanya tinggal berdua dalam satu kamar, mereka berdua merupakan sepupu 1 kali, yang telah 1 tahun lamanya, menimba ilmu di pondok pesantren Al-Ghifar tersebut.

"Tapi kan Fa! Denger denger sih, kak Fatih mau di jodohin, sama anak dari salah satu teman dekat Pak Kiyai Sholeh, dan Umi Aisyah, juga udah setuju!"

Deg! "Gak usah ngaco deh Jihan" Ucap Fadira setengah tak percaya.

"Aku serius!"

"Kamu tau dari mana sih?"

"Makanya, jadi orang jangan terlalu tertutup! Kamu itu kurang bersosialisasi Fa! Jadinya terua ketinggalan berita!"

"Ya Allah, akan sepatah apa hati ini, bila mana hal itu memang terjadi" Batinnya (Fadira) mengingat umur Fatih yang telah menginjak 21 tahun.

"Jihan, aku mengantuk! Tidur duluan ya bay!" Pamit Fadira.

"Oke Fa!"

Gadis cantik itu, kini telah terlelap dalam mimpinya. Ia selalu memimpikan, bahwa akan ada pemuda, yang datang melamarnya, di saat, usianya masih belasan tahun.

"Fa! Fa bangun!" Jihan menggoyang goyangkan tubuh mungil Fadira, berusaha membangunkan, gadis cantik itu dari mimpinya.

"Fa! Adzan subuh" Seketika mata indah itu terbuka lebar.

"Udah adzan ya?"

"Iya, buruan entar di gebrak lagi, sama kakak pengurus!"

"Iya"

Setelah selesai bersiap, Fadira yang masih sedikit mengantuk, berjalan ke arah Aula. Benar saja, ruangan itu telah terisi, oleh banyaknya santri yang bersekolah di ponpes tersebut.

Senin, 23 Agustus 2021

married with kiyai's son [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang