Sesuai dengan syarat Jevano berikan siang tadi, Naren langsung mengunjungi alamat yang Jevano berikan. Motor Ducati berwarna abu-abu menambah kesan tampan wajah Naren pada Malam hari ini. Mata berbulu lentik itu menelusuri keberadaan Jevano yang belum datang, padahal situasi sudah ramai penonton.
Tak lama menunggu, Jevano pun datang dengan beberapa temannya, sama seperti Naren yang membawa Jessica dan Andika untuk menonton. Langsung saja Naren menghampiri Jevano yang baru saja turun dari motor mahalnya.
"Gue gak peduli sebenernya mau menang atau kalah. Lagi juga kalo Lo yang menang, udah pasti kita bakal jadi temen kan? Ya walau gue jadi babu Lo, tapi gue gak masalah. Karena kan ini murni salah gue." Ujar Naren yang mendapatkan tatapan tajam dari Jevano.
Jujur saja Jevano tidak tahu harus berekspresi apa, karena dirinya pun tidak tahu niat Naren yang sebenarnya. Mungkin saja ini adalah jebakan, dan...ya! Ia juga harus fokus pada dendamnya kan?
"Jev, kata gue gak usah pake balapan deh. Si Naren keliatan serius banget dari mukanya mau ngajakin lu damai." bisik Raka ditelinga Jevano.
Jevano tidak peduli. Ia justru kembali mengendarai motornya dan memposisikannya pada jalur balap yang akan mereka tempuh. Melihat tingkah Jevano, Naren pun mengikuti apa yang Jevano lakukan tadi hingga keduanya siap untuk melakukan taruh balap ini.
Satu gadis memakai rok mini dan baju pendek berdiri diantara Jevano dan Naren dengan sebuah tongkat penentu mulai ditangannya. Dalam tiga hitungan mundur pun tongkat tersebut dijatuhkan, membuat motor Naren dan Jevano melesat dengan cepat mengitari rute yang sudah mereka tentukan.
Satu putaran.
Dua putaran.
Sampai tiga putaran untuk penentu kemenangan pun Jevano masih unggul sejak putaran pertama. Hingga pada garis finish persaingan sengit itu terlihat seperti seri.
Keduanya membuka helmnya masing-masing dan menatap si pemihak netral.
"Gimana? Siapa yang menang?" Tanya Jevano kepada Winda; salah satu penggemar Jevano dan Naren.
"Seri sih kalo di liat langsung. Tapi gue ada rekamannya, tadi sempet gue rekam, bisa di slowmo nih." Ucap Winda sembari menyodorkan handphone nya ke arah Raka untuk memutar video rekamannya tadi.
dan pemenangnya adalah Jevano, itu artinya Naren harus siap dengan semua permintaan Jevano kan? Naren menghembuskan nafasnya kemudian tersenyum ke arah Jevano. Jujur saja, dibalik keinginannya untuk damai bersama Jevano ada sesuatu yang harus Naren selidiki dari pemuda seumurannya itu.
"Jev, selamat ya. Gue siap kok sama taruhan Lo kemarin." Naren mengulurkan tangannya, mengode Jevano untuk membalas jabat tangannya itu.
Namun, bukannya membalas jabat tangan Naren, Jevano malah menarik tangan mulus seputih susu tersebut untuk menuju motornya dan naik mengajaknya pergi.
"Jev? Lo mau ajak gue kemana?" Ucap Naren yang sudah berada ditempat tumpangan motor Jevano.
"Lo bilang Lo siap sama taruhan kemarin kan? Itu artinya Lo siap sama semua perintah gue. Duduk diem dan ikutin semua ucapan gue."
Raka membulatkan matanya, melihat Jevano yang menyeringai dibalik helm membuatnya cukup khawatir dengan keadaan Naren.
"Na! Motor Lo gimana ini? Masa Lo tinggal?" Naren menoleh ke arah Jessica yang meneriakinya.
"Tolong tungguin motor gue dulu, Jes! Kuncinya masih nyantel noh kalo Lo mau anterin motor gue balik!" Teriak Naren.
Motor Jevano pun mulai melesat membawa Naren ke suatu tempat yang sudah ia rencanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Challenge || NOMIN [End] ✓
Fanfiction⚠️MATURE STORY⚠️ Local Story Jevano dan Naren adalah sepasang musuh bebuyutan. Sifatnya yang bertolak belakang mengundang pandangan sengit di antara mereka. Pada akhirnya, keduanya sepakat untuk mengakhiri permusuhannya dengan cara memainkan permai...