Hyunjin merebahkan tubuhnya di sofa, otaknya berasap karena seharian ini guru di kelasnya mengadakan ulangan harian. Dan Hyunjin kesal karena ulangan kali ini berbasis komputer yang membuat nilainya langsung keluar saat itu juga. Walau dari sebelumnya dikasih himbauan, tapi ya tetep aja. Soal dan materi yang diminta untuk dipelajari melenceng jauh. Hyunjin jadi curiga kalau soal yang diberikan itu dari materi selanjutnya yang belum dipelajari.
"Sudah pulang kamu? gimana nilai ujiannya?"
Tuh kan benar. oke Hyunjin, tetap tenang dan jangan panik. Nyesel kemarin setelah pulang dari taman kota ia laporan ke mama dan papa kalau hari ini ada ulangan harian.
"Kimia 87, matematika peminatan 92, bahasa inggris 98, sejarah indonesia 95" ucap Hyunjin tanpa melirik ke arah mamanya
"Hanya segitu? Kenapa gak dapat nilai 100? Kamu gak belajar kemarin kemarin?" tanya Mama Wendy yang terdengar sedikit menggertak
"Ma, nilai segitu kalau menurut kkm sekolah Sam udah dapat nilai b dan a"
"Coba lihat sepupu kamu, sepantaran dengan kamu tapi dia bisa rangking 1. Otakmu makanya dipakek, jangan main main terus pikirannya!" tanya sengaja Mama Wendy meninggikan suaranya yang membuat emosi Hyunjin naik turun
"Peter, Peter, Peter terus! Kenapa mama bandingin Sam sama Peter?! Otak Sam gak sampe ma kalau harus menyaingi Peter, karena sekeras apapun usaha Sam, ya hasilnya cuma segini aja!" Hyunjin melampiaskan emosinya di depan mamanya, jujur ia sudah capek jika harus dibandingkan dengan sepupunya yang kelewat cerdas.
"Gausah ngeles, sepulang sekolah bukannya belajar malah keluyuran gak jelas. Buang rasa malas belajarmu jauh jauh!"
"Malas belajar kata mama?? Sam kemarin setelah pulang jalan jalan sama Bryant dan Arthur dari malem sampai pagi gak keluar kamar hanya untuk belajar buat ulangan harian hari ini, dan mama bilang Sam gak belajar? Otak mama kayak apa sih gak ada rasa menghargai sedikitpun apa yang Sam lakukan. Lama lama Sambcapek ma, otak Sam bukan komputer yang setiap hari harus dipaksa buat belajar terus!" teriak Hyunjin didepan muka mamanya, air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi.
"Pantes otaknya cetek, cuma lulusan sma aja" sindir Hyunjin mengungkit masa lalu mamanya
Dan lagi lagi, pipinya harus menjadi santapan tamparan mamanya
"Jaga bicaramu, mama ini mama kamu, yang melahirkan kamu! Setidaknya hargai mama sebagai orang yang sudah bertaruh nyawa buat kamu!"
"Minta dihargai, tapi gak pernah menghargai sedikit pun"
Karena sudah naik pitam, Mama Wendy menarik paksa Hyunjin dan menyeretnya ke kamar. Mengobrak abrik rak bukunya dan melemparkannya ke Hyunjin
"Baca, biar kamu pinter dan bisa banggain mama papa!" setelah itu Mama Wendy mengunci kamar Hyunjin dari luar meninggalkan anaknya yang sudah berderai air mata
Hyunjin menelungkupkan kepalanya diantara celah dua kaki yang tertekuk, Hyunjin gak tau harus kayak gimana lagi. Sempurna dimata mama membuat Hyunjin sedikit tertekan karena tuntutan beliau, bagi Hyunjin nilai hanya sebagai patokan kemampuan pengetahuannya saja bukan patokan masa depan. Tapi mamanya kenapa seolah olah meminta ia harus dapat nilai seratus di semua mapel?
Hyunjin iri dengan anak anak diluar sana, ketika mendapatkan nilai jelek malah di beri semangat agar bisa meningkatkan kemampuannya.
"Ma, Sam capek" ucap Hyunjin pelan dengan bahu yang sedikit bergetar
"Apa apaan kamu, harusnya bersyukur nilai Sam di atas kkm, yang berarti anak kita mampu. Bukannya meminta lebih dan lebih, anak kita bukan robot yang bisa kamu atur semaumu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Hyunjin!◗Chanjinho
Fanfiction[sebelum baca, usahakan follow dulu] ______________________________ . . . . . ✧ Arthur (Chan), Bryant (Lee Know), dan Gresam (Hyunjin) adalah sahabat. Dari mereka kecil kemana mana selalu bertiga, sampai pada akhirnya mereka berada di fase remaja da...