Si Kembar; Arthurion Adyatma dan Bryant Rhinoscar

818 126 27
                                    

Hidup di keluarga yang harmonis dan lebih dari kata cukup adalah dambaan semua anak. Mainan baru berdatangan, setiap pekan bermain ke mall sepuasnya, mendapat nutrisi makanan yang sehat setiap harinya.

Kehidupan yang menjadi impian sejuta anak yang terlahir dari keluarga yang tak mampu.

Chan dan Lino, adalah kakak beradik kembar. Mereka lahir hanya selisih beberapa menit, namun mengakibatkan mereka lahir di tanggal yang berbeda satu sama lain.

Sesuai narasi yang diatas, kedua anak adam yang sekarang berusia sembilan tahun hidup dengan bahagia bersama keluarganya. Ah tidak tidak, yang merasa bahagia hanya Chan saja. Sebab sang mama membencinya karena suatu tragedi yang menimpa Chan karena ulah Lino di masa kecil mereka.

Tepat diusia empat tahun, saat Chan dan Lino berenang bersama di wisata kolam renang. Namun karena Chan terlalu sibuk bercerita, ia tidak menyadar semakin ke tengah kolam, saat itu ia tidak menggunakan pelampung.

Setelah itu, hal yang tidak diinginkan pun terjadi, Chan nyaris merenggut nyawa di kolam renang dengan kedalaman satu setengah meter. Mama Suzy terus menerus menyalahkan Lino karena mengira jika anak keduanya lah yang memaksa Chan untuk memasuki kolam renang yang bukan khusus untuk mereka.

Dan ini adalah awal mula pertengkaran seorang ibu dengan anak laki lakinya.

Lino kecil bersikeras membela diri disaat sang mama terus menyalahkannya, Lino yang pada dasarnya punya sifat keras kepala membuat mamanya naik pitam.

Naluri ibu sangat aneh, meskipun membenci anaknya, namun Mama Suzy selalu memberikan begitu banyak mainan, coklat, atau materi yang lainnya.

Seperti dulu, saat mereka berdua pertama kali memasuki jenjang sekolah dasar, Mama Suzy membelikan tas dan sepatu yang sama. Harusnya Mama Suzy membelikan untuk Chan saja bukan?

Tapi bukan itu yang Lino inginkan, jujur Lino sangat iri dengan Chan. Ia ingin mendapat kehangatan kasih sayang dari sang mama.

Salah satu keinginannya adalah setiap sepulang sekolah, mamanya akan menanyakan hal apa saja yang dilakukan di sekolah, atau hanya sekedar basa basi membicarakan hal random.

Contohnya seperti sekarang, Lino dan Chan merasa hari ini adalah hari tersial mereka. Sama sama meninggalkan uang saku beserta botol minum, mengakibatkan kakak beradik itu menahan rasa haus yang teramat sangat. Ditambah dengan sengatan matahari yang sangat terik

"Huh, hari ini panas sekali" adu Chan membasuh keningnya yang berkeringat

Lino mengangguk, ia mengambil remote dan mengarahkan ke ac "Aku seperti tinggal di kutub" ucapnya sambil menutup mata merasakan ruangan yang menjadi sejuk

"Putraku sudah pulang? Ayo ini minum, mama sudah membuatkan jus jambu biji kesukaanmu" Mama Suzy menaruh gelas berisikan jus jambu ke meja dihadapan mereka, hanya satu gelas yang berarti jus menyegarkan itu untuk Chan

"Jus untukku dimana ma?" tanya Lino dengan penuh harap, ia juga ingin menikmati segarnya jus buatan mama

"Jika ingin minum, buatlah sendiri. Jangan manja" ucap Mama Suzy dengan ketus, lalu memangku Chan dan mengelus rambutnya sayang "bagaimana harimu disekolah, anakku?"

Lino melihat semuanya, gejolak emosi muncul dalam hatinya, ia ingin membenci Chan tapi tak bisa.

Chan tertawa riang, menceritakan semuanya mulai dari kelalaian mereka yang meninggalkan uang saku dan botol air, kejadian saat olahraga sampai saat waktu pulang tadi, berteduh sebentar di bawah pohon nangka yang berada di taman sekolah mereka bersama salah satu adik kelas yang sudah menjadi teman. Siapa lagi kalau bukan Hyunjin.

Lino hanya memperhatikan dalam diam, menatap miris nasibnya yang tak dianggap keberadaannya oleh sang mama.

"Teman kami yang satu itu memang baik ma, aku suka berteman dengan dia!"

Mama Suzy mengecup pipi Chan sebentar lalu menurunkan anaknya "Anak mama sudah besar ya, sudah punya teman banyak. Ingat satu hal sayang, jika kamu berteman, jangan melihat dari kaya atau miskin keluarganya, tapi lihatlah dari hatinya. Uang akan membuatmu mempunyai banyak teman, tapi teman sejati tidak akan memandangmu dari uang yang kamu punya."

"Oke! Aku bakalan ingat terus nasihat mama"

"Ya sudah, kalian berdua segera ganti baju. Mama sudah memasakkan makanan kesukaan kalian"

Tch, berdua konon. Kenapa tidak Chan saja yang diajak makan? Lino kira kehadirannya disini sepenuhnya tak terlihat.

•••

Diruang makan, sudah ada dua piring kosong dengan dua gelas air yang tersaji. Lino tak kunjung mengambil nasi, malah ia tengah sibuk menyuapi Chan.

Mama Suzy yang sadar anaknya hanya melamun hanya menggelengkan kepala "Kenapa tidak segera makan?"

Segera Lino kembali kesadarannya, lalu dengan gugup ia mengambil nasi dengan tangan sedikit bergetar

Mama Suzy terlihat menghembuskan nafas kasar "Sebentar anakku, kau bisa makan sendiri? Mama ingin mengambilkan nasi untuk adikmu, kalau tidak ia tidak akan makan siang ini"

Jika ditanya ikhlas atau tidak ikhlas mama bertindak seperti itu, maka jawabannya sedikit tidak ikhlas. Sangat jengkel dengan anak kedua yang sifat manjanya entah kapan hilang

"Mau sampai kapan kamu manja seperti ini? Tidak makan kalau tidak mama ambilkan, lihat kakakmu itu, bahkan dia berinisiatif untuk makan sendiri"

Lino hanya diam, padahal ia tidak meminta Mama Suzy untuk mengambilkan makanannya, kenapa mamanya marah marah seolah ia tak bisa melakukannya sendiri? Lino masih tak kunjung makan karena sibuk memperhatikan Chan dengan iri, bukan karena malas untuk mengambil nasi ke piringnya.

"Makasih ma" ucapnya dengan sangat pelan, ayam dan udang yang tadinya menggoda imannya tiba tiba sekarang seperti hambar.

Sudah tidak berselera makan, tapi perutnya sudah berbunyi minta diisi.

Meja makan hanya tersisa Chan dan Lino, hanya ada suara dari kegiatan makan siang mereka saja

"Ini ambilah, Bryant. Aku sudah kenyang" Chan memberikan sepotong paha ayam untuk Lino, paha ayam itu sama sekali tidak tersentuh

Chan itu suka berbagi dengan Lino, makanya ia sangat susah membenci sang kakak. Bukan hanya suka berbagi, tapi Chan adalah sosok kakak laki laki idaman. Tak tinggal diam jika Lino diganggu oleh anak nakal.

Untungnya, Lino bisa mengatur egonya, kalau dia menuruti hawa nafsu untuk membenci Chan, mungkin sekarang mereka berdua akan melayangkan bendera permusuhan.

"Terimakasih, kakak! Aku beruntung punya kakak laki laki sepertimu!"

•••

tbc

Hyunjin dan Lino punya dua kesamaan, sama sama kurang kasih sayang dari orang tua, terkhususnya ibu.

Bedanya, ibu Lino masih peduli dengannya (dibuktikan dengan narasi diatas), sedangkan ibu Hyunjin tidak peduli sedikitpun terhadap anaknya.

25 November 2021

revisi : 19 Mei 2022

Dear, Hyunjin!◗ChanjinhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang