03 :: Jangan Libatkan Perasaan

521 102 29
                                    

Mereka tak kunjung pulang, seperti hari hari biasa mereka habiskan dengan bermain di rumah pohon.

"Main basket yuk" hyunjin berteriak dari atas, ia melempar bola basket yang masih tersimpan di atas.

"Gak deh Sam, gue gak mood" Chan memilih menyandar di pohon dan menselonjorkan kakinya

"Masa gue main sendiri sih, ayolah kak main sama gue" Lino merengek agar kakak kembarnya itu mau keluar dari zona nyamannya.

"Gak mau Bry, main aja sendiri"

"Ah elah lo, pakek gak mood segala. Sam, turun dong temenin gue main"

"Gak mau, mager!"

Ingin rasanya Lino jejelkan bola basket ke mulut Hyunjin "Kalau gitu ngapain lo ngajak, Jubaedah"

"Main sendiri aja napa, bising banget!" seru Chan yang terganggu

"Sabar Bry, sabar"

Dengan perasaan kesal, Lino bermain basket seorang diri. Chan yang tadinya memejamkan mata, diam diam menatap Hyunjin dari bawah sembari tersenyum.

Entah sudah berapa kali Lino memasukkan bola ke ring, permainan kali ini ia sedikit melambat tatkala tak sengaja melihat mata Chan yang selalu tertuju pada Hyunjin.

Lino akui, cowok itu memang manis dan terlihat cantik seperti perempuan. Selain parasnya bak anime, hati Hyunjin sehalus sutra. Selain dua alasan tersebut, Lino menyukainya karena mata Hyunjin yang sangat indah, bulu matanya juga lentik.

Ia duduk di sebelah Chan, ia tersenyum getir menyimpulkan kalau kembarannya juga menyukai Hyunjin. Ingat, ini masih opini Lino saja.

"Sam manis ya?" tanya Lino tiba tiba

Chan terkejut, perasaan Lino masih bermain basket tadi, kenapa tiba tiba udah ada di sini "Sejak kapan lo di sini?"

"Jawab aja kali, Sam manis ya?" ia mengulangi pertanyaan yang sama.

Chan gak munafik, dia setuju dengan Lino "Iya manis banget"

"Lo suka sama dia, Thur?"

Chan terdiam, ia pandangi wajah adik kembarannya dan mengangguk ragu "Mungkin? Tapi gue gak yakin, karena dia sahabat kita"

Ingatannya tertuju ke beberapa tahun yang lalu saat mereka berdua duduk di bangku kelas tujuh smp, saat itu Hyunjin masih kelas enam sd dan saat liburan tahun ajaran baru mereka bertiga ke sini untuk kemping. Hanya bertiga, mereka bertiga menyoret dinding rumah pohon dengan tipe x--mungkin sekarang tulisan itu sudah hilang.

"Kenapa kamu tulis nama kita di sini, Sam? Nanti rumah pohon kita kotor!" tanya Lino yang merasa tak senang.

"Gak apa apa, cuma pakek tipe x aja kok. aku nulis nama kita di sini biar kita selamanya ingat, kalau kita adalah sahabat!" seru Hyunjin menggebu gebu

Chan orang yang gak mau ikut campur, dia milih mengikuti keinginan Hyunjin daripada berdebat gak penting

"Kita adalah sahabat! Arthur, Bryant, dan Sam sahabat selamanya! Suatu saat nanti kalau kita sudah besar, tolong jangan libatkan perasaan di persahabatan kita ini ya? Biar kita gak saling bermusuhan"

Chan menepuk kepala Hyunjin pelan "Kamu aja masih kelas enam, jangan berpikir tentang cinta cintaan!"

Hyunjin merengut, bukannya nangis cowok itu malah melotot tajam "Ih itukan untuk masa depan! Kita gak tahu di masa depan seperti apa, bisa jadi kan kita benar benar saling menyukai!"

"Janji untuk tidak saling suka?" Hyunjin mengacungkan jari kelingkingnya, lalu disusul Chan dan Lino yang menautkan jari kelingking mereka di jari Hyunjin.

"Janji!"

Dan empat tahun setelahnya pun yang ditakuti Hyunjin benar benar terjadi. Chan telah mengingkari janji masa kecil mereka, ia suka Hyunjin.

"Gue, gue kayaknya ingkar" tuturnya sendu "tapi gue gak tahu ini beneran rasa suka atau cuma rasa penasaran gue"

Sama Kak, gue juga ingkar sama janji masa kecil kita.

Dugaan Lino benar, Chan memang menyukai Hyunjin. Dan sekarang bagaimana? Mereka terlibat cinta segitiga sekaligus friendzone?

Gue harap, kita masih bisa sahabatan kayak gini. Gue gak mau karena perasaan, kita jadi terpecah belah. Gue gak mau kita sebagai saudara kembar harus bermusuhan karena kita menyukai orang yang sama.

Cukup siksaan batin dari mama yang buat gue benci sama lo, jangan bikin gue makin benci lo karena Sam, kak.

•••

Hyunjin membuka pintu utama dengan lesu, mobil berwarna hitam yang ia duga adalah mobil papanya terparkir di halaman. Untuk apa papanya berkunjung ke sini.

"Baru pulang?"

hal pertama saat Hyunjin memasuki rumah adalah pelototan tajam dari sang mama, di ruang tamu sudah ada Yeji dan Papanya juga.

"Tumben kesini, om? Bukannya kalian udah jadi mantan? Pulang aja deh om, kasihan istri om di rumah sendiri" Hyunjin menekankan kata istri dan tersenyum miring, karena ketidaksopannya itu, Papa Chanyeol menamparnya. Alasan Hyunjin tidak memanggil Chanyeol dengan sebutan papa lagi karena ia merasa jijik dengan orang kejam yang sudah menyelingkuhi mamanya.

"Oh iya satu lagi, om jangan datang lagi ke sini ya. Rumah ini gak menerima orang brengsek kayak anda"

"Begini cara kamu bicara dengan papamu sendiri?"

"Papa? Sejak kapan Sam punya papa? Boro boro papa, mama aja gak punya!"

"Sam, jangan kurang ajar lo! Yang lo ajak omong ini papa lo sendiri!" sang kakak mulai ikut campur, tentu membela sang ayah tercinta

Hyunjin tertawa, bahkan suaranya terlihat sangat nyaring "Papa lo aja kali, emang om itu anggep gue sebagai anaknya? Haha kayaknya enggak, jangankan papa, mama aja lupa kalau masih punya anak lagi. Lo bilang kayak gitu karena hidup lo enak dari kecil, dapat kasih sayang yang cukup, dikasih mainan yang banyak. Sedangkan gue? Cih, boro boro! Jangankan dapat kasih sayang, gue minta sepeda waktu kecil aja mama sama papa udah marah marah!"

"Sudah mas, biar aku aja yang beri anak kurang ajar itu pelajaran" Mama Wendy menenangkan emosi mantan suaminya itu dan menggagalkan aksi untuk menampar Hyunjin, wajahnya juga emosi namun tak ia tunjukkan sekarang.

"Bisa gak sih lo gak usah jadi anak durhaka? Gak punya sopan santun banget!" Yeji berseru, ia tak suka dengan cara adiknya memperlakukan sang papa. "Papa itu papa lo sendiri yang besarin lo dari kecil, sopan sedikit napa!"

"Iya deh iya yang anak emasnya papa dan mama. Mending lo urus aja kehidupan baru lo itu, jangan ngurus hidup orang." Hyunjin berlalu begitu aja sembari memegang pipinya yang masih terasa panas.

Mengabaikan teriakan sang papa dan memilih mengurung di kamar. Tamparan itu tak sesakit hatinya, luka fisik memang cepat sembuh, tapi luka batin jangan harap bisa segera pulih.

Hyunjin mengalihkan dadanya yang berdenyut nyeri dengan membuka YouTube dan melihat vlog orang belanja atau jalan jalan. Setidaknya biarkan anak itu untuk menghilangkan rasa sakitnya walau sebentar.

•••

Tbc

apa nih aku ngerasain akan adanya tanda tanda gak mood nulis 😶

kalau senin nanti aku gak update, berarti aku lagi kering ide. kalau update ya berarti udah menemukan inspirasi awikwok.

maaf ya sebulan cuma bisa update dikit😭🙏 soalnya kalian pasti tahu lah dalam seminggu gak cuma cerita ini yang update.

andai dalam sekali nulis aku bisa menghasilkan 2-3 part. pasti enak😭

29 November 2021

revisi : 27 Mei 2022

Dear, Hyunjin!◗ChanjinhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang