"Jalani saja, semua yang ada pada diri kita. Kita lah yang paling paham. Orang lain mungkin bisa menilai sesuai kapasitas kepala mereka, tapi tidak paham, apa yang kita rasa!"
_Quotes_Jihan, Juleha, dan Selin mengangkat Fadira, hingga ke rumah Umi Aisyah. Mereka meletakkan Fadira di sebuah kamar, sesuai dengan perintah Umi Aisyah.
"Kalian boleh pergi! Biar Umi yang rawat Fadira!"
"Baik Umi!" Jawab Juleha dan Selin dengan serempak. Namun tidak dengan Jihan, ia memasang wajah ingin menolak perintah Umi Aisyah.
"T-tapi Umi.." Ujar Jihan terbata.
"Udah, tenang aja, ada yang bakalan jagain Fadira! Kamu gak usah khawatir" Umi Aisyah mengelus lembut pucuk kepala Jihan, yang tertutupi oleh hijab.
"Baik Umi!" Pasrah Jihan kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.
Setelah di rasa, para santriwati itu telah pergi. Fatih keluar, dan buru-buru menghampiri Uminya. "Bagaimana Umi?" Tanya Fatih, nada suaranya terdengar panik.
"Fadira belum sadar, sekarang ada di kamar depan. Kamu angkat gih, bawa ke kamar kamu!" Perintah Umi Aisyah, yang di angguki oleh Fatih.
Fatih pergi untuk memindahkan Fadira ke kamarnya. Saat melihat Fadira, ia berfikir apa istrinya ini, memiliki fisik yang lemah? Batin Fatih. Hatinya sedikit nyeri, saat melihat wajah pucat Fadira. Fatih telah memindahkan Fadira ke dalam kamarnya. Dengan perlahan tapi pasti, lelaki itu membuka hijab yang di kenakan oleh sang istri, agar tidak pengap.
"Masya Allah!" Batin Fatih kagum, melihat betapa cantiknya sang istri (Fadira).
Fatih melonggarkan pakaian yang dikenakan oleh Fadira, karena memang itu tatacara menangani orang pingsan. Ia pernah mempelajari nya saat ikut ekskul Pramuka, semasa SMA.
"Sayang! Fa! Fadira bangun!" Bisik Fatih tepat di kuping Fadira.
"Fa! Sayang! Bangun!" Fatih sedikit mengeraskan suaranya. Sambil menggosok-gosok telapak tangan Fadira.
"Fatih!" Panggil Umi Aisyah. "Ini dokternya udah datang!"
Fatih mempersilahkan dokter wanita itu, untuk memeriksa kondisi Fadira. Setelah hampir 15 menit lamanya memeriksa, akhirnya dokter itu telah selesai.
"Gimana dok?" Tanya Umi Aisyah, mendahului.
"Tidak ada masalah yang serius. Hanya saja, dia kelelahan dan kurang istirahat. Mungkin juga telat makan. Dan itu juga menjadi faktor melemah nya tubuh, apalagi jika memiliki penyakit maag akut. Usahakan untuk di jaga pola makannya." Jelas Dokter tersebut.
"Oh baik dok, Terimakasih." Ucap Umi Aisyah.
"Baik, saya pergi dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumssalam."
---
Setelah hampir 30 menit lamanya, akhirnya Fadira tersadar dari pingsannya.
Perlahan, ia membuka matanya, dan di sambut oleh pandangan Fatih yang tengah duduk dengan cemas di sebelahnya.
"Alhamdulillah." Ungkapan syukur yang di lontarkan oleh Fatih, setelah melihat Fadira yang telah sadar.
Fatih membangunkan perlahan, tubuh Fadira. Dan memberinya segelas air putih. "Minum dulu." Perintah Fatih.
Gleg gleg gleg, Fadira meneguk habis air di gelas itu. Kepala nya, masih berdenyut, perutnya terasa kosong, sangking kosong nya membuat nya serasa ingin muntah.
KAMU SEDANG MEMBACA
married with kiyai's son [Selesai]
RomansaMAAF kalo dalam penulisan banyak titik koma yang salah, cerita ini di tulis oleh anak yang pada masa itu masih SMP Warning⚠️⚠️ Budayakan vote sebelum membaca! DI LARANG KERAS MEM-PLAGIATI KARYA INI! Kisah seorang santriwati, yang diam diam, naksir k...