Setelah hpnya diisi kartu perdana, dan mas Endi masukkan nomor pribadinya, dia menyuruh aku mencoba menghubunginya karena pulsa untuk sebulan sudah di belinya.
"Quina, coba kameranya" mas Endi memotret kami berdua dengan Selfi alasannya mencoba kamera.
Pinter dia....
"Tuh....kamu dan mas..."katanya menunjukkan hasil camera Samsung flip yang dibelinya.
"Kamu lapar tidak Na. Mas lapar nih, kita makan dulu ya. Itu kalau kamu mau. Kalau tidak temani mas ya, takut penyakit maag"
"Mas Endi, jagan bikin aku serba salah mas. Tidak usah pake kata 'kalau kamu mau'gitu. Ina mau kok"
"Terimakasih Na, itu yang aku harapkan"
Kami memasuki area kulineran di Mall kami membeli hp.
"Maaf ya Na sekali lagi, mungkin mas Endi tidak tepat waktunya untuk datang kekamu. Mungkin kamu sudah ada yang memiliki. Kamu berterus terang saja, biar mas Endi tau mengambil sikap. Jadi mas tidak akan datang datang lagi menggangu kamu. Soal hp yang mas beli, pergunakan untuk komunikasi kamu, ya. Mas ikhlas memberinya"
"Mas......."
"Enggak papa Na. Wanita secantik kamu pastilah ada yang memiliki. Mas Endi saja yang kepedean."
"Ina belum ada yang punya mas"
Wajah mas Endi langsung sumringah dalam senyumnya."Tapi mungkin mas tidak sesuai seleramu, harapanmu. Maaf bila mengganggu malam Minggumu Na."
"Mas kok merendah gitu sih. Ina jadi merasa bersalah atas omongan Ina. Ina suka kedatangan mas Endi. Cuma Ina juga berfikir mas Endi pasti sudah mempunyai seseorang."
"Mas Endi belum punya siapa siapa Na. Kalau punya gak mungkin datanglah ke sini?"
"Ina mengutip kata kata mas Endi lagi ya, 'Masa pria setampan dan seganteng mas Endi, belum punya gebetan' hahahaha....laki laki sepertinya ditakdirkan sama dalam rayuan ya mas"
Mas Endi menatapku seakan tidak percaya omonganku barusan.
"Kenapa liatin Ina seperti itu mas"
"Pernah kuliah dimana Na"
"Ina hanya tamat SMK mas. Belum pernah kuliah. Ini Ina bekerja ngumpulin uang buat sekolah lagi, mau ambil Akademi Sekretaris"
"Omongan mu barusan, tidak percaya mas kamu belum pernah kuliah"
"Sumpah mas. Ina hanya lulusan sederajat SLTA. Ina juga mas minta untuk jujur sama Ina, kalau mas sudah punya pasangan. Ina tidak mau mas menduakan pacar atau istri mas. Bukan maksud Ina karena mas datang hari ini ya. Ina minta jangan lakukan itu keperempuan lain yang mas suka i juga"
"Ina.....mas jujur belum punya siapa siapa"
Aku menatap mata mas Endi, tapi dia tidak menunduk.
Hatiku bertanya tanya, apa iya setampan dan seganteng juga se sukses mas Endi belum punya pacar atau istri???Rasanya tidak mungkin.....
"Mas sudah larut malam, bisa antarkan Ina pulang?"
"Iya Ina. Enggak terasa waktu cepat berlalu..."
Didalam mobil, seperti ada yang memerintah, kami berdua diam membisu. Hanya pandangan mas Endi saja sesekali kearahku.
"Makasih mas sudah bikin hari Ina berubah untuk malam ini. Makasih Hpnya"
"Mas Endi yang berterima kasih Na. Kamu sudah mau melewati setengah malam ini bersama mas"
"Sampai jumpa mas"
Aku menatapnya. Kaca mobilnya dibiarkan terbuka. Dia belum mau beranjak."Selamat malam mas"
"Malam Ina" masih juga belum pergi.
"Hahahaha....mas Endi kapan perginya. Noh diliatin orang lewat mas" kataku.
"Ina aja duluan pergi" aku juga tidak mau beranjak.
"Daaaaaaa mas Endi..."
"Daaaaan ..Ina..."
Kami masih bertahab, membuat kami tertawa. Kuputuskan aku yang lebih duluan pergi.*******
KAMU SEDANG MEMBACA
QUINA, FROM ZERO TO RICH( DEWASA )
General Fiction# sex bebas. # dewasa 20+ # vulgar Quina : cantik, 160 cm. Rambut panjang. Lugu tapi pintar. Tamatan SMK Pembukuan. Menganggur. Melarikan diri karena dipaksa nikah sama pria pemilik truck yang sudah beristri. Kemiskinan orang tuanya, menerima lamara...