~Part 23~

27 4 0
                                    

Ada yang Lain

"Kulihat ada pelangi dalam telaga kornea beningmu. Airnya tak pernah kering. Namun, engkau pun turut tenggelam di dalamnya."

( Zahira Khairin Nisa )

***

Zahira melangkah lebih cepat dan menyeret tangan Kesya. Ia tidak sanggup lagi melihat wajah sendu milik Rafdan. Rasa itu masih terpancar dari matanya. Ditambah gelombang rindu yang tak terbendung turut menyapa siang itu. Yah, mata Rafdan menampakkan itu semua. Oleh karenanya, Zahira tidak bisa melihat lebih lama pemandangan itu.

Hatinya turut sakit dan sedih. Zahira berharap Rafdan segera menemukan tambatan hatinya. Bukan kepada dirinya yang jelas-jelas milik orang lain. Ia pun tidak ingin terlalu menaruh iba pada Rafdan. Sebab rasa bisa tumbuh dari sana.

"Kamu akan selalu menghindar dari Rafdan?" tanya Keysa setelah mereka tidak dapat melihat Rafdan dan teman-temannya.

Zahira menunduk, sebutir air bening menggantung di ekor matanya. "Aku tak bisa melihat matanya. Kurasa masih ada cinta untukku."

"Itu bukan salahmu, Za--" Keysa mengelus bahu Zahira berkali-kali.

"Aku tahu, tapi aku pun tak tega melihatnya seperti itu. Luka yang ia terima itu karena aku." Zahira semakin menunduk. Air mata yang sejak tadi ditahan telah lolos begitu saja.

"Za-- jangan salahkan dirimu sendiri. Siapa yang tahu takdir? Cinta juga begitu. Siapa yang bisa menebak? Semua rahasia semesta." Keysa mengangkat dagu Zahira sehingga mata mereka bertubrukan.

Zahira menatap Keysa dengan pilu."Aku harus bagaimana, Key?"

"Serahkan semua pada Sang Pencipta. Pasti suatu saat akan ada jalan. Jangan terus-menerus menyalahkan diri sendiri. Jalani saja seolah tidak terjadi apa-apa," nasihat Keysa.

Zahira mengangguk, berusaha mengenyahkan godam yang serasa menghantam dadanya. Diusapnya air mata yang telah membanjiri pipi putihnya. Kemudian mereka bergegas ke ruang laboratorium dan Kak Ronald telah menunggu di sana.

"Hey, kenapa matamu sembab, Za?" tanya Kak Ronald yang melihat jejak air mata di pipi Zahira.

"Tadi hanya kelilipan, Kak," jawab Zahira berbohong.

Kak Ronald mengerutkan dahinya. Ia menduga jawaban Zahira hanyalah alasan untuk menutupi. Ronald dapat melihat mendung di wajah Zahira. Meski begitu ia tidak bisa bertanya lebih jauh.

Kemudian Ronald kembali ke inti permasalahan kenapa mereka harus berkumpul di sana. Event Pekan Ilmiah Mahasiswa dan Festival Seni dan Budaya akan segera dilaksanakan dua bulan lagi. Oleh karenanya Kak Ronald yang dipercayakan sebagai panitia di jurusan Sastra segera merekrut beberapa anggota dan salah satunya Zahira dan Keysa.

Setelahnya Kak Ronald, Zahira, Keysa dan beberapa mahasiswa lainnya terlibat dalam musyawarah guna mempersiapkan event tersebut. Tak ada lagi pertanyaan mengenai kenapa Zahira terlihat suram. Semua mahasiwa fokus pada tugas masing-masing.

***

"Za-- Dendi nggak jemput kamu?" tanya Keysa saat mereka harus pulang terlambat sore itu.

"Enggak, Keysa. Mas Dendi lembur," jawab Zahira sambil menghidupkan mesin motornya.

"Akhir-akhir ini kulihat Dendi sudah tidak menjemputmu lagi," tanya Keysa penasaran dengan perubahan yang sangat drastis dari Dendi.

Dulu, Dendi selalu menjemput Zahira tepat waktu. Malah bisa dikatakan tidak pernah absen menjemput. Sesibuk apa pun Dendi pasti masih akan meluangkan waktunya untuk menjemput Zahira. Apalagi setelah tahu kalau Rafdan menyukai Zahira. Dendi malah lebih rajin menjemput Zahira.

Cinta yang Jatuh (𝙏𝙖𝙢𝙖𝙩) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang