Beberapa pasang kaki berlari panik di Daerah rumah sakit yang lokasinya dekat dengan jalan tol dimana Marka dan Haekal mengalami kecelakaan. Anggota keluarga Hartawan terus berlari menuju ruang UGD tanpa peduli banyak orang yang melihat mereka yang kebingungan mencari keberadaan sang Putra pertama. Tetes demi tetes air mata Theo terus membasahi pipi mulusnya tanpa henti, mengingat bagaimana paniknya ia saat mendapat kabar yang mengejutkan beberapa waktu yang lalu.
Langkah kaki keempat laki-laki itu berhenti di depan ruang UGD saat beberapa perawat dan anggota polisi yang sudah berada di sana lebih dulu. Dalam saat panik seperti ini, mata bulat Naren malah gagal fokus dengan sosok gadis yang terduduk pada sebuah kursi duduk yang disediakan tidak jauh dari tempatnya berdiri. Jessica menumpu sikunya pada paha dan telapak tangannya menutup area mulut dan hidung seraya memejamkan mata yang terus menerus mengeluarkan air mata.
Naren menghampiri Jessica, dengan niatan akan menjawab semua pertanyaannya yang begitu banyak tentang kejadian yang menimpa sahabatnya itu.
"Gembrot udah ga ada, Ren... Jantung Haekal berhenti waktu perjalanan ke rumah sakit. Dada gua sesek banget anjing." Ujar Jessica yang masih menangis tidak terima.
"HAH?! Terus Kak Marka?"
Jessica melirik ke arah kerumunan sang anggota keluarga yang bersangkutan. Pandangan Jessica membuat tubuh Naren bergetar dan takut untuk menoleh kebelakang. Namun, karena rasa penasaran yang tinggi pada jawaban dari pertanyaannya tadi, Naren mencoba menoleh kebelakang secara perlahan.
Beberapa perawat mendorong sebuah ranjang yang dilengkapi enam roda kecil dibawahnya, dengan sebuah gundukan yang ditutupi oleh kain berwarna putih di atas ranjang tersebut. Seluruh bulu kuduk Naren berdiri merinding melihat kondisi berantakan dari keluarga sang suami yang terlihat begitu hancur.
Bola mata Naren juga menangkap sosok pemuda berkaos hitam berdiri tegak yang memasang ekspresi datar. Namun, Naren bisa melihat bibir Jevano bergetar dari jarak yang bisa dibilang agak sedikit jauh dari posisinya.
"Mereka berdua udah bahagia, Ren. Ga ada drama Haekal curhat sama kita kalo Kak Marka sering di gebukin bokapnya karena deketin Haekal. Ga ada lagi berita huru-hara Haekal sama Kak Marka berantem gara-gara Haekal mau dikenalin sama cowok lain. Ah bangsat nih si gembrot bikin gua nangis lagi sialan!" Ujar Jessica.
Rasa kepercayaan Naren menurun drastis. Baru beberapa waktu lalu ia menyaksikan bagaimana kedua pemuda itu berdebat di area Mall dan sekarang keduanya dinyatakan sudah pergi jauh. Mimpi macam apa ini?!
Sepasang kaki Naren berjalan menghampiri Jevano. Tangannya menepuk pundak sang suami hingga si empu menoleh.
"I feel you."
Seketika pertahanan Jevano runtuh dan hanya bisa memeluk tubuh Naren. Perut buncit yang lebih muda beberapa bulan darinya itu tidak bisa menghalangi Jevano untuk memeluk tubuh Naren dengan erat.
Sebuah tawa miris keluar mulutnya. "Tanggung jawab gue semakin besar, Na." Usapan halus menerjang punggung Jevano. Naren juga merasakan kehilangan sosok sahabat yang selama ini menjadi tempatnya berpulang setelah rumah utama.
Malam yang akan menjadi sejarah baru di kehidupan Naren dan Jevano, karena keduanya juga sama-sama mendapatkan kabar buruk. Suara tangis dan hawa sendu pun tak henti menyelimuti seluruh anggota keluarga Hartawan serta Jessica.
•
•
•Suasana duka menerjang kediaman keluarga Hartawan. Setelah jasad Marka dan Haekal lebur dikremasi, seluruh anggota keluarga berkumpul tanpa suara sama sekali di ruang tamu. Raka dan Galih dengan suka rela menemani Jevano yang terduduk memasang ekspresi datar menatap lantai dengan pandangan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Challenge || NOMIN [End] ✓
Fanfiction⚠️MATURE STORY⚠️ Local Story Jevano dan Naren adalah sepasang musuh bebuyutan. Sifatnya yang bertolak belakang mengundang pandangan sengit di antara mereka. Pada akhirnya, keduanya sepakat untuk mengakhiri permusuhannya dengan cara memainkan permai...