Tiga pasang kaki jenjang berlari kencang menuju ruang operasi dimana Naren berada. Jevano, Rendy, dan Galih langsung menyusul Naren ke rumah sakit setelah jam ujian kedua selesai. Jevano tidak sebodoh itu untuk menyia-nyiakan kesempatannya mengikuti UTBK.
Sudah beberapa kali pemuda itu kehilangan keseimbangan karena menabrak beberapa orang yang berjalan di rumah sakit. Hatinya terus menggumam ucapan-ucapan doa agar sang suami dan calon anaknya baik-baik saja. Langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu ruang operasi. Ia terjang sosok ayah yang ikut menunggu menantunya keluar ruangan tersebut dalam keadaan baik.
Pemikiran negatif mulai bermunculan. Jevano tidak mau kehilangan untuk yang ketiga kalinya. Cukup abang dan adiknya saja, Naren jangan. Jevano tidak akan sanggup jika kehilangan pemuda manis itu juga.
"Pa, Naren gimana?" Tanya Rendy pada Winata.
Laki-laki manis itu hanya menggeleng dipelukan sang suami. Hingga sekitar 3 jam kemudian lampu berwarna merah di atas pintu ruang operasi yang menyala sejak tadi pun mati. Airin dan salah satu perawat keluar dari ruangan itu dengan kondisi tangan yang di balut sarung tangan masih berlumur darah.
"Dokter, gimana? Naren gimana?" Tanya Jevano yang sudah pucat karena khawatir sejak tadi.
Jantungnya berdetak begitu cepat. Hawa dingin dan bau obat-obatan dari dalam sana tercium sampai keluar. Rasa gugup yang tidak siap mendengar berita buruk dari mulut sang dokter pun tidak bisa Jevano tahan.
Tidak sempat menjawab, perawat tadi meminta Airin untuk segera pergi menyelesaikan urusan yang lain.
"Bapak, maaf, bisa sedikit memberi jalan agar kami bisa memindahkan pasien ke ruang ICU?" Ucap perawat tersebut.
"Rin..."
"Bentar, The, nanti gue jelasin kondisinya gimana. Sekarang kalian minggir dulu, tunggu di depan ruang inap aja. Kasih jalan buat Naren, biar anaknya cepet sembuh."
•
•
•Karena menunggu terlalu lama, Raka yang baru datang mengajak Jevano ke Kantin rumah sakit agar pemuda itu tidak sakit. Naren sudah sakit, Jevano jangan.
Semangkuk soto pun akhirnya dihidangkan di atas meja. Rasa yang mengganjal pada dadanya memutar membuatnya sedikit mual dan tidak nafsu makan. Dengan terpaksa Jevano harus menghabiskan soto tersebut didampingi oleh ocehan Raka yang tidak jelas demi menghiburnya.
"Terus lo tau ga si astronot ngapain?" Tanya Raka seraya menyeruput kuah soto.
"Ga tau."
"Nyebur anjing ke laut merah!"
"Di stasiun Depok mana ada laut merah."
"Lah, emang astronot kerjanya di stasiun?" Tanya Raka lagi.
"Di stasiun anjir! Yang bilang 'Perhatian-perhatian, kereta tujuan Jakarta Kota akan segera tiba. Dimohon untuk para penumpang, jangan tinggalkan barang bawaan anda, terima kasih' kek gitu." Jawab Jevano dengan nada tinggi. Mukanya yang nyolot seakan ia memberikan informasi yang fakta, sehingga membuat Raka percaya begitu saja.
"Astronot bukannya cowok?"
"Ada juga yang banci." Jawab Jevano asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Challenge || NOMIN [End] ✓
Fanfiction⚠️MATURE STORY⚠️ Local Story Jevano dan Naren adalah sepasang musuh bebuyutan. Sifatnya yang bertolak belakang mengundang pandangan sengit di antara mereka. Pada akhirnya, keduanya sepakat untuk mengakhiri permusuhannya dengan cara memainkan permai...