Sebelum jam masuk kerja, aku sudah berada di ujung gang jalan masuk ke lokasi pabrik kami.
Aku menunggu karyawan yang aku kenal.Pura pura batuk dan kedinginan, kutemui seorang karyawan.
"Mba, minta tolong kasih surat ini sama mba Parlina ya. Kalau ditanya bilang saja aku lagi sakit"
"Iya mba, akan aku sampaikan. Mba ke dokter aja, batuk dan flunya ntar menjadi jadi loh" ujarnya.
"Makasih ya mba" kataku dan pergi menyebrang dan naik angkot.
Dirumah aku hanya beres beres dan mencuci pakaian pakaianku. Hanya untuk menyibukkan diri.
Jam baru menunjukkan pukul 08.15. Aku ke warung membeli keperluan cuci mencuciku.
Apa lacur, ketika kubuka pintu kontrakanku, seonggok tubuh sudah berdiri disana dengan tatapan sayu."Boss ..." Kataku menyender dipintuku.
"Sakitkah?"
Aku terdiam. Tetanggaku sudah kasak kusuk memperhatikan kami."Iya sakit. Semuanya sakit. Ada apa boss datang kemari" kataku
"Rindu nyeiii...boss rindu"
"Salah alamat. Ina bukan orang yang tepat yang boss rindukan"
"Boss mau bicara"
"Maaf boss. Ina bayak kerjaan"
"Ina sayang....boss mau bicara. Sebentar saja"
"Iya sudah ngomong saja"
"Ikut ke mobil nyeii ..kita bicara dalam mobil"
Setelah kupikir pikir, dari pada bahan tontonan, kuturuti maunya."Iya Ina ke mobil. Tunggu di mobilnya boss saja. Ina mau beli deterjen buat rendam pakaian"
"Jangan bohong yeiii...."
"Iya tidak bohong"
Bossku pergi dan aku ke warung membeli keperluanku"Cie ..cie ...boss Korea nih yeee" sindir tetanggaku.
Tidak kugubris omongannya."Mau jadi simpanan korea neng" seorang pria yang menyukai kau nyeletuk. Kudatangi dia.
"Apa kau bilang? Kau pikir aku ini wanita gampangan. Jaga mulut lu ya" kusiramkan kopi digelasnya ke tubuhnya. "Sopan kalau bicara" kataku pergi
Mereka terdiam.
Setelah merendam cucianku, dengan pakaian seadanya, kutemui Mr. Byung di mobilnya.
"Mau bicara apa boss. Bicara saja" kataku.
"Masuk Ina, masuk dulu" katanya membukakan pintu mobilnya
"Tidak mau Boss. Ina tau boss mau cium Ina. Ina tidak mau"
"Ina, boss minta maaf yeii. Tidak bicara dengan Ina"
"Gak papa boss. Haknya boss"
"Tidak mau masuklah, Ina? Sebentar saja"
Aku masuk mobilnya dan duduk disampingnya."Rinduuu Ina..rindu..."
Dia memegang tanganku. Dan menarikku kedadanya. Dia menciumku."Nanti malam nyeii boss datang"
"Maaf boss. Ina tidak bisa. Ina mau melamar kerja, jadi mau siapin semuanya"
Bossku langsung berubah wajahnya."Apa kau bicara...."
"Ina tidak bekerja sama boss lagi. Ina keluar"
"Tidak bisa...tidak....tidak....bosss tidak bicara Ina, tidak benci sama Ina...."
"Bukan karena boss tidak bicara sama Ina, boss. Ina tidak mau lagi melakukannya sama boss. Jadi percuma Ina kerja disana"
Pada hal emang dia gak mau bicara sama aku. Aku takut nanti dia dendam sama aku dan kesucianku bisa terenggut."Ina ...kenapa tidak mau bekerja. Uang kurangkah?"
"Hanya karena uang boss. Tubuh ini kotor. Ina tidak mau lagi"
Dia memukul stir mobilnya."Maaf boss. Ina kira sudah cukup. Ina mau nyuci dulu."
Kutinggalkan dia melongo.
Sudah cukuplah, kepuasan yang didapat dari aku.Setiba dirumah, aku mulai pekerjaan rutinku. Suara hp yang bunyi membuatku menghentikan kerjaaanku
"Hallo mas"
"Darimana Cantik, dari tadi mas telpon gak angkat"
"Dari warung mas. Beli deterjen, mau nyuci"
"Ohhh...bukan sama bossmu kan. Karena aku yakin dia tidak rela kamu tinggalin"
Ampuuuun...kok mas Endi tau ya. Apa dia tadi datang. Mampus aku.
"Bukan mas. Ina mau nyuci jadi kewarung tadi."
"Nanti malam siap siap ya, mas mau jemput"
"Maaf ini mas, Ina senang mas jemput. Tapi keseringan gini, apa enggak mengganggu mas Endi"
"Ina, mas yang repot kok kamu yang khawatir"
"Takut aja mas. Ada yang sakit hati nantinya"
"Ina...Ina....bilang saja kamu tidak mau diganggu"
"Massss.....Ina senang kalau mas datang. Senang banget malah. Tapi itu tadi, takut ada yang marah"
"Marah....siapa yang marah. Tidak ada Ina. Tunggu ya...sampai ketemu"
Hpnya langsung dimatikan.
Pertanyaaan pertanyaan, selalu timbul bila berhadapan dengan mas Endi. Apa iya pria sesempurna dia benar benar tidak ada yang punya. Aku khawatir ada yang tersakiti bila dia sering sering datang.
Dengan nomor telpon yang sudah ada ditanganku, aku akan mencoba menelpon perusahaannya, apa benar dia masih sendiri atau sudah nikah atau punya pacar.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
QUINA, FROM ZERO TO RICH( DEWASA )
General Fiction# sex bebas. # dewasa 20+ # vulgar Quina : cantik, 160 cm. Rambut panjang. Lugu tapi pintar. Tamatan SMK Pembukuan. Menganggur. Melarikan diri karena dipaksa nikah sama pria pemilik truck yang sudah beristri. Kemiskinan orang tuanya, menerima lamara...