Setelah kejadian di hari itu, Momo dan Jeka sudah tidak usah ditanya lagi, mereka makin dekat dari situ. Setiap malam mereka saling mengirim pesan untuk membahas apa yang mereka pikirkan. Yang pasti bukan hal yang positif. Namun, sepertinya Momo masih kenal batasan antara hubungan dia dengan Jeka. Mereka masih mengirim pesan layaknya teman dan tidak lebih dari itu. Sampai akhirnya..
Satu minggu kemudian.
Sekolah akhirnya mulai kembali berjalan dengan normal setelah mereka menjalani satu minggu MPLS.
Lingkungan baru masih membuat Momo linglung dan sepertinya otaknya masih tertinggal di SMP.
"Kok gak kayak SMP sih jajanan nya banyak? Ada cimol, tahu balut, cireng, baso. Disini kok gitu gitu aja?" Monolog Momo dikala waktu istirahat.
"Iya ih gak ada apa apa. Udah gitu harganya diatas lima ribu semua." Dahyun mengeluhkan hal yang sama.
Seorang lelaki berdiri di belakang mereka berdua, dengan santai lelaki itu menepuk bahu Momo. Momo terperanjat kaget dan menoleh kebelakang.
"Yehh elu" ujar Momo pada lelaki itu yang ternyata adalah Jeka.
"Baru keluar kelas lu? Gue dari bel istirahat belom bunyi ama gurunya dah disuruh istirahat jir" kata Jeka.
"Anjir tu guru gak bener" celetuk Momo.
"Mo pada kemana?" Jeka bertanya.
"Mo jajan nih tapi bingung mo jajan apa, udah gitu belom hapal banget sama denah sekolah nyaa" sahut Dahyun. "Iya tuh, ni sekolah apa labirin? Gak bener ni tukang kuli nya bangun sekolah" kata Momo sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"Malah nyalahin tukang kuli nya, udah katanya mo jajan? Tuh disono ada warung, katanya Mie nya enak. Mo nyoba gak?" Jeka dengan baik menawarkan.
"Berapaan?"
"Tiga rebu doang elah"
"Yaudah atuh hayu"
~
"Huhh~" Momo meniup Mie yang masih panas beruap itu. "Emm iya njir lumayann" puji Momo pada Mie itu.
Mereka sekarang sedang duduk di Gazebo sambil makan Mie. "Iya weh enak" celetuk Dahyun. Jeka hanya memperhatikan sambil meminum minuman di botol.
"Gimana di kelas lo? Akrab gak sama temen sekelas?" Tanya Jeka.
"Aelah baru juga seminggu, masih banyak yang mentingin diri sendiri, so'k budek so'k cakep." Momo bersaksi.
"Iya kek susah banget buat diajak bersosialisasi, cuman baru kenal beberapa ajaa" Dahyun menambahkan.
"Sama, kaget sih gue di kelas banyak banget murid yang ngambis" ucap Jeka sambil geleng-geleng kepala. "Anak Mipa dong, wajar pada ngambis, paling besok besok dah pada caper ke guru tuh buat naekkin nilai" ujar Momo.
"Gak takut sih gue, Jeka gak bakal kalah sama siapapun" ucapnya pede. Momo hanya mendelik.
"Cewek lu SMA nya gak kesini juga, Jek?" Momo bertanya.
"Nggak"
"Nape? Kan biar nempel terus"
"Nempel terus, lu pikir perangko?"
"Ya nggak juga sih, heran aja. Kalo gue punya pacar pasti ngikut pacar gue" kata Momo. "Cetek banget pikiran lo, gak boleh gitu, harus nyesuain diri sama keadaan, jangan ikut ikut orang lain" Jeka bersabda.
"Beda, Mo. Jeka itu Lord. Dia gak kek lo" sarkas Dahyun dan mendapat tatapan tajam dari Momo.
"Eh btw kalian udah daftar buat masuk Organisasi sama Ekskul?" Jeka bertanya dengan topik lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
momo jk : friends with benefits
Fanfiction"Rules di hubungan kita. Pertama, jangan cium kening. Terakhir, jangan usap rambut!" - Momo To Jungkook. ---------- FanFic based on true story. someone's story. Indonesia Language. Toxic Typing too, but not too much. Start : Sat, 30 okt 2021 Finish...