Bab 5
*Hari yang Indah*
_“Duhai wajah yang selalu membekas dan melekat dalam benakku, semoga engkau adalah salah satu alasan aku dilahirkan ke dunia. Semoga engkau adalah salah satu bagian dari rangkaku, yaitu tulang rusukku.”_
(Rafdan Rais Sasongko)
***
Terik sengatan mentari membuat cuaca panas memanggang kulit yang diterpa di bawahnya. Tak ada mahasiswa yang bersedia membakar kulitnya dengan berjalan di halaman. Mereka lebih memilih tempat teduh dan kantin. Keringnya tenggorokan akibat cuaca panas membuat kantin lebih padat dari biasanya. Minuman dingin laku keras saat ini.
Laki-laki berbadan tegap berjalan tergesa di lorong menuju kantin. Matanya tajam menyelisik ke setiap sudut. Ada yang sedang ia cari. Seorang gadis berusaha menyamai langkahnya dari belakang. Pria itu adalah Rafdan tengah mencari Zahira dan gadis yang mengikutinya adalah Arini—gadis yang paling dekat dengan Rafdan.
“Itu dia!” ujar Arini saat melihat Zahira sedang menikmati minuman dinginnya bersama Keysa.
Rafdan mempercepat langkahnya menghampiri Zahira. “Kak,” sapa Rafdan yang telah berdiri di depan Zahira dan Keysa.
“Eh—kalian. Sedang apa?” tanya Zahira yang merasa janggal keberadaan Rafdan di sana bukan untuk minum atau makan. Melihat mereka hanya berdiri di tempat.
“Aku perlu bantuan, nih,” ucap Rafdan tanpa basa-basi.
Mendengar itu, Zahira tersenyum lebar. Ah, Rafdan terkesiap melihat senyum Zahira. Ingin rasanya ia karungi senyuman itu agar ia bisa membawanya ke mana-mana.” Bisa nggak, Kak?” lanjut Rafdan tidak sabar.
“Memangnya aku bisa bantu apa?” Zahira kembali mengulas senyumnya.
Sekali lagi Rafdan terpukau dengan senyuman itu. Lengkungan bibir Zahira seindah bulan sabit dan telah mencabik-cabik hati Rafdan. Sebisa mungkin Rafdan memberontak rasa yang telah menjajahinya. Berusaha keluar dari fatamorgana memabukkan. Ia juga tak ingin Arini dan Keysa menangkap itu.
Merasa ada lampu hijau, Rafdan menyeret kursi yang kosong dan duduk berhadapan dengan Zahira serta mengisyaratkan agar Arini duduk di kursi sebelahnya. “Jadi, aku dan Arini mendapat tugas dari mata kuliah Mulikulturalisme. Di sini aku dan Arini ditugaskan untuk mewawancarai wanita untuk menanyakan masalah introvert.”
Rafdan menoleh kepada Arini dan dibalas anggukan. Sebenarnya bisa saja Rafdan mewawancarai wanita lainnya. Akan tetapi, menurut Rafdan ini adalah kesempatan baginya untuk lebih dekat dan lebih mengenal Zahira.
“Owh, itu. Oke saya siap kapan saja. Apalagi ada makanan, betul gak Key?” kelakar Zahira yang disambut senyum lebar Keysa.
“Jadi, aku gak diwawancarai juga, nih?” tanya Keysa mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Jatuh (𝙏𝙖𝙢𝙖𝙩)
Teen FictionTidak ada persahabatan seorang laki-laki dan perempuan yang pada akhirnya salah satu atau keduanya jatuh cinta. Setelah menikah dengan Dendi, Zahira melanjutkan kuliahnya yang sempat cuti. Siapa sangka dia akan bertemu Rafdan-adik tingkatnya. Dengan...