Fadira telah sampai di Jerman, terlihat ayah nya telah menanti kedatangan sang putri. Ia begitu merindukan anak dan istrinya.
"Fadira, ya Allah. Papa kangen," Zidan memeluk Fadira, kemudian berganti memeluk Nadira.
Fadira mencium punggung tangan ayah nya, di ikuti oleh Nadira yang mencium punggung tangan suaminya.
Setelah pertemuan yang mengharukan itu, Fadira dan ibunya di ajak oleh ayahnya ke rumah yang akan mereka tempati. Rumah tersebut sederhana, namun cukup luas untuk di tinggali oleh mereka bertiga.
Fadira masuk, ayah nya mempersilahkan dia untuk beristirahat. Tak di sangka, saat sedang sendirian di dalam kamar, air matanya kembali mengalir deras. Ia belum serela itu untuk mengikhlaskan semua nya. Bagaimana pun, Fadira hanyalah manusia biasa.
"Ya Allah, bantu Dira supaya bisa segera ikhlas merelakan bang Fatih."
Tiba-tiba, perut nya terasa mual. Ia segera berlari ke dapur, dan memuntahkan isi perutnya di sana. Nadira yang mendengar suara Putri nya itu segera turun, untuk memastikan.
Huwek, huwek.
"Fadira."
Huwek.
Nadira memijat tengkuk Fadira. Zidan juga sudah tau kalo menantu nya masih hidup. Kiyai Sholeh sendiri yang menghubungi nya untuk memberi tahu mengenai hal tersebut. Syok pasti, tapi ia tidak dapat berbuat banyak, karena sedang berada di Jerman.
"Bu, Fadira mual. Kek nya mabuk kendaraan."
"Ga, kamu udah berapa bulan telat?"
Fadira berfikir sejenak, "mm kurang lebih 2 bulanan Bu."
"Ibu beliin tespek,"
Nadira segera pergi, setelah mendapatkan nya, perempuan itu kembali dan langsung menyuruh putri nya itu untuk cek. Fadira menurut, dan setelah di periksa, ternyata benar saja, Fadira tengah mengandung anak Fatih.
Nadira tambah syok, ia tidak tau lagi apa yang harus di lakukan oleh anaknya. Ia harus membicarakan semua nya kepada Zidan sang suami, namun Fadira terus melarang nya dan ingin merahasiakan kehamilan nya.
Alhasil, kehamilan Fadira di rahasiakan dari semua orang. Fadira menjalani hari-hari dengan sulit, sulit untuk terbiasa hidup di negri orang. Di tambah, ia belum fasih berbahasa Jerman. Demi menutupi kehamilan nya, Fadira selalu mengenakan pakaian yang oversize.
___________
1 Minggu kemudian.
Fatih tersungkur, kala melihat rekaman CCTV yang baru saja di tunjukkan oleh Syifa, juga diagnosa yang menyatakan kalau Fadira terkena kangker otak. Hati nya sakit, ia benar-benar menyesali keputusan nya yang sangat gegabah.
Amira sudah tau kalau Fatih menalak Fadira, senang dan sedih, rasa itu bercampur di fikiran Amira kala itu, saat baru mengetahui yang sebenarnya. Amira telah pulang dari rumah sakit beberapa waktu yang lalu, ia sudah cukup lama berada di sana.
Fatih menangis, ia benar-benar menyesal. Fatih telah kehilangan orang yang dia cintai. "Ya Allah," ia menyesal, dan benar menyesal.
Fatih mengambil kunci mobil nya, ia segera bergegas pergi untuk mencari Fadira ke rumah nya, Fatih mengabaikan panggilan Amira. Ini semua salah nya, ia menyesal telah beropini tanpa tau fakta yang sebenarnya.
Saat tiba, ia di kejutkan dengan keadaan rumah itu, banyak daun-daun berserakan di taman nya. Sebelumnya rumah itu sangat bersih, kenapa hari ini berbeda.
Tok, tok, tok.
"Assalamualaikum bu, Fadira."
Tak ada jawaban dari dalam sana, terlihat juga seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam nya.
Seorang wanita paruh baya menghampiri Fatih dan berkata kalau Fadira dan ibunya tidak lagi tinggal di rumah itu. Saat di tanya, ibu itu juga tidak tau Fadira pindah kemana.
Fatih kembali ke dalam mobil, ia menyenderkan kepalanya pada badan kursi, bibirnya bergetar, hati nya sakit. Ia ingin meminta maaf kepada Fadira, namun sepertinya semua nya sudah terlambat.
Ia berusaha menghubungi nomor telepon Fadira, namun nomornya sudah tidak aktif. Sepertinya sebelum pergi, Fadira sempat mengganti nomor telepon nya.
"Kemana kamu Fadira." Air mata menetes membasahi pipi putih Fatih, ia benar-benar menyesal, dan seperti kehilangan arah.
____________
Jerman.
Fadira tengah berjalan-jalan di taman, ia ingin sedikit merilekskan pikiran nya. Selama 1 Minggu di Jerman, ia sudah cukup mengenal daerah sekitar tempat tinggal nya.
Seorang anak perempuan kecil datang menghampiri nya, ia tersenyum takjub sambil memandangi wajah Fadira.
"was trägst du auf dem kopf" (apa yang kau kenakan di kepalamu?" tanya anak kecil itu.
Fadira tersenyum ramah, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan anak itu. "Das ist Hijab, Liebes" (Ini jilbab sayang)
"Vorher habe ich auch eine Frau gesehen, die das auf dem Kopf trug" (Sebelum ini, aku juga pernah melihat seorang wanita mengenakan itu)
"wirklich?" (Benarkah?)
"Ja, und sie sieht wirklich hübsch aus. Ich mag es, du bist auch schön." (Iya, dia terlihat sangat cantik, aku menyukai nya, kau juga terlihat cantik)
"Danke" (terimakasih)
Anak perempuan itu tersenyum, "Auf Wiedersehen, schön, Sie kennenzulernen" (sampai jumpa, senang bertemu dengan mu) anak kecil itu berlari pergi setelah mendengar panggilan ibunya. Fadira tersenyum, anak itu nampak sangat menggemaskan.
Perutnya terasa lapar, ia pergi untuk membeli makanan. Setelah mendapatkan nya, Fadira pulang dan memutuskan untuk makan di rumah.
Fadira menyimpan makanan yang ia beli tadi di atas piring, ia duduk santai sambil menikmati makanan itu. Luka itu sama sekali belum hilang, namun Fadira pandai menutupi nya.
Fadira mengusap perut nya, setelah di periksa, ternyata ia sudah mengandung selama 1 bulan. Zidan sama sekali belum tau mengenai kehamilan dan perceraian anak nya, cepat atau lambat ia pasti akan tau.
"Jangan harapkan usapan dari ayah ya nak," batin Fadira, perempuan itu tersenyum.
"Sehat-sehat di sana, sayang, anak bunda." setelah mengucapkan itu, kepalanya bertambah sakit. Ia baru teringat hasil diagnosa yang telah di terima nya beberapa bulan yang lalu. Senyum Fadira luntur seketika, ia tidak ingin anak nya kehilangan ibunya di usia yang masih kecil.
Rasa sakit itu bertambah, Fadira terdiam menikmati rasa sakit yang tidak kunjung hilang. Benar-benar sakit, rasa sakit itu kerap datang, namun Fadira pandai menyembunyikan nya.
Fadira pingsan, karena tidak kuat menahan rasa sakit yang benar-benar sakit. Ia tau, akan ada di mana, saat terbangun dari pingsan nya.
Wah wah hai, Sorry kalo gak sesuai ekspektasi 🤪 aku gabut, jadi update. Se you babay.
KAMU SEDANG MEMBACA
married with kiyai's son [Selesai]
RomanceMAAF kalo dalam penulisan banyak titik koma yang salah, cerita ini di tulis oleh anak yang pada masa itu masih SMP Warning⚠️⚠️ Budayakan vote sebelum membaca! DI LARANG KERAS MEM-PLAGIATI KARYA INI! Kisah seorang santriwati, yang diam diam, naksir k...