Sebuah Permintaan
"Menghindar dari masalah bukanlah sesuatu yang bijak. Lebih baik menghadapi kenyataan dan menyelesaikannya."
(Zahira Khairin Nisa)
***
Perasaan tak nyaman selalu bergelayut di hati Zahira saat ia harus terus menghindari Rafdan. Meski demikian, itu harus ia lakukan sebab permintaan dari Dendi. Sebenarnya Rafdan cukup tahu diri dengan keadaanya, akan tetapi Dendi telanjur menaruh cemburu pada Rafdan sejak Dendi membaca puisi yang Rafdan kirim lewat Pesan WattApps.Zahira lupa menghapus Pesan dari Rafdan. Sampai suatu malam Dendi dengan tidak sengaja membaca pesan tersebut. Tentu saja Dendi marah dan hampir ingin melabrak Rafdan. Namun, Zahira segera memberi pengertian bahwa Rafdan melakukan itu sebab ia belum mengetahui status Zahira yang telah bersuami.
Berawal dari pertengkaran itu pula Dendi mengambil keputusan sepihak untuk tidak mengundang teman Zahira saat acara anniversary pernikahannya yang ke-2. Rencana Zahira gagal total, semua diambil alih oleh Dendi.
Dendi malah berencana hanya mengundang teman sekantornya di acara tersebut. Tidak ada satu orang pun teman Zahira yang diundang. Itu membuat Zahira sedih dan kecewa. Meski demikian ia tidak bisa menolak ataupun protes.
"Dik, semua acara dan undangan aku yang atur," ucap Dendi pagi itu setelah pertengkarannya dengan Zahira semalam.
Zahira diam dan hanya melanjutkan pekerjaan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Meski dalam hati menolak, tapi ia bisa apa dengan watak Dendi yang keras. Apalagi Dendi telah mencurigai Rafdan.
Dendi menghampiri Zahira dan menatap wanita yang ia nikahi hampir dua tahun itu dengan saksama. Wajah itu tak lagi berbinar seperti biasanya. Ada kecewa mendalam yang dipendam. Dendi menghela napas yang terasa berat.
"Apa kamu tidak terima dengan keputusanku?" tanya Dendi memastikan pemikirannya.
Zahira mendongak, membalas tatapan sang suami yang penuh tanda tanya. "Aku bisa apa jika itu sudah menjadi keputusanmu."
Zahira kembali menunduk, ada buliran bening menggantung di sudut matanya. Rasa kecewanya semakin membuncah saat ia tidak bisa membantah keputusan Dendi.
"seandainya saja si cowok tengil itu tidak macam-macam pasti tidak akan terjadi seperti ini," ucap Dendi berapi-api.
"Bukankah sudah aku jelaskan semalam. Apakah aku harus jelaskan lagi? Apakah harus terjadi perdebatan lagi?" Suara Zahira sedikit meninggi. Ia tidak bisa menahan emosinya lagi.
"Sudah cukup!" Dendi sedikit berteriak.
"Mas Dendi yang mulai," sergah Zahira membela.
"Baiklah, aku salah. Tapi keputusanku tidak bisa diganggu gugat. Aku hanya akan mengundang teman-temanku dan tidak ada dari pihak keluarga yang diundang. Aku tidak mau timbul pertanyaan dari mereka." Dendi mengambil kopernya di kursi kemudian mengucap salam dengan cepat.
Zahira tidak dapat menahan air matanya lagi. Bahkan Dendi semakin memperjelas keputusannya dan ia pergi begitu saja. Keadaan berbalik dari rencana awal. Sejak saat itu Dendi banyak berubah. Ia lebih sering lembur, berbicara tak lagi lembut. Sering mengambil keputusan sepihak.
***
Waktu yang telah direncanakan pun tiba. Dengan menyewa gedung acara anniversary pernikahan Dendi dan Zahira cukup meriah. Tak ada satu pun teman Zahira yang diundang. Semua undangan hanya teman Dendi. Baik teman kerja maupun teman saat kuliah dan SMA.
Semua yang hadir terasa sangat asing bagi Zahira. Ia seperti seorang diri di tengah keramaian. Sedangkan Dendi dan teman-temannya asyik mengobrol sambil menyantap hidangan. Hanya beberapa teman wanita Dendi yang menyapa ala kadarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Jatuh (𝙏𝙖𝙢𝙖𝙩)
Roman pour AdolescentsTidak ada persahabatan seorang laki-laki dan perempuan yang pada akhirnya salah satu atau keduanya jatuh cinta. Setelah menikah dengan Dendi, Zahira melanjutkan kuliahnya yang sempat cuti. Siapa sangka dia akan bertemu Rafdan-adik tingkatnya. Dengan...