[23] Before We Go 🔞

244 9 4
                                    

Wanita cantik yang sedang menyesap minuman berprotein itu, terlihat bengong sambil menatap para Staff yang sedang berlalu lalang menyiapkan sesuatu.

Tentu saja wanita itu Momo, ia tak ingin terlambat lagi jadi dia sekarang sudah berada di lokasi untuk membaca berita. Benda persegi panjang berukuran sedang terlihat menempel di telinga nya.



"Wah bagus banget, tapi saran dari aku kurangin aja english word nya. Biar lebih gampang dimengerti"

"Gitu ya? Ok deh nanti aku benerin lagi, tapi kamu bantuin aku juga"

"Iya sayang"

"I love you"

"I love you more"



Momo memutuskan sambungan teleponnya dengan Vernon. Selama 10 menit tadi Momo hanya mendengarkan Vernon melakukan Pidato kecil untuk Wisuda nya. Vernon meminta pendapat Momo untuk itu dan sebagai kekasih yang baik, tentu saja Momo jabanin.

"Ok, Mo. 1 menit lagi yok" kata Direktor.

Momo langsung berdiri dan beberapa Staff rias menghampirinya untuk memeriksa riasan wajah.

"Berita kali ini agak panjang tapi durasinya tetep yah gak ada penambahan, jadi kamu bacanya agak cepet tapi jangan nge-rap juga. Make sure aja" kata seorang Pengarah.

"Oiya siap"

"Siaran langsung akan dimulai pada 5..4..3..2..1, Action!"

"Selamat Sore, Pemirsa"

~

Sempoyongan, itulah yang sedang Momo rasakan. Rasanya agak pusing dikit, pengen muntah juga, kumat lagi deh ini kayak kemaren-maren.

Momo mengerjap-ngerjapkan matanya. Berusaha membuat dirinya tetap tersadar dan jangan sampai pingsan.

"Mo?" Kebetulan Atasan nya datang menghampiri karena beberapa Staff mengadu atas kondisi Momo yang tidak baik.

"Kamu sakit? Kata saya juga mending ke Dokter. Kamu dikasih tau malah ngeyel" ucapnya malah terkesan mengomel dengan niat baik.

"Masuk angin aja mungkin, Boss. Nanti pulang dari sini saya coba minta Vernon buat kerokkin"

"Jaman sekarang kamu masih ngandelin punggung di gosok pake koin? Apa gunanya Dokter kuliah bertahun-tahun kalo begitu?" Atasan nya terlihat menelepon seseorang.

Terserah apa kata Atasan nya, Momo gak kuat, kepalanya kleyengan banget. Mau nyerah aja, perlahan cahaya hitam mulai menyelimuti mata nya, ia menyerahkan segala nya kepada Tuhan, yang penting sekarang dia nurutin badannya dulu yang rasanya mau tumbang.

Brukk

Atasan nya yang selesai menelepon seseorang pun, langsung menoleh dan Momo sudah tergeletak.

"Kan saya bilang juga apa. Security!"

~

Samar-samar, cahaya lampu yang terlihat seperti cahaya ilahi bagi Momo, berhasil menjadi objek pertama yang ia lihat pasca pingsan.

Wanita itu mencoba untuk mempertegas penglihatannya agar tak buram. Lama kelamaan, penglihatannya pun kembali normal.

"Anjir ini dimana?" Celetuknya setelah menyadari kalau ia sedang berada di dalam ruangan yang terlihat seperti kamar, dengan aroma Kopi yang begitu harum.

Perlahan tubuhnya mulai duduk, menengok ke sekitar dan berhenti pada sebuah figura foto yang berada diatas laci. Diambilah itu sama Momo.

"Universitas Indonesia?"

momo jk : friends with benefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang