[21] Sukses yaa

58 10 6
                                    

"Jeka! Yugyeom! Stop!"

Setelah Momo datang dan menjadi penengah, mereka akhirnya berhenti berkelahi. Keduanya tampak berantakan, sepadan kurasa. Tidak ada yang paling babak belur, atau yang paling bersih. Dua-duanya mendapat luka memar yang sama.

"Ngapain sih pake berantem? Ini masih di sekolah, kalo ada yang liat gimana?!" Omel Momo.

Mereka berdua tidak menjawab, hanya fokus menatap satu sama lain dengan tatapan tajam ingin menerkam.

"Awas aja, gue gak bakal biarin Eunha betah sama lo, anjing" kalimat terakhir telah dilontarkan oleh Yugyeom sebelum ia pergi.

Jeka tak mau terpengaruh lagi dengan omong kosong Yugyeom, ia memilih untuk memalingkan wajah, Jeka menunduk dan ia sadar kalau Momo menggenggam tangannya dengan kuat.

~

Momo berjalan malas kearah Jeka yang sedang duduk di tempat duduk dekat lorong, agak jauh dari Perpustakaan, namun masih bisa terlihat dari sana.

Gadis itu memberikan sebuah sapu tangan putih yang telah ia basahi, sapu tangan itu punya Pak Evan, ia meminjamnya barusan.

Jeka tertanggah dan memperhatikan gerak-gerik Momo yang menatap kearah lain dengan tangan yang menyodorkan sapu tangan itu.

"Obatin memar lu" ucap gadis itu ketus.

Jeka terdiam kemudian menerimanya. "Makasih"

Dengan pelan Jeka menempelkan sapu tangan basah itu ke luka memarnya.

"Sorry, lu jadi liat gue sama Yugyeom berantem" ucap kecil Jeka, Momo udah gak mau tau apa penyebab mereka berantem, meskipun awalnya Momo kaget karena Jeka sama Yugyeom itu temenan, kok bisa berantem gitu? Cuman dengan apa yang dibilang Yugyeom tadi, kayaknya Momo udah paham apa yang diributin sama mereka. Momo gak mau tau banyak.

"Lo udah nemenin gue waktu itu pas di UKS, anggep aja ini bales budi dari gue. Gue pulang" Momo benar-benar berubah sekarang.

Momo melangkahkan kaki untuk pergi, namun Jeka segera berdiri untuk menahan Momo.

"Kita beneran bakal gini terus?" Tanya nya, dengan suara parau yang terdengar putus asa.

Untuk menghargainya, Momo pun membalikkan badan untuk menanggapi Jeka.

"Gue gak bisa tanpa lo" lanjutnya. Mendengar itu, urat-urat di leher Momo menegang, ludahnya tercekat, ia merasakan sesak di dada.

"Siapa dulu yang bikin hubungan kita jadi kayak gini?"

"Lu" dengan lantangnya Jeka menjawab.

"Lu, gue udah bilang yang diudahin cuma FWB nya, but not with our friendship, it's different and it's unrelated"

"Yes, it is. It's all same and it's related. Gue gak ngerti kenapa lu bisa punya pikiran kayak gitu"

"Mau lo apa sih dari gue? Lu baru sadar kalo lu kehilangan gue? Lu baru sadar kalo sebenernya gue itu adalah semua yang lo butuhin? Lo baru sadar?!" Momo mulai meninggikan suaranya.

"Iya, gue sadar." jawab Jeka tanpa ragu.

"Tapi kenapa lo punya FWB lain selain gue? Kenapa? Lo ternyata deketin banyak cewek yang bahkan gue gak tau. Oh pantesan, selama ini lu gak pernah mau cerita tentang masalah lu ke gua, ya karena cerita lu aja modelan kek gini."

"Lu tau dari mana?" Jeka terlihat agak terkejut.

"I will never tell you, jawab aja pertanyaan gue. Kenapa masih deketin banyak cewek kalo sesungguhnya lu udah nemu cewek yang lo butuhin, yaitu gue?! Kenapa?!"

momo jk : friends with benefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang