~Part 25~

30 4 0
                                    

Kejutan Saat Bahagia
Menyapa

"Ternyata membangun lebih mudah daripada mempertahankan. Bolehkah aku bertanya pondasi mana yang belum kokoh? Biarkan aku memperbaikinya. Sungguh aku belum siap menyaksikannya runtuh."

(Zahira Khairin Nisa)

"Saat bunga berada di genggaman, mengapa diabaikan? Apa-apa yang telah menjadi milik, seperti sudah tak seindah dulu dan di kala kepercayaan itu dipertaruhkan, di sana ada penghianatan diselipkan."

***

Kesya sangat lega melihat Zahira dan Dendi sudah baikan. Masalah yang kemarin dipertanyakan, telah menemui jalan temu. Segera Keysa pamit setelah sarapan.

Zahira memang istri yang baik, di saat hatinya terluka, ia masih selalu berusaha menghormati suaminya. Laki-laki mana yang tidak bahagia mempunyai istri seperti itu.

Keysa berharap apa yang dilihatnya kemarin bersama Zahira bukanlah sebuah penghianatan. Ia tidak ingin rumah tangga Zahira dan Dendi hancur akibat orang ke-tiga. Namun, melihat Zahira dan Dendi saat sarapan tadi, Keysa senang sebab kedua pasutri itu bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Setelah Keysa berpamitan, Dendi dan Zahira memilih istirahat hari itu. Dendi lelah, pun Zahira. Cerita kemarin telah mereka kubur. Dendi telah berjanji tidak akan menemui Amelia lagi. Baik dalam hal pekerjaan atau pun lainnya.

Mendengar janji Dendi yang terlihat sungguh-sungguh, Zahira sangat lega. Tidak ada lagi ganjalan di hatinya. Ia percaya sepenuhnya pada Dendi.

Hingga seminggu setelah kejadian itu Dendi tidak lagi kerja lembur. Ia selalu pulang tepat waktu. Bahkan jika ada waktu luang ia sempatkan untuk menjemput Zahira di kampus.

Di rumah pun Dendi selalu mematikan ponselnya. Awalnya Zahira curiga, akan tetapi setelah Dendi mengatakan tidak ingin di ganggu saat bersama istri, Zahira bisa mengerti.

"Kalau misal ada kerjaan di kantor yang mendadak gimana, Mas?" tanya Zahira saat pertama kalinya Dendi mematikan ponselnya.

"Urusan kantor biar dibicarakan saat jam kerja saja. Aku tidak mau kebersamaan dengan istri terganggu," jawab Dendi.

"Terserah Mas saja gimana enaknya." Zahira tersenyum bahagia sebab merasa dia diutamakan dari segalanya.

***

Sebulan telah berlalu, Zahira merasa sangat bahagia. Dendi menepati janjinya. Pria yang selalu membuatnya jatuh cinta berkali-kali itu semakin perhatian dan romantis. Sering ngajak jalan-jalan atau makan di luar rumah.

Namun, ada satu ganjalan di hati Zahira. Dendi selalu mematikan ponselnya ketika bersama Zahira. Tentu saja alasan Dendi masih sama. Ia tidak ingin diganggu saat bersama sang istri.

Zahira percaya saja semua ucapan Dendi. Apalagi didukung dari sikap Dendi yang memang menunjukkan itu. Zahira enyahkan pikiran negatif dari benaknya.

Kali ini pun demikian, Dendi mengajak Zahira jalan-jalan. Tujuan mereka adalah Batu Secret Zoo. Setelah membeli tiket, Dendi menggenggam tangan Zahira memasuki area taman rekreasi tersebut.

Zahira sangat menikmati jalan-jalan kali ini. Mereka bersenda gurau bersama. Saat mereka asyik menonton atraksi gajah dengan segala kelucuannya, Dendi teringat sesuatu. Ia mengambil ponsel di sakunya kemudian menekan tombol off.

Zahira melirik sebentar kemudian kembali mengalihkan pandangan ke gajah yang sedang memainkan bola. Zahira sudah terbiasa dengan tindakan Dendi yang mematikan ponsel saat bersamanya.

Namun, Zahira tidak tahu sebelum Dendi mematikan ponselnya, sebuah panggilan masuk. Telepon dari Amelia yang langsung ditolak oleh Dendi. Wajah Dendi sesaat tidak nyaman kemudian ia berusaha mengembangkan suasana hatinya.

"Kamu suka pertunjukannya?" tanya Dendi berusaha menetralkan suasana hatinya yang tak nyaman.

"Suka," ucap Zahira tanpa mengalihkan pandangan dari dua ekor gajah di depannya.

"Syukurlah, sebentar lagi kita cari makan, ya." Dendi melingkarkan tangannya di bahu Zahira.

Zahira tersenyum dan menoleh. Menatap wajah suaminya dengan bahagia. Tepat saat itu ekor mata Zahira menangkap sesosok yang sangat ia kenal. Sedang manatap mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh. Dialah Amelia. Duduk seorang diri di bangku bawah pohong.

Amelia menatap tajam ke arah Zahira dan Dendi. Saat mata Zahira dan Amelia bertubrukan, Amelia mengalihkan pandangan. Pura-pura menonton gajah yang sebentar lagi pertunjukannya akan usai.

Zahira mengerutkan dahinya. Berpikir lebih keras. Apa yang dilakukan Amelia di sini. Apa hanya kebetulan atau sengaja mengikuti mereka?

"Ada apa?" tanya Dendi yang melihat perubahan wajah Zahira.

Zahira menggelengkan pelan,"Nggak ada apa-apa. Katanya mau cari makan?"

"Oke, yuk!" Dendi menggenggam tangan Zahira.

Sebelum pergi, Zahira menoleh ke tempat di mana Amelia berada. Namun, wanita itu telah tidak berada di tempatnya. Zahira mengedarkan pandangan ke tempat sekitar, akan tetapi tidak ia temukan Amelia.

"Cari apa? Tempat penjual makanan di sana." Dendi menunjuk pada jalan di sebelah kiri.

"Nggak ada apa-apa." Zahira mengimbangi langkah Dendi di sampingnya.

Meski penasaran Zahira tidak ingin bertanya pada Dendi. Ia takut akan menambah runyam suasana. Itu artinya rekreasi nya tidak akan menyenangkan lagi. Zahira mengubur dalam-dalam semua pikiran negatif. Apalagi sekarang Dendi telah berubah dan menepati janjinya.

Hari itu, kedua pasutri itu pulang hingga sore. Salat duhur mereka lakukan di musala yang tersedia di tempat itu. Mereka puas dan bahagia bisa menghabiskan waktu bersama. Seperti sedang berbulan madu. Tanpa dibebani urusan pekerjaan maupun tugas kuliah.

***

Sudah sebulan berlalu, Zahira dan Dendi menjalani hari seperti biasanya. Minggu itu, Zahira mengajak Dendi mengunjungi Abi Zainal dan Umi Fatma. Pagi sekali Zahira telah bersiap-siap.

Dendi sedang menyalakan Mobilnya dan memasukan beberapa barang dan makanan sebagai oleh-oleh untuk Abi dan Umi nanti. Tepat saat itu sebuah motor memasuki halaman mereka.

Zahira yang sedang mengunci pintu menoleh dan tercengang melihat siapa yang datang. Dia adalah Amelia memarkir motornya sembarangan dan langsung menghampiri Dendi yang juga cukup terkejut.

"Cukup sudah kamu menghindari aku," ucap Amelia dengan penuh amarah.

Dendi masih terpaku di tempatnya. Pria itu melirik Zahira dan Amelia berganti. Salivanya langsung mengering.

Zahira menghampiri Amelia, "Ada apa?"

"Diam! Jangan ikut campur," hardik Amelia dengan nada tinggi.

"Amel! Jaga sikapmu. Jangan membentak Zahira." Dendi membentak Amelia.

Zahira memilih diam. Cukup sudah dengan Dendi membelanya. Ia sangat penasaran mengapa Amelia sampai datang ke rumahnya.

Amelia semakin menampakkan wajah marahnya. Ia melotot kepada Dendi. "Kenapa kamu terus menghindar dariku? Kenapa tidak kamu angkat teleponku? Lantas kenapa kamu pura-pura tidak melihatku saat di kebun binatang?" Amelia tidak dapat membendung air matanya lagi.

Sedangkan Zahira seperti disambar petir di siang hari. Ia tidak terlalu bodoh untuk mengerti arah pembicaraan Amelia. Betapa kecewanya Zahira ternyata selama ini Dendi mematikan ponsel saat bersama Zahira agar jika ada telepon dari Amelia, Zahira tidak mengetahuinya.

Ternyata saat Secret Zoo Dendi mengetahui keberadaan Amelia atau bisa saja Dendi menceritakan ke mana ia pergi bersama Zahira. Zahira masih memilih diam dan ingin tahu apa yang akan dikatakan Dendi dan Amelia.

"Mas--kamu harus tahu. Aku hamil," ucap Amelia sendu, sedangkan air matanya telah deras membasahi pipinya.

Zahira bagai disambar petir bertubi-tubi mendengar pengakuan dari Amelia. Ia berharap telinganya salah dengar. Namun, itulah kenyataannya. Amelia meminta Dendi bertanggung jawab.

Bersambung....

Cinta yang Jatuh (𝙏𝙖𝙢𝙖𝙩) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang