09 - Kekacauan

15K 1.3K 90
                                    

Pukul 00.20 di mana seluruh anggota keluarga Naren sudah tidur dan bahkan kondisi rumah pun sudah gelap karena semua lampu sudah di matikan sejak pukul sepuluh malam tadi menjadi kesempatan Naren untuk keluar rumah. Ia tahu Jevano sudah menunggunya di depan rumah, ia tidak sebodoh itu untuk tidak paham dengan suara mobil yang terparkir rapi menunggunya untuk keluar rumah.

Naren berhasil keluar rumah setelah mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara sama sekali yang bisa membuat keluarganya curiga.

Pintu mobil terbuka, Naren memasuki mobil yang di dalamnya sudah ada Jevano di sana. Setelah pintu tertutup, Jevano langsung melajukan mobilnya menjauh dari sana. Saat dirasa daerahnya sudah cukup jauh dari kawasan rumah Naren, Jevano memberhentikan mobilnya dan mulai membuka topik.

"Oke, di sini gue mau lurusin kalo gue belum siap buat tanggung jawab. Lagi juga, bisa aja kan lo cuma sakit biasa? Testpack gak selamanya akurat, Na." Ucap Jevano dengan santainya. Naren mendelik mendengarnya. Apa-apaan ini?

"Wah, Lo gila apa gimana? Lo pasti jebak gue kan, Jev? Dengan gobloknya gue malah terima tantangan lo waktu itu. Kalo gue tau kejadiannya bakal jadi begini, gue ga akan mau damai sama lo!" Sentak Naren yang membuat suasana menjadi panas.

"Please, Na. Keluarga gue baru aja utuh lagi setelah enam tahun lamanya. Suasana keluarga gue lagi bagus, jangan lo rusak dulu."

'Jangan Lo rusak dulu.'

Ucapannya seakan-akan hanya Naren yang salah disini. Padahal dari awal yang salah memang Jevano, tetapi entah mengapa Naren tidak memikirkan masa depannya sendiri.

"Lo gak bisa nyalahin gue terus, Jev! Mikir dong kalo lo juga salah! Lo gak boleh egois, di perut gue ada anak lo, anjing! Mikir gak lo sama masa depan gue yang udah lo rusak?!"

Jevano terdiam. Benar ucapan Naren. Ia harus memikirkan masa depan orang yang dihadapannya ini yang sudah ia rusak. Namun ia juga memikirkan nasib keluarganya jika ia memberitahu hal ini pada mereka. Ia juga masih meragukan testpack itu sudah menunjukan hasil yang akurat.

"Jangan childish, Na. Lo harus buka mata kalo lo gak punya rahim. Lo juga dominan kan? Gue berani ngelakuin itu karena gue tau kalo lo laki-laki sejenis gue."

"Tap—"

"Gini aja, buat mastiin semuanya bener apa nggak, besok pulang sekolah temuin gue di parkiran. Kita ke rumah sakit buat ngecek lo hamil apa nggak. Kalo emang bener lo hamil, oke gue bakal nikahin lo tapi gue butuh waktu. Deal?"

Sekarang Naren yang terdiam. Ia tidak tahu harus setuju dengan tawaran Jevano atau tidak. Yang pasti dirinya merasa khawatir jika ia salah ambil keputusan lagi. Apalagi Jevano mencantumkan kata 'gue butuh waktu' itu membuat Naren ragu, ragu akan waktu yang akan Jevano ambil untuk bertanggung jawab jika Naren benar hamil.

"Gue gak bisa percaya sama lo. Lo bakal keliatan lebih brengsek karena gak bisa tanggung jawab kalo gue beneran hamil." Ujar Naren lirih yang masih bisa di dengar oleh Jevano.

"MAU LO APA SIH, NA?! HA? GUE UDAH KASIH KERINGANAN BUAT LO TAPI LO GAK MAH NGERTIIN  GU—"

"ITU KARENA GUE PANIK, JEVAN! Lo... Lo gak ngerti apa yang gue rasain!"

Hening. Keduanya sama-sama terkalut emosi saat ini. Jevano yang tidak mengerti apa yang diinginkan Naren, dan Naren yang ragu dengan semua celetukan Jevano.

"Kita masih SMA, Jev. Masih semester satu, perjalanan masih ada sekitar sembilan bulan lagi. Lagi juga gue liat tanggal kadaluarsa testpacknya masih jauh. Gue gak mau negatif thinking, tapi rasa khawatir gue ga bisa ngelawan pikiran negatif gue. Gue terima tawaran lo buat ngecek ke dokter kandungan besok, dan semoga aja pikiran negatif gue ga terjadi."

Crazy Challenge || NOMIN [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang