Naren berjalan menuruni tangga rumahnya untuk menuju ke meja makan. Anggota keluarganya sudah berkumpul disana kecuali Deran, Naren cukup tahu tentang Abang pertamanya itu, selalu saja meninggalkan sarapan dan pergi dengan kekasihnya.
Hidung sensitif Naren mencium harumnya beberapa makanan yang Papanya masak. Matanya berbinar ketika melihat ada rendang dan telur balado di atas meja. Itu membuat nafsu makan Naren semakin naik, memang Papanya ini tidak pernah gagal dalam hal memasak.
"Rasanya Naren mau nangis liat makanan enak didepan mata." Ujar Naren penuh dramatis dihadapan keluarganya. Rendy yang melihat akting sang adik memukul renyah kepala Naren menggunakan handphone-nya.
Tuk!
"Anjir! Sakit bang!" Naren meringis kesakitan dan tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus kepalanya yang terkena pukulan dari benda pipih sang kakak.
"Gak usah drama bisa gak sih Lo? Lama-lama gue banting juga nih bumi."
Daddy Yudha sama Papa Winata sih ketawa aja sama tingkah anak-anaknya itu. Sudah menjadi kebiasaan anak-anaknya bertengkar setiap pagi. Bahkan Yudha sangat bersyukur diberikan keluarga harmonis penuh warna dengan Tuhan, ya walau terkadang sedikit melenceng.
"Kalian gak bosen apa ribut terus? Contoh Andika tuh kalem, anteng, gak banyak tingkah kayak kalian. Daddy laper nih jangan dibikin sensi, masih pagi."
Mendengar ucapan Daddynya, Naren pun langsung duduk di kursi, kemudian mengambil nasi dan beberapa lauk pauk keatas piringnya.
Hening untuk beberapa menit. Hanya ada suara dentuman alat makan disana, sampai akhirnya sang Papa memecah kesunyian dengan suaranya.
"Hari Minggu nih, kalian ada rencana apa hari ini?" Tanya Papa Winata disela menyuap nasi kedalam mulutnya sendiri.
"Nanti siang Rendi mau ke tempat neneknya Galih yang lagi sakit, Pa. Galih mau jengukin, terus aku disuruh temenin dia ke Bogor. Paling nanti pulangnya rada malem sih, gapapa kan?" Ucap Rendy.
Daddy Yudha mendongak, menatap anak keduanya itu dengan tatapan biasa namun penuh arti. Mulutnya sibuk mengunyah kerupuk udang kesukaannya yang harus selalu ada sebagai pelengkap dimakanannya.
"Ya gapapa. Tapi jangan terlalu malem pulangnya, kalo bisa jam 8 atau jam 9 malem udah sampai rumah. Jangan macem-macem loh ya? Daddy tau kalo kamu abis macem-macem." Si Papa cuma terkekeh aja sama ucapan suaminya. Posesifnya lucu. Sementara Rendy mendecak sebal, lagi pula kalau Rendy mau macam-macam sama kekasihnya sudah bisa dipastikan Rendy akan menampar kekasihnya sampai babak belur.
Rendy tahu batas wajar hubungannya.
"Kalo Dika hari Minggu mau ngapain?" Pertanyaan Papa kali ini mengaju pada anak bungsunya.
"Mau jalan-jalan sama Antares. Kemarin dia ngajak ke tempat wisata gitu, Pa." Jawab Andika singkat. Papa Win mengangguk sebagai sahutan.
"Naren? Hari Minggu mau kemana nih?"
Naren mendongak, menatap wajah manis Papanya. "Naren ma—"
"Naren mah paling liburan dirumah. Naren kan jomblo HAHAHAHA!" Sahut Daddy Yudha memotong ucapan Naren.
Tiga orang lainnya pun ikut tertawa mendengar tawa Yudha. Ketawanya tuh nular!
"Enak aja kalo ngomong. Naren hari ini mau ketemu Jessica, ada urusan. Naren kan orang sibuk, gak kayak Daddy...." Ucapan Naren berhenti sejenak.
"Nolep HAHAHAHA!"
Dalam hati Daddy Yudha sudah mengeluarkan sumpah serapah yang siap untuk keluar kapan saja. Namun Ia sadar bahwa tidak mungkin untuk mengeluarkan omongan yang tidak pantas kepada keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Challenge || NOMIN [End] ✓
Fanfiction⚠️MATURE STORY⚠️ Local Story Jevano dan Naren adalah sepasang musuh bebuyutan. Sifatnya yang bertolak belakang mengundang pandangan sengit di antara mereka. Pada akhirnya, keduanya sepakat untuk mengakhiri permusuhannya dengan cara memainkan permai...